Tuhan....
Adakah arah pulang untuk ku sejenak menjeda keletihan dan menghapus keraguan?
Tuhan....
Adakah arah pulang dimana aku bisa bercerita tentang segenap tualang, dimana segala ku bisa di dengarkan?
Tuhan....
Adakah arah dimana aku bisa pulang untuk sekedar menidurkan peperangan?.
Mendung itu sudah sampai difebruari lagi, sedang sesalku sudah hampir abadi dilekang masa sewarsa lebih..
Dulu katamu, "jangan seperti orang-orang yang hanya setahun sekali merayakan sayang juga bukan hanya soal coklat yang pekat lebih dari itu adalah lekat, yang harus erat berlipat-lipat."
Sekarang, Aku sudah pandai merayakan namun bukan kasih sayang, ia sudah berganti peran menjadi secangkir malam yang dihabisi kesaksian dengan perih nya kesepian; lalu sesudah kau pergi, Aku menyeruak sunyi diruang hati yang ku hakimi sendiri.
Dan bagaimana pun akhir dari gemericik hujan, riuh nya akan tetap menumbuhkan ilalang di tepi kerinduan; Sebab februari akan terus bermekaran menjadi benih-benih kasih sayang yang akan terus mampu di rayakan walau telah abadi menjadi kenangan.
"Februari dan perayaannya"
Kiki ginanjar. 14 feb-2023.
Pernah sesekali
Kedua bola mata ku terduduk hampa, menjeda angka melihat kembali cerita-cerita brutal dan gila dari mereka yang menggantungkan makna di ujung-ujung bunga.
Sepanjang trotoar pantura, sekelebat kisah tertulis ria, melayari samudra, melautkan luka dalam secangkir tawa.
Kini rindu telah durjana, merebah, memisah sanghyang kala, mengotori merah muda ruang wajah cakrawala.
Lagu-lagu pilu menyeru,
kesuwungan memenjara,
Dilantunkan sebagai kesumat dendam
Bagai merona langit sembilu
menumbuhkan kembang kamboja,
Meninggalkan jejak seisi lamunan
Namun doa tetaplah doa walau keluar dari bibir para bedebah —basah nya tetap melimpah ruah, menyulam wajah rasa paling purba untuk terus saling bersapa
Cerita setelah nya telah mengangkasa, mengudara aksara tapa reda, tanpa cela.
Sajak menelaah gerangan
Melukis bayang dari abu-abu sisa-an.
Teman, Apa kabar dengan api mu di sana?
Bekasi, 15 jan 2024.
Dari jurang tebing berbatu
Bangau itu terasing menyendiri
Menyusuri waktu, terbang mengudarai arti
Dalam ke terjajahan; Ia menjeda malam, pada kesepian terkunci lah diam.
Rindu telah purba sebagai jelaga, Bermuara menjelma telaga kata, Menyerupa aksara tak terbaca, membusuk di ruang dada tanpa makna.
Namun kepak sayapnya terus memerah, menjaga asa dengan api yang terus menyala
Ia kembali mengembara angkasa, menyinggahi angka-angka, menembus cahaya, melayari seisi samudra yang terjebak di kepala nya.
Suara bangau itu memandu
Monyet-monyet bergelantung, menggugur dedaunan
Asap kopi memeluk ku tanda tak akan pergi dalam ke tersendirian,
Kesepian biar jadi teman, keheningan biar jadi kediaman.
Jika sajak-sajak ku sudah tak lagi terdengar
maka telah abadi pengembaraan, tualang telah terbakar, perjalanan telah jauh keluar dari hingar bingar
Kemudian aku kembali hidup dalam selembar halaman
Menjadi sebuah tulisan yang tak lekang dimakan malam
Tak hilang dilumat zaman.
"Suara bangau"
Kiki ginanjar
2 feb 2024.