Nasehat paling spektakuler yang pernah diucapkan kepada saya adalah “menarilah bersama badai”!
Semula saya mengangguk-angguk saja. Antara terpesona oleh diksinya, dengan tidak mengerti apa yang dimaksud. Ketika benar-benar dalam kondisi diterjang badai permasalahan bertubi-tubi, saya justru tidak ingat akan nasehat spektakuler itu.
Secara naluri, ketika mendapat masalah reaksi pertama adalah mencari solusi. Bentuk mencari solusi tiap individu bermacam-macam. Ada yang memang segera mencari solusi dengan mengesampingkan dampak emosional akibat permasalahan. Ada juga yang mendahulukan peluapan dampak emosional. Yang disebutkan terakhir pun juga bermacama-macam cara untuk meluapkannya. Namun demikian, tak ada pembenaran maupun penghakiman terhadap berbagai bentuk pencarian solusi dari masalah.
Beberapa hari terakhir saya tergelitik dengan nasehat spektakuler itu. Saya coba memproyeksikan gambaran bagaimana caranya menari bersama badai. Bayangkan, BADAI! Badai mampu meluluh lantakkan apa saja. Ketika ada badai, intuisi kita adalah pergi sejauh-jauhnya bukan? Hanya manusia nekat dan ingin mati yang mendekat ke badai.
Masih dalam proses memproyeksikan gambarannya, tetiba muncul pertanyaan. Badai itu bermacam-macam kan? Badai siklon tropis, badai api, badai salju, badai debu, badai pasir, badai tornado, badai petir bahkan ada badai meteor. Satu lagi, badai magnetik!
Lalu coba kita tengok macamnya berdasarkan kecepatan angin yang dihasilkan. Ternyata ada 5 jenis. Paling rendah adalah kategori 1 dengan kecepatan 119 hingga 153 km/jam. Yang paling tinggi adalah kategori 5 dengan kecepatan 252 km/jam. Aduh, membayangkan saja tidak sanggup!
Sekarang kita menuju ke bagian “menari”. Apakah mungkin?! Jelas tidak mungkin bagi kita, hanya manusia, benar-benar menari di dalam badai yang sudah saya sebut di atas. Jangankan menari, mendekat pun adalah hal berbahaya.
Lalu terlintas pertanyaan lagi. Bagaimana jika kita menari dengan kecepatan yang sama dengan badai?Atau menari selaras dengan arah dan kecepatan badai. Aha..!!! Sepertinya mulai ada sedikit gambaran.
Menari bersama badai bisa dilakukan dengan menyelaraskan gerakan, menyamakan kecepatan dan mengerti pola badai.
Lantas dimana letak benang merahnya dengan “badai” kehidupan kita?
Sama halnya dengan macam dan jenis badai, permasalahan kita juga bermacam-macam. Tiap individu mempunyai macam dan jenis badai sendiri. Untuk menari didalamnya, selaraskanlah dengan badainya.
Untuk memecahkan masalah, seperti halnya badai, kenali dulu jenis, kecepatan dan polanya. Wah lama! Iya.
Tidak ada yang instant dalam kehidupan ini. Awal mula, kita memang akan babak belur karena “badai” permasalahan yang datang. Sedih, lara nestapa, kecewa, sakit hati, terhina,putus asa dan seterusnya.
Lalu,kenalilah permasalahan tersebut. Nah, disinilah fase yang disebut “menari”. Setelah mengenali, maka kita akan berada pada fase menari yang sebenarnya. Tak lama, solusi pasti menjelang.
Selanjutnya, setiap ada “badai” yang datang, kita akan mudah mengenalinya. Dan, kita tak akan babak belur lagi ketika “menari bersama badai”.
Ohya, ini hal yang penting. Sebelum menari dalam badai, memohonlah kepada Sang Pemilik badai. Berdoa sepenuh hati agar dimudahkan diberi pertunjuk. Yang saya yakini bahwa “ Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (Al-Baqarah:286). Allah tidak akan memberikan ujian badai dengan kecepatan 252 km/jam kepada makhluknya yang “lambat”. Jadi jangan khawatir tidak bisa menari dalam badai.
Nah, selamat menari dalam badai. Semangat!
233Please respect copyright.PENANAb5DkXsj5xG
233Please respect copyright.PENANAyW9YH3l10S