Genangan perih lontar hitam rasa tiada tersampai, seinci luas samudra jarak tak punya kira-kira, terpaku tunas kirana akankah senja singgah lebih lama.
Darah ruhku serupa sanduran wajah titisanmu, jemari sketsakan samar angan dari masa lampau yang tiada mengijinkan aku mengenal dirimu. Andai rindu sampai pada si empunya tak perlu aba-aba tumpah airmata syukur atau justru jelaga benci kian mendewa, Entahlah!.
Hati tak mampu meniadakan adamu, bolehkah rasa sayangku ingin tukar dengan cintamu sedetik pun tak mengapa, setidaknya kau mengganggapku ada.
Percik melekat rahsa berpalung doa untukmu pengukir jiwa fakir akan cintamu, bilah kecewa rundung nestapa itu bukan jawaban bijak menerima, sebab sayang manusiawi tercipta dari jalinan darah dalam raga.
Seririt, 21 Agustus 2021