Disuatu negeri tinggalah sebuah keluarga miskin yang selalu tertindas. Keluarga tersebut terdiri dari seorang ibu dan dua orang anak laki laki. Salah satu anak laki laki tersebut kelak akan menjadi seorang pahlawan di negeri tersebut. Dia bernama Lorent.
Lorent merupakan seorang adik yang penakut dan selalu mengikuti kakaknya Robert. Namun, kerukunan dan kebahagiaan Robert dan Lorent tidak akan bertahan tanpa sosok ibu mereka yang bernama Marry.
Marry merupakan seorang ibu yang sangat hebat. Dia dapat merawat sekaligus mencari uang untuk makan sehari hari kedua anaknya. Tidak seperti anak anak pada umumnya yang bersekolah dan belajar bersama, Robert dan Lorent sudah tidak memiliki kebebasan lagi. Mereka berdua sudah ditentukan untuk masuk kedalam pasukan kerajaan.
Dengan menjalani latihan berat dan berbagai macam pertarungan, Robert dan Lorent terus dipaksa bertarung dan hanya diberikan makanan tidak layak. Tapi hanya satu hal yang dapat membuat mereka berdua bertahan disana, yaitu kasih sayang dari Marry ibu mereka yang membawakan makan dan minum dibawah pohon besar untuk mereka berdua.
“Ini makan siang kalian berdua” Ucap Marry
“Terimakasih bu” Ucap Lorent dan Robert
“Ingat nak, jika kita berharap untuk menjadi lebih baik saja maka itu hanya akan menjadi debu dilangit. Tapi jika kita berusaha untuk menjadi lebih baik dan tidak menyerah maka itulah yang akan dapat diukir oleh para pejuang” Ucap Marry memberi nasihat
“Iya bu” Jawab Robert dan Lorent
Walaupun tindakannya itu dapat membahayakan diri sendiri. Sebab jika ada yang mengetahui bahwa Ibu mereka membawakan makan, maka sudah pasti Marry akan dihukum berat. Namun hal tersebut tidak membuat Marry gentar, melihat kedua putranya diperlakukan tidak baik.
Karena tidak dapat berbuat apapun, Robert dan Lorent terpaksa mengikuti perintah dari kerajaan. Hingga suatu hari mereka berdua ketahuan oleh sekumpulan prajurit kerajaan tengah makan roti dari pemberian Marry.
“Apa yang kalian lakukan?” Teriak prajurit
“Tidak pak, ini…” Jawab Lorent panik
“Roti? Darimana kalian dapat ini? Jawab!” Teriak prajurit
“Saya mencurinya dari toko pak” Ucap Robert berani
Dengan menutupi kebenarannya, Robert dengan berani memberikan kebohongan mengenai roti yang mereka makan. Hal tersebut agar yang dilakukan ibu mereka tidak terungkap.
“Baiklah kau ikut kami sekarang” Suruh prajurit tersebut
Seminggu berlalu, Lorent yang bingung dengan hilangnya sosok Robert tidak dapat melakukan apapun. Dia hanya menjalani keseharian biasa dipelatihan prajurit dan pergi ketempat pohon besar untuk memakan roti pemberiaan Marry. Namun, selama seminggu ini hanya ada makanannya saja tanpa hadir sosok Marry yang biasanya menunggu dibawah pohon tersebut.
Sebulan berlalu, kabar Robert yang ditahan oleh para prajurit tersebut belum juga terdengar dan akhir akhir ini Marry juga sudah tidak meninggalkan roti lagi dibawah pohon besar. Hal tersebut membuat Lorent bingung dan berkecil hati. Karena sudah tidak memiliki harapan lagi, Lorent terpaksa harus makan dari pemberiaan kerajaan.
Enam bulan berlalu, hingga kini Lorent tidak mendengar kabar lagi mengenai kakaknya dan Marry juga tidak pernah memberi roti lagi, jadi Lorent pun sudah jarang pergi kesana. Ia akan pergi kesana setelah pulang dari pekerjaan sebab mitranya kini sudah naik dan resmi menjadi seorang prajurit muda. Walaupun belum resmi menjadi prajurit, namun sekarang Lorent sudah dapat makanan dan minuman yang layak.
Namun, hal yang paling mengejutkan bagi Lorent adalah saat dia mengikuti misi untuk pergi ke daerah dekat rumahnya. Kabarnya daerah tersebut telah diterpa oleh badai besar dan tidak ditemukan tanda tanda orang selamat disana.
Mendengar hal tersebut Lorent ikut serta untuk memastikan kebenarannya. Dan setelah sampai disana benar saja daerah sekitar sana sudah hancur lebur diterpa badai, begitu pula dengan rumah tempat tinggal Marry. Setelah melihat dengan mata kepalanya sendiri, Lorent merasa hancur mengetahui hal tersebut. Tapi, dia bertekad untuk menjadi lebih kuat lagi.
Sepuluh tahun telah berlalu, banyak lika liku perjalanan Lorent hingga sekarang. Setelah sepuluh tahun beralalu sekarang Lorent sudah resmi menjadi kepala pasukan ksatria kerajaan yang bertugas resmi untuk Sang raja.
“Hormat kami Tuan Lorent” Sambut para prajurit
“Hm” Jawab Lorent
Lorent yang dahulu adalah seseorang tidak terpandang kini berlalu sudah hal tersebut. Dia memiliki harta kekayaan yang banyak, rumah rumah besar, emas berlimpah, serta jabatan yang tinggi.
Namun, Lorent yang sekarang sudah bukanlah Lorent pengecut sepuluh tahun lalu. Bahkan Lorent sudah tidak ingat maupun perduli darimana dia berasal. Robert Sang kakak dan Marry Sang ibu, sudah bukan lagi sosok yang ada didalam hati Lorent. Berhati kasar, tidak perduli selain untuk dirinya sendiri, licik, dan masih banyak lagi sifat buruk yang kini telah berada disosok Lorent.
Suatu pagi Lorent berjalan dipasar bersama dengan pasukannya. Dia baru saja kembali dari misi dan tidak sengaja ditabrak oleh seorang ibu ibu tua berpenutup kepala yang membawa belanjaan-nya.
“Maafkan Saya Tuan, Saya tidak sengaja” Ucap ibu tua menunduk
“Woi, bu tua kalua jalan lihat lihat dong” Ucap Lorent memandang rendah
“Baik tuan, maafkan Saya” Ucap ibu tua sekali lagi
“Tunggu dulu, bu tua apa yang ada didalam kantung itu?” Tanya Lorent sombong
“Ini obat dan makanan untuk anak Saya dirumah, dia tengah sakit” Jawab ibu tua tertunduk
“Bukan yang berhamburan itu bodoh, tapi yang ada didalam itu” Tegas Lorent
“Ini roti buatan Saya sendiri” Jawab ibu tua
“Oh, berikan roti itu” Ucap Lorent menjulurkan tangannya dengan angkuh
“Baik tuan” Jawab ibu tua pelan
Tanpa menjawab ibu tua tersebut langsung memberikannya kepada Lorent. Melihat roti yang ada didalam kantung, entah mengapa membuat Lorent ingin memakan roti yang dibawa ibu tua. Dan setelah memakannya Lorent teringat akan rasa roti tersebut namun ia tidak dapat mengingat dimana dan kapan pernah memakannya.
“Woi bu tua. Besok pagi datang ke ruanganku dan bawakan roti ini lagi. Mengerti?” Ucap Lorent tegas
“Baik tuan” Jawab ibu tua tenang
Melihat reaksi dari ibu tua itu, Lorent sedikit kaget. Lantas bukannya takut atau tegang tapi ibu tua tersebut malah tenang dan terpancar dari wajahnya senyuman kecil. Melihat reaksi yang tidak biasa tersebut, membuatnya segera pergi bersama pasukannya tanpa menolong ibu tua tadi. Dengan pasukan yang banyak dibelakang Lorent, membuat barang bawaan yang berhamburan milik ibu tua terinjak injak dan hancur sudah.
Esok hari pun tiba. Lorent bangun dari tidurnya dan segara menuju keruang makan. Disana ia mendapati makanan yang tidak sedap dilidahnya sekarang, lantas ia tidak memakannya dan langsung bersiap pergi ke ruangannya.
Saat Lorent hendak masuk ke ruangannya, ia dapati seorang pengawal dan ibu tua membawa keranjang didepan pintu ruangannya.
“Pengawal siapa ini?” Tanya Lorent
“Maaf tuan, ibu ini bilang bahwa dia diundang secara resmi ke ruangan tuan” Jawab pengawal panik
Awalnya Lorent lupa siapa ibu tua tersebut, tapi Ketika dia melihat ke dalam keranjang terdapat beberapa roti.
“Oh, kau ibu tua yang kemarin” Ucap Lorent
Tanpa basa basi lagi Lorent langsung merebut keranjang yang dipegang oleh ibu tua tersebut, dan menyuruh pengawal untuk mengusirnya.
Setelah mendapat keranjang berisi roti, Lorent langsung memakannya dengan lahap. Tetapi saat dia memperhatikan bentuk keranjang tersebut, ia teringat akan suatu hal namun ia masih bingung dimana pernah melihatnya.
Satu bulan berlalu, setiap pagi Lorent langsung bergegas ke ruangannya untuk sarapan roti dari ibu tua yang disuruhnya. Tanpa membayar entah mengapa Lorent selalu diberikan roti oleh ibu tua itu, walaupun Lorent hanya meminta untuk dibwakan sekali saja, namun kini setiap pagi pengawal selalu meletakkan keranjang roti di ruangan sebelum kedatangannya.
Di negeri miskin dan pemerintahan yang buruk juga, Lorent panglima kerajaan kini sudah tidak memiliki harapan lagi. Sang raja yang memiliki perintah absolut mulai tidak suka dengan kehadiran Lorent di negerinya. Jadi secara sewanang wenang Sang raja pun langsung membuang Lorent begitu saja.
Lorent yang sempat membela diri mendapat perlawanan dari para prajurit dan ksatria kerajaan. Karena kalah segi jumlah dan kekuatan Lorent pun melarikan diri ke daerah sekitar dan kini tidak memiliki apapun.
Hujan pun turun, Lorent yang masih dalam pelarian tidak memiliki tempat berteduh lagi. Ia hanya diam dipinggir jalan dekat pohon besar. Dan disana ia kembali ingat mengenai kakak dan ibunya yang terdahulu. Saat Lorent tengah mengingat kejadian dahulu, datanglah seseorang yang menawarkan payung.
Melihat orang tersebut terkejutlah Lorent, sebab orang tersebut adalah ibu tua yang waktu itu. Karena hujan masih deras, ibu tua itu pun duduk disamping Lorent dan memberikan jaket yang dipakainya. Walaupun tidak muat namun jaket tersebut mungkin sedikit dapat mengahangatkan Lorent yang kebasahan.
“Kenapa tuan bisa ada disini?” Tanya ibu tua itu
“Bukan urusanmu, bu tua” Jawab Lorent angkuh
“Apa kau ada masalah di kerajaan?” Tanya Kembali ibu tua
“TENTU SAJA ADA LAH” Teriak Lorent menatap ibu tua
Mendengar pertanyaan ibu tua itu membuat Lorent marah dan berteriak kepadanya.
“Heh?” Ucap Lorent terkejut
Namun, saat Lorent menatap untuk pertamakalinya ke arah wajah ibu tua itu dia merasa aneh. Wajah yang dimiliki ibu tua tersebut membuat Lorent merasa tidak asing, serasa bahwa wajah tersebut adalah wajah dari orang terdekatnya dahulu.
“Aku pernah memiliki sebuah keluarga terdahulu, keluargaku selalu tertindas dan mendapat perlakuan buruk dari kerajaan” Ucap Lorent murung
“Oh, lalu dimana keluarga tuan sekarang?” Tanya ibu tua
“Sudah tidak ada, sepuluh tahun lalu Aku berpisah dengan keluargaku itu. Namun, bukannya rindu dan mengingatnya selalu, Aku malah melupakannya” Ucap Lorent Kembali
“Lantas bagaimana Anda dapat mengingatnya?” Tanya ibu tua
“Karena pohon ini, jika saja Aku tidak diusir dari kerajaan pastilah Aku tidak dapat mengingatnya kembali, bahkan mungkin saja tidak bisa mengingatnya” Jawab Lorent murung
“Begitu ya. Tapi tuan, jika kita berharap untuk menjadi lebih baik saja maka itu hanya akan menjadi debu dilangit. Tapi jika kita berusaha untuk menjadi lebih baik dan tidak menyerah maka itulah yang akan dapat diukir oleh para pejuang” Ucap ibu tua dengan lembut
“Heh?” Ucap Lorent terkejut
Hujan pun reda, pelangi menjulang tinggi matahari pun kian tenggelam. Disaat itu Lorent merasa pernah mendengar nasihat seperti itu dimasa lalu dan membuatnya terkejut tanpa kata kata.
“Hm? Ada apa tuan?” Tanya ibu tua
“Oh, tidak. Aku merasa pernah mendengar kalimat seperti itu, tapi Aku lupa dimana pernah mendengarnya” Jawab Lorent bingung
“Kalau begitu mari kerumah Saya tuan, ada didepan sana” Ajak ibu tua
Sedikit demi sedikit Lorent mulai menerima keberadaan ibu tua tersebut dengan baik. Lorent pun mengikuti ibu tua dari belakang menuju kerumahnya dengan perlahan. Dan tidak lama kemudian sampailah mereka didepan rumah tersebut.
“Oh iya tuan, Saya belum memperkenalkan diri Saya” Ucap ibu tua
Saat ingin masuk kedalam rumah, ibu tua tersebut berhenti didepan pintu dan berkata kata tanpa menoleh.
“Hm, iya. Aku seperti yang ibu tau mantan panglima kerajaan Lorent” Ucap Lorent
“Lorent, Lorent Guiz” Ucap ibu tua perlahan
“Hah? Darimana Anda tau nama asliku?” Tanya Lorent serius
“Seorang ibu yang tidak mengetahui perkembangan anak nya sendiri tidak dapat disebut ibu. Lebih parah lagi jika tidak tahu namanya” Jawab ibu tua membuka penutup kepalanya
“Ibu? Tidak mungkin, Anda…?”
Dari balik tubuh kecil ibu tua tersebut, hadirlah sosok pahlawan yang sudah lama dilupakan oleh Lorent.
“Ibu???” Ucap Lorent sedih
“Benar nak, ini ibu Marry” Jawabnya menatap sedih Lorent
Karena tidak dapat menahan rasa rindu dan sedih yang dipendamnya, Lorent mantan panglima ksatria prajurit kini tengah menangis dipelukan Sang ibu tua yang lemah dan rapuh tersebut.
“Selamat dating kembali, Lorent” Ucap Marry mengelus Lorent
Setelah selesai bertemu kembali dengan Marry, Lorent langsung diberitahu bahwa Robert Sang kakak telah tiada. Hal itu terjadi sebulan lalu pas hari dimana ia menabrak Marry dipasar. Dan tidak hanya itu, Marry memberitahu bahwa umurnya sudah sedikit lagi. Marry meminta Lorent untuk melakukan kudeta kepada kerajaan, agar raja yang sekarang dapat digantikan oleh adiknya yang lebih baik.
Sebulan pun telah berlalu hari dimana Lorent bersama ibunya kembali telah usai, kudeta yang dilakukan oleh Lorent pun berhasil dilakukan dan dia mengetahui tentang apa saja yang dilakukan oleh ibunya sepuluh tahun lalu.
Dan sekarang didepan rakyat negerinya ini, Sang pahlawan Lorent pun menyampaikan perasaannya.
“Wahai para pejuang negeri. Ingatlah, jika kita berharap untuk menjadi lebih baik saja maka itu hanya akan menjadi debu dilangit. Tapi jika kita berusaha untuk menjadi lebih baik dan tidak menyerah maka itulah yang akan dapat diukir oleh para pejuang”
Benar saja, isi pidato tersebut merupakan nasihat paling berharga dari mendiang Marry Sang ibu.
END
ns 15.158.61.6da2