Hei, Apa kalian pernah mendengar cerita seram mengenai petak umpat?
Permainan yang sangat populer di Indonesia itu ternyata memiliki banyak cerita seram didalamnya. Seperti tidak boleh dimainkan saat menjelang adzan maghrib, tidak boleh dimainkan sendiri, atau yang paling terkenal Sang pengiring.
Cerita ini merupakan pengalamanku saat masih kecil dan terus ada diingatanku. Cerita saat Sang pengiring ikut bersamaku.
Sebelum itu, Sang pengiring adalah sebutan bagi hantu yang akan ikut bersamamu saat bermain petak umpat jika kamu bersembunyi sendiri atau terpisah dari kawan lain saat bersembunyi.
Di daerah sekitar rumahku banyak juga yang menyebutnya hantu anak kecil, hantu petak umpat, atau setan anak kecil. Dan Sang pengiring adalah sebutan dari teman temanku saat itu.
Intinya Sang pengiring ini merupakan mahluk gaib misterius yang akan ada didalam permainan petak umpat. Tidak ada yang tahu pasti syarat apa yang diperlukan untuk dia muncul, tidak harus sendiri juga sebab ada kasus lain saat bersembunyi bersama dengan lebih dari dua orang dia muncul sebagai tambahan disana.
Saat itu umurku masih sembilan tahun dan duduk di sekolah dasar. Aku bersama teman temanku berkumpul di pos keamanan tempat biasa kami berkumpul.
Hari itu adalah malam bulan Ramadhan, ramai orang orang untuk melaksanakan sholat tarawih dan aku bersama teman temanku berniat untuk bermain petak umpat malam itu.
Disana sudah ada enam temanku yang berkumpul. Sebut saja mereka Adul, Rahmat, Irfan, Iwan, Ramzi, dan Ibun.
"Ayok mulai hompipa" Usul Adul
"Ayuk, ayuk" Jawab kami
Hompimpa
"Haduh…. Aku lagi" Jawab Iwan
"Hitung sampai seratus ya, jangan curang" Ucap Irfan
"Iya, iya" Jawab Iwan lemas
Kami pun memulai permainan petak umpat tersebut, dan dipermainan pertama Iwan yang akan menjadi pencarinya dan kami berlima berpencar untuk bersembunyi.
Ada yang bersembunyi ditempat biasa, atau dibalik tembok. Sedangkan aku bersembunyi bersama Rahmat.
"Kau mau jajan apa, far?" Tanya Rahmat
"Oh, kamu bayarin nih?" Tanya ku ragu
"Iya lah, kan lagi bulan puasa juga" Jawab Rahmat bangga
"Oke, minuman aja"
"Oke"
Petak umpat dirumahanku tidak memiliki batasan untuk bersembunyi dan boleh bergerak selama pencarian. Target dari kemenangannya adalah untuk memegang target yang dijadikan markas oleh Si pencari. Biasanya kami menjadikan tembok pos untuk menjadi targetnya.
Dan yang ditemukan terlebih dahulu akan menjadi pencari selanjutnya, tapi itu juga jika yang ditemukan itu kalah dari Si pencari dalam memegang target terlebih dahulu. Jadi biasanya yang larinya cepat memilih untuk adu lari dengan Si pencari. Yang lebih menyiksa yaitu jika pencari belum menemukan seorangpun dan sudah ada yang mencapai target, dia akan kembali untuk menghitung ulang.
Lalu jika Si pencari diam disekitar target, maka yang ada disekitar akan meneriakinya 'endok' yang bermaksud untuk membuat Si pencari angkat kaki dari sana.
'Endok, Endok'
"Suara Irfan tuh" Ucap Rahmat
"Iya, Iwan ngendok nih" Jawabku
Kami yang tengah santai diwarung dari kejauhan mendengar Irfan yang meneriaki Iwan yang tampaknya 'Endok' disekitar target.
Irfan memang sering untuk menjadi orang pertama yang menantang untuk adu cepat karena larinya juga sangat kencang.
"Irfan dah siap tuh" Ucapku
"Dia bersembunyi dibalik batu lagi, yah pasti Irfan sih yang menang" Jawab Rahmat santai
"Eh, Si Irfan ketahuan deh kayanya" Ucapku panik
"Eh, benar, benar. Ayuk pindah" Ajak Rahmat
Saat kami berdua sedang duduk santai diwarung sambil memperhatikan Irfan, tidak disangka ternyata Irfan ketahuan bersembunyi dibalik batu. Setelah tahu bahwa Irfan ketahuan, kami berdua pun segera pergi dari sana sebab pasti Iwan akan memeriksa daerah situ lagi. Kami berdua pun pergi ke arah belakang agar tidak ditemukan.
Dan kami dapati disana juga ada Adul dan Ramzi sedang memperhatikan kearah pos.
"dul, Irfan ketahuan ya" Tanya Rahmat
"Iya, tapi Si Ibun yang pertama" Jawabnya sambil melihat kearah pos
"Kalian bareng Irfan tadi?" Tanya Ramzi
"Tidak, kami berdua lagi jajan, terus Irfan sudah ingin lari. Tapi dia ketahuan terlebih dahulu" Jawabku
"Mantap dah emang Iwan" Sambung Adul
'Siapa tuh'
"Haduh, ketahuan lagi" Ucap Adul panik
"Dah lari aja dul" Usul Ramzi
Saat kami sedang berdiskusi Iwan perlahan mendekat untuk melihat lebih jelas yang mengintip dibalik tembok.
'Nah, Ramzi, Adul, Rahmat, Jafar'
(Shut…. )
Dengan cepat kami berempat lari untuk mendahului Iwan, namun hanya Adul yang berhasil sisanya kami bertiga ketahuan oleh Iwan.
Setelah Adul mendapat target, permainan pertama selesai dan berlanjut dipermainan kedua. Karena Ibun yang terlebih dahulu ketahuan maka dialah yang menjadi pencari selanjutnya. Sedikit demi sedikit teman temanku yang lain pun ikut bergabung hingga sudah lebih dari sepuluh orang.
Petak umpat tersebut berjalan seru dan mengasikkan, sudah lebih dari sepuluh kali kami main dan tampaknya orang orang yang sholat tarawih juga sudah selesai.
Sampai sudah masuk saat itu. Entah sudah permainan keberapa, tapi saat itu Irfanlah yang menjadi pencari, dan karena pemain yang berpartisipasi sudah lebih dari sepuluh orang, maka dapat dipastikan bahwa akan banyak yang berkelompok.
Aku hendak kembali berkelompok dengan Rahmat serta Ramzi.
"Kita disini saja dulu" Ucap Ramzi
"Iya" Jawab kami berdua
Kami bertiga bersembunyi dibalik tembok dekat pos yang biasa dijadikan tempat bersembunyi. Sedangkan Aku bersembunyi dibatu dekat sana.
(Shut…)
Terdengar suara lari dari balik tembok.
"Ada yang adu lari dengan Irfan" Ucap Rahmat
"Iya, mungkin Adul" Jawab Ramzi
Kami yang sedang berdiskusi untuk sampai ketarget tiba tiba.
'Wah… Ramzi sama Rahmat'
(Shut…)
Dengan mengejutkan Irfan muncul dari balik tembok dan mengagetkan Rahmat dan Ramzi.
Mengetahui Irfan menemukan mereka, dengan cepat Rahmat dan Ramzi pun langsung lari untuk mengejar Irfan.
"Haduh, mereka berdua ketahuan lagi" Pikirku
Karena merasa tidak aman berada disana, Aku pun pindah tempat kearah depan dekat hutan sambil memantau kearah pos langsung.
Salah satu langganan yang biasa dijadikan tempat bersembunyi, semak semak dekat hutan merupakan tempat yang paling populer untuk bersembunyi. Karena bisa dapat melihat langsung kearah pos, tapi biasanya tempat itu tidak dipakai disiang hari karena langsung terlihat. Lalu ada larangan juga untuk adu cepat dari sana, karena termasuk curang.
"Sudah banyak juga yang ketahuan" Ucapku
Dengan seksama, Aku terus memperhatikan ke arah pos.
(Hus…)
"Tidak ada apa apa"
Namun, sesekali aku menengok kearah belakang untuk memastikan tidak ada apapun didalam hutan.
(Hus…)
Saat Aku merasa tidak enak, Aku menengok kebelakang dan hanya hutan gelap yang Aku dapati.
(Hus…)
Untuk ketiga kalinya aku menengok kearah belakang. Namun, tetap saja tidak ada apa apa.
(Hus… )
"Wah…." Teriakku
"Hah. hah. Aku numpang juga ya far" Dengan suara terengah engah
Dan saat Aku menengok untuk kesekian kalinya, tiba tiba Adul ada dibelakangku. Dengan nafas yang terengah engah, Adul berdiam dibelakangku. Aku tidak dapat memastikan bahwa itu Adul dari wajahnya, karena dia menunduk. Tampaknya dia berlari secepat mungkin untuk sampai kesini. Tapi dari pakaian dan suaranya sudah dapat dipastikan itu Adul.
"Haduh, Irfan kesini lagi" Ucapku
Mungkin karena suaraku tadi, Irfan menyadari bahwa ada seseorang dibalik semak dan langsung menuju kesini.
Kami berduapun langsung bergegas pergi dari sana dan menuju kearah samping jalan.
(Bruk…)
Dengan panik Aku pun berlari dan tidak sengaja menabrak orang yang baru pulang sholat tarawih.
"Maaf pak" Ucapku
"Jangan main malam malam, nanti diculik setan lu" Ucap bapak itu
"Iya pak, maaf ya" Ucapku kembali
Setelah meminta maaf dan diberi nasihat, Aku pun langsung kembali bersembunyi didekat selokan agar dapat terus memantau langsung kearah pos.
"Eh Ibun sejak kapan?" Tanyaku bingung
"….."
Saat Aku melihat kebelakang, tiba tiba Ibun juga ikut bersamaku, dan entah mengapa Adul yang tadi tampak sangat lelah sekarang diam tanpa satu kata pun dan terus menunduk. Begitu juga Idun yang baru bergabung.
Tanpa mempermasalahkan hal tersebut, Aku terus mengintip kearah pos.
(Sret…)
"Eh, itu Rahmat bukan?"
(Sret…)
"Eh, ada Ibun, Ramzi, sama Irfan juga"
(Sret…)
"Hah? Adul kok pakai sarung?"
Saat Aku melihat kearah pos disana ada Rahmat yang tampaknya sedang lari. Dan saat Aku mengintip kembali disana ada Ibun, Ramzi dan Irfan yang tampaknya sedang lari juga.
Mulai disini Aku merasa ada yang aneh, saat Aku melihat kearah pos lagi, ternyata disana ada Adul yang sedang memakai sarung.
"Hah??"
Instingku mulai menandakan bahaya. Berdiam disana adalah bahaya. Entah mengapa Aku merasa bahwa jika Aku tidak bergerak dari sana, Aku akan menyesal. Tapi jika Aku bergerak atau menoleh kearah belakang yaitu kearah Adul dan Idun, maka Aku juga akan menyesal.
"Bukannya Ibun dan Adul ada dibelakangku?"
Keringat takut mulai keluar dari tubuhku, kepala bingung dan bulu kudukku merinding. Bukan karena angin malam, melainkan sesuatu yang lain.
(Shut, )
(Pkk,)
Saat Aku hendak lari kearah pos, tiba tiba pundakku dipegang dengan sangat kencang dan membuatku tidak bisa lari kembali.
Disaat itulah Aku sudah tidak dapat menahan kesadaranku, seolah olah Aku lemas dan tidak berdaya.
Hahahaha… Hahahaha….
Layaknya orang mabuk, disaat itu Aku mendengar suara tawa. Bukan hanya satu atau dua orang, melainkan banyak.
Karena lemas dan tidak memiliki tenaga sedikitpun, Aku hendak jatuh ketanah.
"Jafar…"
"Hah?"
(Shut…)
Keajaiban terjadi. Aku yang lemas dan tidak bertenaga entah mengapa langsung lari seketika setelah Irfan menemukanku dibalik tembok. Dan Aku pun menang adu cepat melawannya.
"Wow, cepat sekali larimu, far" Puji Iwan
Aku yang masih bingung dengan keadaan saat ini, masih mencoba untuk mencernanya.
Ternyata disana, tidak terdapat Adul dan Ibun sama sekali. Mereka ketahuan selang beberapa saat setelah Aku menang tadi.
Dipermainan selanjutnya Aku tidak ikut bermain dan merenungkan kejadian tadi. Aku juga merasa cemas dengan mereka yang hendak mulai main kembali.
Tapi untungnya satu persatu orang tua mereka menjemput dan diputuskan petak umpat malam itu selesai.
Aku pun juga pulang bersama Ayahku. Dan disepanjang perjalanan Aku masih bingung dan takut akan kejadian tadi.
Besok harinya siang hari di pos Aku dan keenam temanku tadi berkumpul untuk main dan Aku pun menceritakan tentang kejadian semalam. Namun, mereka hanya menjawab sewajarnya saja.
Aku tidak mengetahui apa mereka serius dalam menanggapi ceritaku itu atau tidak. Yang pasti Sang pengiring mencoba untuk ikut dalam permainan petak umpat.
-END-
ns 15.158.61.6da2