"Manusia?!" tanya Kehr terheran."Bagiamana bisa manusia bisa masuk ke negeri kita?" lanjutnya mempertanyakan hal yang belum Kehr pahami.
"Itu yang masih jadi pertanyaan bagiku, Kehr. Kita akan menyelidikinya lebih dalam. Ya, sebaiknya kita tidak langsung menuduh manusia sebagai pelakunya." pungkas Lubro.
Middle-Earth sangatlah luas, bahkan sebagian wilayah belum tereksplorisasi. Lubro dan Kehr merupakan ras Elf yang tinggal di tanah Elfnian. Elfnian sendiri adalah sekutu dari Lystopia. Hubungan mereka sejak dulu terbilang sangat baik satu sama lain, karena kemiripan mereka yang hampir serupa.
Ras Elf sangat berhutang budi pada salah satu pemegang Rune langka di Lystopia, Brand Ghava. Beliau yang memerdekan kaum Elf dari perbudakan para Orc. Beliau pula yang menyarankan agar ras Elf bersatu dan mendirikan suatu sistim negara yang berdaulat.
Negeri Elfnian sedang dirudung dengan kesedihan, salah satu sesepuh mereka terbunuh dengan sangat mengenaskan. Ini menandakan bahwa negeri Elfnian sudah tidak aman lagi. Ada maharabaya yang sedang menanti mereka. Meski kesedihan sedang melanda seluruh Elfnian, keadilan harus tetap dilanjutkan.
Semua petinggi dari ras Elf sedang berkumpul di suatu gedung yang dinamakan dengan Ministry of Elfnian (M.E). Adu argumen antara perwakilan semua keturunan Elf terjadi di sana. Ada yang memihak pada manusia, ada pula yang tidak memihak, bahkan ada yang netral.
"Tidak mungkin manusia yang melakukan ini. Jika kita lihat dari sejarah, mereka berperan besar bagi Elfnian, Yang Mulia Azgar." ungkap seseorang dari keturunan Moon Elf.
"Saya sangat setuju apa yang diungkapkan oleh Gliz, Yang Mulia," sambung sesorang Elf lainnya.
"Saya paham dengan sejarah. Tapi bukan berarti kita bangsa Elf mendiamkan begitu saja. Saya mengutus Lars selaku kepala Inteligen, untuk mengusut kasus ini dengan tuntas," ungkap Yang Mulia Azgar.
"Suatu kehormatan Yang Mulia," kata Lars dengan pose membungkukan badan sekitar empat puluh lima derajat sebagai tanda sebuah penghormatan bagi sang raja."Ijinkan saya untuk melaksanakan tugas ini dengan tuntas!" lanjutnya.
Perdebatan masih terjadi, namun berakhir dengan keputusan mutlak dari sang raja. Banyak dari kalangan para Elf tidak setuju dengan keputasan Azgar selaku raja di sana.
Azgar kembali ke kerajaannya dengan memikirkan kejadian yang tidak dapat di terima oleh akal sehatnya. Dia berjalan mengitari taman kerajaan sembari memandangi air mancur dari kolam ikan-kan kecil yang sedang berenang dengan riangnya.
"Yang Mulia, apakah Anda ingin bertemu dengan saya?" suara dari seseorang membuat Azgar terkejut.
Dia membalikan pandangan dan benar saja itu adalah Lars."Ah, Lars. Akhirnya kau datang. Kemari!" perintahnya. Lars mendekatkan dirinya ke pada Azgar dan duduk di samping pinggiran kolam ikan."Sudah kukatakan, jangan panggil aku Yang Mulia ketika cuma aku dan kau saja di sini. Aku ini Kakak tertuamu," protes Azgar sedikit bergurau.
"Maaf Kak, aku hanya menghormatimu sebagai kepala negara," ungkap Lars.
"Kau tau Lars, ikan-ikan ini tidak tau apa-apa. Mereka berenang tanpa beban. Itu yang aku inginkan dari Elfnian." Azgar menatap langit biru negeri Elfnian dan menghela napasnya."Aku merasa gagal sebagai seorang raja, Lars." keluhnya.
"Kenapa kau berkata begitu, Kak?" tanya Lars yang bingung dengan ungkapan saudaranya itu."Yang kutahu, kau pemimpin yang dihormati rakyatnya!" lanjut Lars menenangkan saudaranya tersebut.
Azgar tersenyum kecil. Menatap langit kembali dan memandangi adik kecilnya itu."Lars, untuk kali ini saja, kau tuntaskan kasus ini!" perintah Azgar pada adiknya.
"Akan kulaksanakan!"
"Oh iya Lars," Azgar merogoh kantung celananya dan mengeluarkan sepucuk surat yang telah dibungkusi oleh amplop unik."Jika kau sampai di Lystopia, berikan ini padanya, aku mohon!" Azgar memberikan amplop itu pada Lars. Kemudian Lars mengambilnya.
"Padanya?!" tanya Lars memastikan.
"Iya. Aku ingin kau memberikannya!"
"Baik!"
"Oh iya, Lars. Ajak beberapa orang kepercayaanmu untuk tugas ini. Aku tidak mengijinkanmu untuk berpergian sendiri!"
"Kau masih saja protektif padaku, kak. Meskipun aku sudah menjabat sebagai kepala inteligen."
"Ah ... hanya berperan sebagai saudara saja."
Lars tersenyum melihat tingkah Kakak tertuanya yang tidak pernah berubah sama sekali, bahkan setelah dirinya sudah menjadi raja di Elfnian.
Bulan pada malam hari itu sangat terang, hingga cahayanya dapat dirasakan oleh keturuan Moon Elf. Keturunan ini sangat suka ketika bulan dengan sempurnanya membulat. Itu merupakan suatu energi bagi mereka. Para Elf memang mirip dengan manusia, jika dilihat dari segi fisik hanya daun daun telinga saja yang meruncing ke atas. Para Elf juga terlihat lebih muda dibandingkan dengan manusia. Mereka bergerak sangat gesit karena tubuh mereka yang sangat ramping namun bertenaga.
Tepat di depan gerbang Elfnian, seorang perempuan berdarah Ljosafar—Elf yang berasal dari keturunan cahaya— sedang berdiri sembari menikmati cahaya bulan yang sedang bersinar. Perempuan itu seakan mengisi waktu luangnya sekaligus menunggu kedatangan seseorang.
"Sungguh hobi yang aneh dari seorang Elf keturuan cahaya menikmati bulan," sindir seseorang laki-laki dari kejauhan sembari perlahan mendekati perempuan tersebut.
"Cahaya tetaplah cahaya, Mars." jawabanya tersenyum.
"Ya ... mau bagaimana lagi, itu hobimu."
"Jadi, kau ke sini karena perintah Komanda Lars, kah?" tanya perempuan itu memastikan.
"Yap!"
"Seperti apa Lystopia itu, Mars?" tanya perempuan itu penasaran.
"Lystopia itu rumah bagi manusia. Tidak jauh beda dengan kita," jelas Mars.
"Apa di sana juga ada sungai?"
"Tentu saja."
"Bagaimana dengan gunung?"
"Iya. Ada!"
"Hutan?"
"Ya!"
"Lalu, lalu, kucing juga ada?"
"Ya, di sana ju—" belum selesai Mars melanjutkan, jawabannya terpotong oleh seseroang yang sedari tadi sudah menguping mereka berdua.
"Kau akan menemukan semuanya di Lystopia Keyl!" potong Lars.
"Ahh Komandan. Kita sudah menunggumu!" kata Keyl sangat sumringah.
"Aku sejak tadi di sini mendengarkan obrolan kalian!" tegas Lars."Mars, Keyl ... tidak perlu aku jelaskan lagi, mengapa aku menyuruh kalian di sini bukan?" lanjut Lars.
"Tentu Komandan." jawab Keyl tersenyum diikuti dengan Mars."Ya. sudah jelas!"
"Baiklah, kita berangkat!" perintah Lars.
"Hei Komandan. Bukankah butuh perjalanan selama tiga minggu utuk sampai ke Lystopia?" tanya Mars.
"Itulah mengapa aku memasukan Keyl dalam misi ini," jawab Lars santai.
"Lalu, apa hub—" tiba-tiba Keyl memegang tangan Lars dan Mars dan sekejap mereka seperti terhisap oleh cahaya yang membuat mars tidak sempat melanjutkan ucapannya.
Mars berteriak sejadinya seperti bayi yang kehilangan induknya. Sedangkan Lars dan Keyl hanya tertawa dan menikmati perjalanan ajaib mereka. Ini kekuatan dari Ljofar, ahli dalam berteleportasi ke mana saja yang mereka inginkan. Tidak memakan waktu yang lama, dalam hitungan detik mereka bertiga telah sampai di perbatasan Lystopia. Mereka hanya menuruskan sejauh lima kilo meter sebelum sampai di depan pintu gerbang utara Lystopia.
Dari atas tembok raksassa Lystopia bagian utara, para penjaga dari atas sudah melihat mereka bertiga. Salah satu penjaga menggunakan teropong untuk mengidentifikasi mereka. Lars sudah tahu akan seluk beluk Lystopia dan sangat hapal peraturan di sini. Ia mengangkat tangannya setinggi mungkin untuk memberikan tanda pada para penjaga yang telah memperhatikan mereka.
"Bukakan gerbang!" perintah salah satu pemimpin para penjaga malam itu. Gerbang terbuka secara perlahan. Lars, Mars, dan Keyl memasuki wilayah Lystopia. Sebelum mereka masuk lebih dalam lagi, salah satu penjaga yang mempunyai tugas untuk mengidentifikasi siapa saja yang hendak masuk Lystopia harus melakukan pengecekan wajib.
"Identitas kalian?" tanya salah satu penjaga yang bertugas.
"Aku Lars. Ini Mars dan Keyl, bawahanku," jawab Lars.
"Biarkan mereka masuk. Aku yang menangani mereka!" perintah seseorang yang merupakan ketua dari penjaga gerbang."Senang kau di sini Tuan Lars," lanjutnya sembari mendekati Lars dan berjabat tangan dengannya.
"Ya. Sudah lama sekali kita tidak bertemu Hans!" sapa Lars sembari membalas jabatan Hans.
"Mari kuantarkan ke kerajaan," ajak Hans memimpin mereka bertiga untuk menemui Ratu.
Mereka bertiga berjalan menelusuri kota yang dikawal khusu oleh penjaga bawahan Hans. Bukan berarti mereka berbahaya, namun memang seperti ini peraturan di Lystopia. Dalam perjalanan, Mars tampak belum terbiasa dengan manusia. Sedangkan Keyl menikmatinya, terlihat sangat jelas dari cara Keyl memandangi setiap sudut kota yang sudah sepi akan penduduk.
"Ngomong-ngomong, apa yang membuat Tuan Lars datang kemari?" tanya Hans membuka pembicaraan.
"Urusan kerajaan, Hans," jawab Lars singkat.
"Urusan penting? Sangat jarang melihat Tuan Lars berteleportasi dari Elfnian malam-malam begini," ujar Hans.
"Ya. Ini melebihi dari sekedar penting!"
Sekitar sepuluh menit lebih, mereka sampai di depan gerbang kerajaan. Hans menjelaskan pada penjaga kerajaan maksud dari dirinya mengantarkan Lars dan bawahannya. Para penjaga memahami dan membukakan pintu untuk mereka. Mereka masih berjalan lagi menuju pintu utama kerajaan yang di mana pintu itu sangat mewah, berlapis dengan emas serta sangat besar. Terbuka pintu itu dan terpampang jelas di depan mata Lars dan bawahannya, Ratu dari kerjaan Bornheo sedang duduk manis nan anggun dari jarak sekitaran tujuh meter. Mereka berempat mendekati hingga berjarak tiga meter dari singgasana Ratu dan bertekuk satu lutut sebagai penghormatan.
"Kau bisa kembali Hans!" perintah Ratu agar Hans kembali untuk meninggalkan Lars dan lainnya. Hans tanpa berbicara langsung meninggalkan mereka serta memberikan hormat pada Ratu, sebelum dirinya berpaling menuju pintu utama kerajaan.
"Lalu, apa maksud dan tujuanmu kemari, Lars?" lanjut Ratu bertanya pada Lars setelah Hans keluar dari kerajaan.
"Ratuku yang terhormat, maafkan kedatangan kami mengganggu waktu istirahatmu," permintaan maaf Lars untuk Ratu.
"Apa yang membawamu ke mari?" tanya Ratu lagi. Lars merogoh sesutau dari dalam tas kecil yang ia bawa, kemudia sedikit menegakkan badannya dan memberikan sepucuk surat untuk Ratu.
Ratu menerima surat tersebut dan sesegara membukanya lalu membaca isi surat tersebut. Beberapa menit Ratu membacanya, ia melipat kembali surat tersebut dan menyuruh penasihatnya untuk mengadakan pertemuan Lima Kerajaan Lystopia.
"Lars, kau beristirahat dulu di sini. Besok, kau harus menjelaskannya di pertemuan Lima Kerajaan," ucap Ratu agar Lars dan bawahannya menginap di Lystopia."Pengawal!" teriak Ratu memanggil pengawal kerajaan. Pengawal kerajaan dengan sigapnya langsung mendekati Ratu."Antarkan mereka bertiga untuk beristirhat!" perintah Ratu pada pengawalnya.
Serentak para pengawal langsung menuruti."Ya Ratuku!" para pengawal mengantarkan Lars dan bawahannya ke dalam istana untuk beristirahat. Ya meskipun mereka tidak lelah dengan perjalanan dan Ratu tahu bahwa bangsa Elf sangat jarang untuk tidur, tapi itu adalah cara untuk menghormati tamu, bukan?
Surat sudah dalam perjalanan untuk di sampaikan pada Keempat pemimpin lainnya. Tinggal menunggu esok dalam pertemuan. Langit-langit Lystopia berbeda jauh dengan Elfnian, di mana langit di Lystopia tampak berwarna gelap meskipun bulan sedang bulat sempurna. Gelapnya langit tetap indah di mata dua insan yang sedang menikmati di lapangan latihan nomor tujuh. Ethan dan Lily sudah banyak mengobrol satu sama lain. Mereka pun saling berbagi ilmu pengetahuan tentang Rune dan sejarah-sejaran yang mereka tahu satu sama lain.
"Hei Ethan," sapa Lily lembut. Ethan hanya merespon dengan sebuah pandangan."Setlah pelatihan di Camp-Class berakhir, kau ingin masuk pasukan apa?" lanjut Lily bertanya pada Ethan.
"Entahlah, aku tidak sempat berpikir," jawab Ethan."Kalau kau sendiri?" sambung Ethan bertanya pada Lily.
"Aku ingin masuk pasukan penjaga gerbang di wilayah selatan," jawabnya tersenyum namun tidak memandang Ethan.
"Kenapa?" Ethan menanyakan alasan pada Lily.
"Rumahku dekat dengan dinding wilayah selatan. Sejak kecil aku selalu memandangi para penjaga dan berpikir aku ingin menjadi seperti mereka. Aku ingin menjaga Lystopia sekaligus menjaga keluarga," ungkapan Lily yang membuat Ethan terdiam sejenak.
"Kalau begitu aku ingin menjaga Lystopia dari luar. Agar orang-orang yang berada di dalam merasa aman!" jawab Ethan yang entah dari mana jawaban itu berasal.
Lily tersenyum mendengar jawaban Ethan begitu juga Ethan yang ikut tersenyum melihat Lily begitu nampak bahagia malam itu. Dua anak manusia itu tidak mengetahui apa yang sedang terjadi di balik gelapnya langit. Mereka hanya memikirkan apa yang sedang terjadi di sini saja. Tidak! Bukan hanya mereka saja. Namun, seluruh rakyat Lystopia tidak tahu apa yang akan terjadi di kemudian hari.
246Please respect copyright.PENANATByG0y6rYy