Darahku mendidih dan siap meluapkannya pada dua sosok manusia biadab di hadapanku saat ini. Astrie yang kukenal begitu polos, anggun, dan alim ternyata berani berzina dengan pria lain! Lebih gilanya lagi mereka melakukannya di rumahku! Rumah yang kubeli dari kerja kerasku selama ini!
Tak sampai disitu saja, Astrie yang selama ini selalu menolak memberikan servis blowjob padaku kini justru begitu menikmati mengulum batang penis pria lain. Dari gerakan bibir serta caranya mengulum, Astrie sama sekali tak terlihat seperti wanita polos, mulutnya lincah dan begitu pintar memberikan kenikmatan pada lawan mainnya.
“Alhamdulillah, bacaanmu sudah semakin bagus sekarang.” Ujar pria itu seraya membelai kepala Astrie yang masih tertutup mukena.
“Terima kasih Ustadz…” Balas Astrie seraya tersenyum memandangi wajah pria yang usianya kuterka tak berbeda jauh denganku.
Ustadz? Kenapa Astrie memanggil pria itu dengan sebutan Ustadz? Kupicingkan kedua mataku sembari sedikit melongokkan kepalaku mendekati pintu agar bisa melihat wajah sosok pria misterius itu. Keduanya sedang membelakangiku, cukup susah bagiku mengindentifikasi pria bangsat yang sedang berbuat mesum dengan Astrie. Hingga di satu momen pria itu sedikit menolehkan kepalanya ke samping hingga membuat wajahnya bisa kukenali.
Sosok pria itu adalah Ustadz Hanan, seorang pemuka agama terkenal, pemimpin kajian keagamaan yang sering didatangi oleh Ibuku dulu, bahkan Ibuku mulai berteman akrab dengan Ibu Astrie setelah rutin mengikuti kajian yang dipimpin oleh Ustadz Hanan.
Tak hanya terkenal di wilayahku saja, kepopuleran Ustadz Hanan juga meliputi tingkat nasional. Bagaimana tidak, wajahnya sering wara-wari di tayangan televisi memberikan ceramah agama, apalagi jika bulan Ramadhan, hampir semua stasiun televisi menampilkan wajah pria yang kuketahui juga telah menikah dan memiliki dua orang anak tersebut.
Citra sebagai da’i muda yang memiliki pengetahuan agama mumpuni nyatanya hanyalah kamuflase semata. Bajingan itu sekarang malah menampakkan dirinya di hadapanku tak lebih seperti pria bejat yang sering kutemui.
Aku memang telah tidur dengan wanita lain dan berselingkuh dari Astrie, tapi tak sekalipun aku memoles citra diriku sebagai pria baik-baik dan taat beragama di luar sana. Berbeda dengan bajingan satu ini yang menipu banyak orang dengan citra alim nan soleh padahal akhlaqnya tak lebih baik dibanding dengan diriku.
Satu pertanyaan besar yang belum kutemukan jawabannya adalah, bagaimana Astrie bisa mengenal Ustadz Hanan yang sangat terkenal ini? Apakah mereka sudah menjalin hubungan jauh sebelum aku menikahi wanita cantik itu?
“Sekarang kita bisa melakukannya?” Tanya Ustadz Hanan pada Astrie yang masih duduk bersimpuh di bawah tubuh pria itu.
“Bisa Ustadz, saya sudah siap.” Jawab Astrie.
Kuurungkan niatku untuk menyerbu masuk ke dalam dan menyeret mereka berdua. Entah kenapa tiba-tiba rasa penasaran sekaligus akal bulus nan licik kini justru menjelma jadi pengalah emosiku. Aku mundur perlahan menjauhi pintu kamar, kemudian berjalan mendekati ruang makan.
Pandanganku menyasar ke sekelililng, mencari keberadaan ponselku yang tadi sempat tertinggal sebelum berangkat kerja. Tak butuh waktu lama kudapati ponselku di atas meja makan, buru-buru kuaktifkan layarnya kemudian langsung memilih mode video pada kamera.
“Mampus Lu! Gue bikin hidup kalian hancur setelah ini!” Umpatku dalam hati.
Aku kembali melangkah pelan mendekati pintu kamar tidurku. Kuarahkan kamera ponselku, menyasar Ustadz Hanan dan Astrie. Dadaku berdebar kencang karena saat ini kulihat Astrie bersimpuh di bawah tubuh sang Ustadz, kepalanya menengadah dengan kedua mata terpejam. Al Quran masih terbuka di atas tangannya, Ustadz Hanan mengarahkan ujung penisnya yang tak terlalu besar tepat di hadapan wajah istriku. Lalu tanpa kuduga Ustadz bejat itu mengencingi wajah Astrie.
GILA!
Apakah ini kenyataan atau sekedar mimpi buruk? Cairan najis itu menerpa wajah Astrie tanpa ampun, istriku bukannya menghindar tapi malah justru membuka mulutnya lebar-lebar, membuat air kencing Ustadz Hanan sebagian tertelan olehnya, dan sebagian yang lain menerpa permukaan lembar Al Quran.
Melihat pemandangan seperti itu membuat tanganku sampai bergetar, namun kutahan sekuat mungkin agar rekaman videoku tak jadi berantakan. Ini adalah senjataku untuk membalas dendam nantinya pada Ustadz Hanan dan Astrie. Aku tidak boleh terbawa emosi dan merusak rencana balas dendamku.
“Aaachhhh……” Tubuh Ustadz Hanan begidik beberapa kali setelah menghabiskan tetes terakhir air kencingnya di wajah Astrie.
“Eeemmcchhhh…Eeemmchhhh..”
Astrie nampak gelagapan, mulutnya penuh air kencing, wajahnya basah kuyup pun begitu pula dengan mukena yang dikenakannya. Tanpa rasa jijik sedikitpun Astrie menelan sampai habis kencing sang Ustadz.
“Luar biasa, kamu makin cantik kalo seperti ini Astrie. Aku suka.” Ujar Ustadz hanan seraya mengangkat dagu istriku.
“Alhamdulillah kalau Ustadz suka.” Balas Astrie.
“Sekarang waktunya aku menyetubuhimu, kamu sudah siap?” Darahku makin mendidih mendengar ucapan Ustadz brengsek itu.
“Insyaallah Ustadz…”
Ustadz Hanan kemudian berpindah posisi dari samping menuju belakang tubuh Astrie. Istriku seolah tau apa yang diinginkan oleh Ustadz Hanan, diapun merubah posisi tubuhnya dari duduk menyamping menjadi menungging, membelakangi sang Ustadz.
Aku terhenyak saat Ustadz Hanan meraih bagian bawah mukena yang dikenakan Astrie, saat mukena tersingkap aku bisa langsung melihat bagian pantat mulus Astrie tanpa mengenakan apapun lagi. Rupanya sedari tadi Astrie hanya mengenakan mukena tanpa daleman apapun! Sejak kapan Astrie jadi sebinal ini?
“Ouucchhhhhh…Ustadz….”
Astrie melenguh manja saat Ustadz Hanan menggesek-gesek ujung penisnya pada permukaan vagina dan anusnya.
“Sssssttt…Inget kamu punya Allah, jadi sebut namaNya saat merasakan sesuatu.” Ujar Ustadz Hanan memberi intruksi. Kembali dia menggesek ujung penisnya kali ini hanya di permukaan vagina Astrie saja, sementara satu jarinya mengelus permukaan anus istriku.
“Aaaachhh! Allah….Allah…Allahuakbar!” Suara Astrie meninggi, tubuhnya menggelinjang bak cacing kepanasan akibat perlakuan mesum dari si Ustadz bejat.
“Pinter...” Ujar Ustadz Hanan sembari mengocok batang penisnya yang mulai mengeras dan siap untuk digunakan.
Aku terus merekam adegan cabul keduanya dengan penuh luapan emosi yang sekuat tenaga coba kutahan. Untuk pertama kalinya dalam hidup aku akan melihat tubuh istriku yang kukira alim dan soleha disetubuhi oleh pria lain. Selama ini aku tak pernah menaruh curiga sedikitpun pada perangai Astrie. Aku bahkan meyakini jika istriku itu tak akan punya pikiran sebejat ini. Aku mengutuki diriku sendiri karena begitu bodoh dan berhasil dibohongi oleh istriku sendiri!
“Ucchhhhhh! Ustaaadzzz!!!”
Diiringi lenguhan panjang dari Astrie, perlahan Ustadz Hanan mulai memasukkan penisnya ke dalam liang senggama istriku. Dua tangan Ustadz bejat itu mencengkram pinggul sintal Astrie, menahannya agar tak bergerak terlalu liar. Setelah batang penisnya telah memenuhi liang senggama, Ustadz Hanan mulai bergerak maju mundur menyetubuhi istriku.
“Ouucchhhh! Ouucchhh! Ustadz!”
“Kenapa sayang? Enak apa sakit?”
“E-Enak Ustadz…Enaaakk…Acchhhh!”
“Alhamdulillah kalo enak…”
“I-Iya Ustadz…Alhamdulillah…Aaachhhh!”
Gerakan pinggul Ustadz Hanan yang awalnya berirama pelan kini bertambah cepat. Bunyi tumbukan kelamin dengan permukaan pantat semok istriku terdengar cukup nyaring memenuhi ruangan, saling bersahutan dengan desahan serta lenguhan keduanya, ciptakan simfoni mesum yang membuat darahku berdesir kencang.
Mendadak muncul sensasi aneh dalam diriku, menyaksikan tubuh Astrie tengah digumuli oleh pria lain ternyata berhasil memantik birahiku pula. Kurasakan selangkanganku mulai sesak, penisku berdiri sebagai respon indera penglihatanku yang menyaksikan persetubuhan Astrie dan Ustad Hanan secara langsung.
“Allah! Allah! Aaachh!!”
Ustadz Hanan sedikit menaikkan posisi tubuhnya, semua berat badannya kini bertumpu pada kedua pergelangan kakinya. Dari tempatku berdiri aku bisa melihat kini Ustadz bejat itu tengah mengangkangi vagian istriku dari belakang. Tubuh Astrie makin merunduk, bahkan kepalanya sampai menyentuh sajadah yang tergelar di bawah tubuhnya. Dengan posisi seperti ini aku yakin jika lesakan penis Ustadz Hanan akan semakin terasa mentok di rahim Astrie.
“Aaacchh!!! Aaachh!! Ampun Ustadz! Ampun!” Teriak Astrie layaknya orang kesetanan.
Ustadz Hanan bergeming, sama sekali tak mempedulikan teriakan istriku. Konsentrasinya tercurah seutuhnya pada gerakan tubuhnya yang menggenjot tubuh Astrie dari belakang dengan kecepatan tinggi. Dari celah liang senggama Astrie keluar cairan kental berwarna putih susu, setiap Ustadz Hanan menarik batang penisnya cairan itu bertambah makin banyak.
“HAAAHH!! HAAAHH!!” Nafas Ustadz Hanan terdengar menderu hebat. Dilepasnya batang penis dari cengkraman vagina istriku.
“Ampun Ustadz…Ampun…” Hanya itu yang terdengar dari mulut Astrie.
Tubuhnya gontai kemudian rebah terlentang di atas sajadah. Astrie mendesah sekali lagi. Nafasnya semakin berat tersengal-sengal menatap wajah Ustadz Hanan yang mendekatinya. Tubuh mereka berdua sudah basah oleh keringat serta bercampur bau pesing dari kencing si Ustadz bejat. Mata Astrie terpejam, tubuhnya menggeliat resah.
“Kamu memang lonte kesukaanku.” Desis Ustadz Hanan.
“I-Iya Ustadz…Aku adalah lontemu..” Balas Astrie pasrah. Wanita yang kunikahi karena kealiman serta kepolosannya ternyata bisa menjadi wanita sebinal ini.
Ustadz Hanan berusaha kembali mencium bibir istriku. Ia julurkan lidah membelai bibir sensual milik Astrie. Istriku pun berusaha membalas dengan tubuh bergetar. Pemandangan eksotis tersaji, saat mereka saling berbelit lidah, tukarkan air liur tanpa sedikitpun rasa jijik meskipun aku yakin jika aroma pesing kencing Ustadz Hanan masih menyengat hebat.
Ustadz Hanan mulai merangsek menindih tubuh Astrie. Jilatan lidah panjang Ustadz Hanan mulai mengganas. Ia basahi semua permukaan wajah Astrie yang terbungkus mukena basah. Ia mengendus-endus dan hirupi aroma rambut serta paras jelita istriku. Tubuh Astrie kian menggelinjang saat sapuan lidah Ustadz Hanan merayap ke area leher.
Lalu, cumbuan lidah itu menjelajah ke bawah, ke area paling sensitif milik istriku. Tangan Ustadz Hanan bergerak cepat menyingkap mukena yang masih dikenakan oleh Astrie. Tak butuh waktu lama hingga pria bejat itu berhasil menelanjangi Astrie.
Kini tubuh istriku telah telanjang bulat tanpa sehelai benangpun menutupinya. Kepala Ustadz Hanan kembali merunduk, mulutnya langsung mencaplok gundukan besar dada istriku. Astrie pun hanya bisa pasrah sembari mendesah manja, merasakan dua gundukan bukit payudara beserta putingnya, basah terjilat-jilat oleh lidah si ustadz bejat. Astrie mengerang nikmat tercambuk syahwat setan.
“Auucchh!! Allah! Enak banget Ustadz!! Aaachh!”
Deru nafas Astrie makin menderu seiring makin buasnya mulut Ustadz Hanan mengerjai kedua payudaranya. Tak hanya mulutnya saja yang bekerja, dua tangannya juga ikut meremasi payudara istriku yang memang berukuran besar.
Tubuh sintal Astrie mulai mengejang isyaratkan meminta persetubuhan. Seumur pernikahanku dengannya, tak sekalipun Astrie menujukkan gerak tubuh sebinal ini. Aku terus merekam adegan demi adegan mereka berdua lewat kamera ponselku.
“Mmmmngh!! Sssshhh…Ustadz…Ayo masukin…” Pinta Astrie memohon.
“Apanya yang dimasukin…?” Goda Ustadz Hanan disela cumbuan bibirnya.
“Kon-Kontolnya Ustadz! Masukin!” Dipermainkan seperti itu membuat tubuh Astrie menggeliat gelisah.
“Astagfirullah…Mulutmu…”
“Astagfirullah, maaf Ustadz…”
“Minta maaf sama Allah!”
“I-Iya Ustadz….Maafkan Astrie Ya Allah…”
Astrie menggeliat dengan kelopak mata sayu. Pinggul selangkangnya melonjak-lonjak cepat seakan menunjukan di mana ia ingin disentuh. Ustadz Hanan pun mendesis geram, dan menguas-nguas becek gunduk daging kewanitaan istriku yang sudah tercukur licin kemerahan.
19830Please respect copyright.PENANAxXr4FtEmcJ
BERSAMBUNG
Cerita "ISTRI SOLEHOT" sudah tersedia dalam format PDF FULL VERSION dan bisa kalian dapatkan DI SINI
ns 15.158.61.48da2