Natan Wijaya tipe orang yang selalu kasihan bila melihat orang lain susah, dia cowok yang cerdas. Natan berlalu meninggalkan Serly tanpa penjelasan, hal itu sudah biasa bagi Serly. Di cueki sama Natan, dari kecil sampai sekarang ketika SMK. Serly menuju kantin di temani Ayana dan Nanda, dua perempuan nan gokil itu adalah sahabat Serly juga.Sebelum berangkat ke kantin, Serly, Ayana, dan Nanda tidak sengaja melihat Vivi mendekati Natan.
"Udah Ser? sampai gitu banget ngelihat mereka, kalau cemburu samperin aja!" Nanda menyikut lengan Serly.
"Engga kok, engga cemburu."
Ketika belajar di dalam kelas Serly tidak bisa fokus belajar dan tiba-tiba Serly muntah darah. Sontak semua terkejut dan langsung membawa Serly ke rumah sakit. Dokter menerangkan bahwa Serly keracunan makanan, anehnya hanya Serly sedangkan kedua temannya baik-baik saja. Padahal mereka makan-makanan yang sama.
guru-guru termasuk Ayana dan Nanda masih diam dan berencana untuk menjebak pelaku, karena mereka sudah tahu lewat cctv di kantin. Tidak ada yang tahu kalau di kantin itu semua isi cctv, hanya guru-guru saja yang tahu. Sayangnya saat kejadian itu, pak Budi selaku pengawas keamanan belum datang. Karena beliau masih menemani istrinya yang lahiran. Natan sudah kembali dari luar negeri, dia hanya tersenyum kepada Vivi, entah mengapa Natan merasa ada yang kurang. Biasanya Serly yang selalu menunggunya di depan gerbang, tapi sekarang malah Vivi. Natan menghampiri Ayana dan Nanda yang di ikuti oleh Vivi. Tampaknya Vivi seperti lem yang selalu menempel setiap saat kemanapun Natan pergi. Nanda memang blak-blakan dan jago masalah nyindir menyindir. Ayana menyenggol lengan Nanda, bukannya diam Nanda tambah menyindir Natan dan Vivi dengan sangat pedas.
Natan selalu memberikan berapapun uang yang di minta Vivi untuk pengobatan mamanya yang sakit, Natan juga yang membiayai sekolah Vivi. Kejadiannya dulu, Natan tidak sengaja menabrak Vivi. Jadi Natan mau membayar biaya untuk mengobati luka Vivi, namun Vivi menolak. Dia hanya perlu uang untuk pengobatan ibunya, semenjak itu Natan selalu memberikan uang setiap kali Vivi meminta
Di dalam kelas, Ayana dan Nanda tampak diam. Natan kembali melirik ke arah tempat duduk Serly, masih kosong. Hanya Aldi ketua kelas XII di kelas yang menyambut Natan, mereka satu tempat duduk. Bahkan ketika hampir pulang, Natan belum tahu kemana Serly. Bisa saja Natan bertanya, tapi dia terlalu gengsi. Vivi yang melihat Natan di parkiran sudah mantap akan mendapatkan Natan dan menyingkirkan Serly. Dia bergelayut manja di lengan Natan, membuat Natan merasa risih. Setahu Natan, baru kali ini Vivi bersikap seperti ini kepada dirinya.
Ayana dan Nanda di bantu oleh Elena untuk menyelidiki pekerjaan Vivi, serta mamanya yang di bilang sakit. Mereka mengumpulkan bukti-bukti untuk meyakinkan Natan, sekaligus membuat Natan sadar tentang Vivi. Selama ini Natan di hantui rasa bersalah, ketika tidak sengaja membrak Vivi di jalan. Keadaan Vivi saat itu memang parah, tapi tidak sampai membuat dia masuk UGD.Hari terus berlalu, sudah hampir dua Minggu lamanya Serly terbaring. Natan juga sering mencari Serly ke rumahnya tapi selalu sepi, tidak ada satu orang pun yang mau membuka pintu untuknya. Natan hanya melihat pembantu dan satpam, namun tidak membuat Natan berhenti. Dia terus datang, entah itu membawa bunga, coklat makanan kesukaan Serly, atau buku Novel untuk Serly yang dia titip di satpam rumah Serly.
Dengan langkah gontai Natan masuk ke kelasnya. Lagi-lagi Vivi yang menunggu di depan kelas, kali ini Vivi membawa kotak kue dan memberikannya pada Natan. Sebenarnya Natan ingin menolak, tapi kasihan pada Vivi yang hampir menangis. Entah mengapa gadis itu manja sekali terhadap Natan. Kelas di mulai dengan pelajaran teori kejuruan, namun mereka belajar mandiri. Di tengah diskusi mandiri itu, semuanya diam. Pak Bani datang dengan diikuti oleh perempuan cantik, meski masih terlihat sedikit pucat. Kecantikan dan auranya masih terpancar jelas. Gadis itu tersenyum, ke arah Ayana dan Nanda.
Natan tidak berhenti untuk menatap Serly, tapi yang di tatap sama sekali tidak melihat ke arah Natan. Serly nampak berbeda dari biasanya, dia hanya diam. Bahkan Nanda dan Ayana yang lebih cerewet semata untuk menghibur Serly, nyatanya Serly hanya sesekali tersenyum setelahnya kembali diam. Serly masih trauma dengan kejadian yang menimpanya, terutama Serly sangat takut dengan darah.
Baru saja kaki Natan akan melangkah untuk mendekati Serly, seseorang sudah memanggil Natan. Vivi, dia datang ke kelas Natan dengan wajah berlinang air mata. Natan melihat ke arah Serly, tidak ada respon. Serly seolah tak peduli. Vivi menarik tangan Natan, sontak kelas jadi heboh. Ayana dan Nanda berdecak kesal melihat Vivi, sedangkan Serly diam saja.
Natan duduk di samping Serly, tapi Nanda mengusir. Natan terpaksa mengalah, dia kemudian bertanya pada Aldi. Dengan ragu Aldi menceritakannya, sesuai yang dia tahu saja. Meski itu tidak detail, Natan menatap Serly dengan sedih dan bersalah. Hari di mana Natan cuek dan terkesan tidak perduli adalah hari terakhir Natan melihat senyum Serly, Natan selama ini sibuk mengurus kepentingan Vivi. Hingga Natan lupa, ada Serly. Sepulang sekolah Natan hendak mengajak Serly untuk pulang bersamanya, tapi papanya Serly sudah menjemputnya. Serly juga tidak menatap atau menyapa Natan seperti dulu, kesempatan itu diambil oleh Vivi untuk lebih dekat dengan Natan. Vivi mengajak Natan untuk mengunjungi mamanya di rumah sakit, Natan menerima ajakannya. Karena Natan juga ingin tahu, apakah Vivi yang benar atau Serly.
Natan semakin percaya pada Vivi, setelah melihat memang benar ibunya terbaring lemah. Tapi Vivi hanya mengajak Natan melihat dari luar saja, alasannya Vivi tidak mau mengganggu tidur mamanya. Natan kemudian pamit, setelah membelikan makanan untuk Vivi.Natan berusaha mengubur rindunya dalam-dalam terhadap Serly dan dia memutuskan untuk lebih dekat dengan Vivi yang menurut Natan juga membutuhkan seorang teman. Natan tidak mau lagi kehilangan sosok sahabat, bagi Natan Vivi adalah sahabatnya. Natan tidak tahu, kalau Vivi mengharapkan lebih dari sekedar sahabat.Di rumah Serly sudah ada Ayana, Nanda, Elena, pak Bani dan polisi yang siap melakukan penyelidikan. Mereka sudah mengumpulkan bukti dan saksi mata yang tidak bisa di elak lagi oleh pelaku kejahatan. Sedangkan Serly sudah di penuhi inpus di tangannya, karena Serly memerlukan perawatan lebih untuk menghilangkan efek racun dalam tubuhnya. Hanya perlu waktu lagi beberapa hari, karena om Serly yang jadi dokter sudah membawa penawar racunnya dari Singapura.
Keesokan harinya di sekolah Natan menghampiri Serly, pertama kalinya Natan menurunkan gengsi. Natan meminta penjelasan pada Serly, nyatanya Serly membuat Natan merasa bersalah padanya. Terlebih ketika Serly mengungkapkan isi hatinya.
"Biarlah nanti waktu yang menjawab segalanya. Aku udah cukup lelah untuk meyakinkan seseorang yang sebenarnya tidak pernah mengharapkan ku, jadi Aku serahkan pada yang di atas. Maaf ya Nat, selama ini Aku selalu menggangu mu. Aku mencintai mu Nat, dulu. Perasaan itu sudah aku kubur dalam-dalam, sekarang sudah ada Aldi yang siap menjaga ku. Semoga bisa menjadi teman yang baik ya Nat," ucapan Serly menghantam hati Natan dengan keras.
Natan diam, begitu juga semuanya yang mendengar pengakuan Serly yang dulu menyukai Natan. Serly mengatakan semua itu dengan sangat jujur, tanpa merasa sedih di luar. Meski hati Serly juga sakit, tangan Aldi menggenggam erat tangan Serly untuk menguatkannya. Kemudian mereka mendengar kelas sebelah yang ribut, melihat kedatangan polisi. Yang lebih mengejutkan Natan melihat Vivi yang menangis karena di tangkap polisi, bingung itulah yang di rasakan Natan. Salah satu polisi menyerahkan ATM milik Natan, dengan ragu Natan menerimanya.
Natan menatap Serly dengan penuh penyesalan, selama ini Natan lebih percaya pada Vivi yang jelas-jelas sudah menjadi parasit. Vivi mengambil keuntungan dari Natan secara perlahan tapi pasti. Vivi akhirnya di penjara atas kasus percobaan pembunuhan terhadap Serly dan penipuan terhadap Natan. Hal itu tidak dapat di elak, karena sekolah mengeluarkan Vivi setelah melihat semua bukti. Hal itu juga atas permintaan dari ibunya Vivi sendiri. Beliau mengatakan kejahatan adalah kejahatan dan harus mendapatkan yang setimpal. Sungguh beliau adalah seorang ibu yang tegar dan adil.
Karena sebenarnya, wanita yang terbaring di rumah sakit bukanlah mamanya Vivi yang dilihat oleh Natan. Wanita yang itu adalah tetangga Vivi yang terbaring koma, lalu Vivi mengambil kesempatan itu untuk lebih meyakinkan Natan. Vivi juga adalah dalang di balik masuknya Serly ke rumah sakit, hanya demi keuntungan pribadinya yang mengatasnamakan mamanya. Serta memperjuangkan cintanya yang egois pada Natan, dia nekat menyingkirkan Serly dengan cara kotor sekalipun. Yang namanya parasit memang tidak tahu tempat dan keadaan, apalagi memahami sekitarnya.
Berani itu ketika bias mengalahkan rasa takut, ikhlas itu ketika mampu merelakan, jujur itu ketika menolak kebohongan, dan parasit itu ketika mengambil keuntungan dari kehidupan orang lain.
249Please respect copyright.PENANAIrPVlPcOS4
TAMAT
249Please respect copyright.PENANAMlKv6Dq5R3
249Please respect copyright.PENANAPi4qBKoyvy