Di sudut kamar yang berhadapan langsung dengan pintu kaca, terpancar cahaya remang dari lampu jalan. Suara deru kendaraan masih terdengar meski hari hampir berganti; masih mencari pemberhentian terbaik sepertinya. Agaknya kini malam menjadi waktu terbaik untuk mensyukuri setiap hal yang aku dapati. Jam-jam dimana aku merasa beruntung karena dapat melewati semuanya. Merasa beruntung karena dapat bertahan meski lelah, dan tidak menyerah meski rasanya ingin sekali. Juga beruntung karena ia selalu ada disetiap bangkitku, disetiap jawaban atas raguku, dan penenang disetiap resahku.
Entah sudah berapa kali aku mengucap terima kasih pada Tuhan karena telah dikirimkan satu hal yang amat hebat. Satu hal yang tidak ada duanya, tiganya, atau banyak lainnya. Satu hal yang sudah amat cukup. Aku percaya ini bukan perihal Tuhan iba pada ku. Aku pikir ini adalah sebuah hadiah karena aku mampu menjadi seseorang yang lebih kuat dari sebelumnya.
Hal itu;ia tanpa ku pinta hadir dan sukarela memilih tetap tinggal disaat ada pilihan untuk pergi. Ia jelmaan purnama di langitku yang gelap temaram. Perlahan menarik atensiku ke luar dan menyadarkanku bahwa dunia amat indah jika kita menghadapinya dengan bahagia, menyulut serotoninku setiap harinya. Ia menyadarkan ku bahwa ternyata sendiri bukanlah hal yang paling tepat. Sesekali bersama menjadi hal yang lebih baik dan lebih benar. Ia juga menyadarkan ku bahwa aku ternyata memiliki arti, bahwa aku juga pantas memiliki kesempatan untuk dimiliki, kesempatan untuk tidak sendiri.
Caranya memandang dunia melisiskan cemasku. Apa boleh aku merasa seperti ini? Aku tidak akan bertanya apakah ia orang yang tepat atau bukan. Pun semua orang akan sepakat bahwa ia memang yang terbaik. Siapapun tak akan ragu jika ia orangnya. Hadirnya membuatku menjadi wanita yang beruntung karena memiliki hal hebat sepertinya.
Mau bagaimanapun aku mengalihkan kebenaran, benar, aku sudah jatuh padanya. Mungkin sebentar lagi akan amat. Aku jatuh pada ia yang pandangnya amat meneduhkan, tuturnya yang amat menenangkan, dan caranya mencintaiku yang amat sederhana. Aku tak mampu menjelaskan betapa beruntungnya aku, karena bagaimana pun aku menjelaskannya kalian tak akan mengerti karena kalian bukan aku. Intinya, aku tak pernah sejatuh ini sebelumnya, tak pernah seberuntung ini karena dimiliki dan memiliki seseorang sepertinya.
ns 15.158.61.8da2