Sayup kudengar suara hujan masih turun di luar sana. Aku terjaga dari tidurku karena merasakan beban berat di atas tubuh. Perlahan kubuka mata dan mendapati Astrie sudah berada di atasku, hanya dengan mengenakan hijab saja, sementara tubuhnya yang sintal telanjang bulat tanpa penutup apapun. Payudaranya yang besar bergerak mengikuti irama gerak tubuhnya, maju mundur menggeseki selangkanganku.
“Eeechhhmmmmm…Dek….” Aku hanya mendengus, penisku mulai membesar karena bereaksi pada gerakan tubuh Astrie.
“Pagi Mas….Ayo bangun dong….” Ujar Astrie dengan senyum penuh arti. Baru kali ini aku merasakan kebinalan Astrie, apakah ini caranya untuk meminta maaf padaku?
"Enak?"
“I-Iyah…”
Astrie menggoyang-goyangkan tubuhnya secara perlahan, menggesek-gesekkan area sensitifnya pada selangkangan dan pahaku. Apa maksudnya wanita ini???
"Udah Dek…Udah…"
Astrie bergeming, dia terus menggoyangkan tubuhnya, tak hanya itu, tiba-tiba bibirnya mulai menciumi leherku. Geli dan basah, Aku berusaha menurunkan tubuhnya tapi diluar dugaanku penisku makin mengeras akibat gerakan tubuhnya. Aku yakin Astrie juga mulai merasakan benjolan keras di selangkanganku. Perlahan dia menarik kedua tanganku ke atas sebelum kemudian melepaskan kaos yang masih kukenakan.
"Udah keras ya kontolnya?" Tanya Astrie, menggodaku dengan tatapan genit.
Gila!
Inilah kali pertama aku mendengar secara langsung Astrie mengucapakan kata kotor dari mulutnya. Ada apa dengan istriku yang alim ini? Apakah ini karena pengaruh Ustadz Hanan? Atau ini hanya bentuk permintaan maaf Astrie padaku? Aku menghadapi dilema, di satu sisi aku ingin menghindari hubungan badan dengan Astrie demi rencana balas dendamku. Tapi di sisi lain melihat Astrie sebinal ini membuat hasratku sebagai laki-laki normal tergugah.
Aku menarik kepalanya yang tertutup hijab agar mendekat, langsung kukecup bibirnya yang nakal. Astrie menyambut ciumanku, lidahnya menjilati lidahku yang mulai mengeksplore rongga mulutnya. Rasa sakit pada kakiku masih terasa, tapi dikalahkan oleh kobaran birahiku. Dua tangan bergerilya meremasi payudaranya yang besar, sesekali kumainkan putingnya, kujepit, kutarik sedikit keras hingga Astrie melenguh manja. Kami masih berciuman dengan panas.
"Emmcchhh!!"
Aku langsung memindahkan ciumanku pada putingnya. Menghisapnya seperti seorang bayi yang kehausan. Astrie meremas-remas rambutku, desahannya semakin nyaring terdengar, kami seolah seperti pengantin baru yang terdesak birahi tanpa henti.
"Mas Doni udah sange?" Tanya Astrie, nafasnya menderu.
Aku terdiam, lalu sedetik kemudian Aku kembali memagut bibirnya. Penisku sudah benar-benar keras di bawah sana, gerakan tubuh Astrie yang sedari tadi menggesek pangkal pahaku menjadi penyebab utamanya. Astrie lalu mengangkat tubuhnya, berpindah ke sisiku. Dilepasnya celana pendek yang masih menutupi bagian bawah tubuhku.
Tak butuh waktu lama, kini aku sudah polos tanpa selembar kainpun menutupiku. Tatapan matanya binal menyasar tubuhku, birahiku semakin terpacu untuk segera dipuaskan. Penisku yang memiliki panjang 19 cm langsung mencuat tepat di hadapannya. Tanpa pikir panjang Astrie langsung meraihnya, mengocoknya perlahan setelah sebelumnya meludahi penisku terlebih dahulu.
"Eeemmmcchh!!!!"
“Gede banget Mas kontolmu….Astrie suka…” Racauan mesum yang keluar dari bibirnya makin membuat birahi terbakar.
Lalu momen yang selama ini kudambakan terjadi. Perlahan Astrie merundukkan kepalanya, bibirnya yang sensual mulai terbuka, lidahnya yang basah terjulur, lalu detik berikutnya Astrie mulai menjilati batang penisku sambil terus mengocoknya menggunakan tangan. Lidahnya seperti menari-nari di tiap jengkal kulit penisku. Tak ada yang tersisa, semua bagian kemaluanku tersapu oleh kenakalan lidahnya.
"Gede banget .."
Ucapnya lirih sebelum mengulum batang penisku. Mulutnya terlihat sangat penuh, batang penisku menyesaki rongga mulutnya. Aku meremas kepalanya yang tertutup hijab hitam, mencoba menggerakkan kepalanya maju mundur.
"Eeeemmcchh!! Emmcchh!!" Astrie sempat melotot ke arahku karena aku mendorong kepalanya terlalu dalam, membuat ujung penisku nyaris menyentuh permukaan keronkongannya.
"Sabar Mas!" Protesnya seraya melotot ke arahku.
“Lagi Dek…” Kataku dengan nafas memburu.
“Iya Mas…Astrie akan puasin Mas Doni pagi ini.”
Astrie kembali merundukkan kepalanya, memainkan penisku menggunakan mulut dan lidahnya. Batang penisku sampai terlihat mengkilat dan basah karena air liurnya. Hampir 10 menit Astrie mengoral batang penisku, sampai akhirnya dia membelakangi tubuhku yang masih terlentang di atas ranjang.
Tubuhnya mengangkangiku, aku bisa melihat dengan jelas kesemokan pantatnya tepat di hadapan mataku. Dipegangnya batang penisku, digesek-gesekkan sebentar pada permukaan liang vaginanya. Lalu Astrie perlahan menurunkan tubuhnya, penisku mulai masuk ke dalam liang senggamanya.
"Oooocchhhh!!!"
Astrie melenguh panjang saat penisku sudah masuk sepenuhnya. Aku memegang pinggulnya yang padat, tubuhnya mulai bergerak naik turun.
"Ooocchh!! Oocchh!!!"
Astrie menoleh ke belakang, menatap wajahku yang sudah sangat bergairah. Tubuhnya bergerak semakin cepat, lesakan batang penisku semakin lancar akibat cairan vaginanya yang sudah mulai keluar. Aku bangkit terduduk, tangan kananku meraih payudara Astrie yang berukuran besar. Aku meremasnya sambil terus menikmati genjotan Astrie.
Peluhku mulai bercucuran, rasa sakit pada kakiku entah hilang kemana, berganti dengan gejolak birahi yang semakin lama semakin bergelora. Astrie melepas batang penisku secara tiba-tiba, belum sempat Aku melakukan protes, dia sudah memutar badannya ke arahku dan kembali memasukkan batang penisku ke dalam liang vaginanya.
Kini wajah kami saling berhadapan, Astrie kembali menggoyang tubuhku. Meskipun badannya cukup sintal dan berisi, tapi Astrie cukup lincah. Vaginanya terasa meremas-remas batang penisku dari dalam. Entah sejak kapan Astrie bisa seahli ini dalam bercinta, yang pasti aku begitu menikmatinya.
"Enak? Hmm?! Aaacchhh!!"
Tanya Astrie di tengah genjotan tubuhnya. Aku tak menjawab, konsentrasiku terbagi dengan nikmat himpitan vaginanya. Aku langsung menciumi bibirnya, Astrie menjambak rambutku cukup keras, Aku tidak peduli, Aku terus mencoba mengimbangi permainan Astrie.
"Ooocchhh!! Ayo Mas keluarin pejumu! Occhh!!!"
Perintah Astrie, seperti tau jika peluruku sudah siap untuk keluar. Aku merangkul tubuhnya yang sintal, kali ini Aku yang menggenjot tubuhnya dengan cara menggerakkan pinggulku naik turun. Meskipun cukup menyiksaku karena sakit di kakiku semakin terasa tapi sekali lagi birahiku mengalahkannya. Penisku melesak dalam-dalam, Aku biarkan Astrie menggigit pundakku karena kesakitan akibat lesakan batang penisku di dalam vaginanya.
"Gila! Mentok banget! Aaachhh!!" Aku berusaha menahan pinggulnya agak ke bawah, lalu kemudian Aku sentakkan seluruh batang penisku ke atas dan sukses membuat Astrie menjerit.
"Aaaacchh!!! Allah!!!" Aku bergeming, tubuh ku terus bergerak naik turun, sebentar lagi spermaku akan keluar. Dinding vagina Astrie terasa mulai berkedut-kedut.
"Aku mau keluar! Aku mau keluar!"
Ucap Astrie, nafasnya menderu hebat, bebarengan denga tubuhnya yang bergerak naik turun. Sekuat tenaga dia melepaskan batang penisku dari dalam vagina, segera dia kembali berjongkok tepat di bawah tubuhku. Astrie kembali mengocok batang penisku dengan kecepatan tinggi. Mengarahkan ujung penisku pada mulutnya yang sudah terbuka lebar, bersiap menampung cairanku.
"Aaaacchhhh!!!!"
Aku melenguh panjang, bebarengan dengan semprotan deras spermaku. Wajah Astrie seketika belepotan sperma, sebagian besar memang menyasar mulutnya, tapi semprotan berikutnya menyasar wajah dan hijabnya.
"Eeeemmcchh!!! Enak banget rasanya Mas!" Ucap Astrie, sebelum kembali menjilati ujung penisku yang masih menyisakan sperma. Nafasku tersenggal akibat percumbuan kali ini.
Astrie menelan habis spermaku, pikiran warasku berangsur kembali dari kenikmatan ejakulasi. Kutatap wajah istriku yang sebagian masih belepotan sperma. Ini bukan Astrie yang aku kenal selama ini, di hadapanku adalah wanita yang benar-benar berbeda dari sebelumnya. Sejauh apakah pengaruh yang diberikan oleh Ustadz Hanan hingga membuat istriku jadi sebinal ini.
“Kamu kenapa Mas?” Tanya Astrie membuyarkan lamunanku.
“Enggak, aku cuma heran kenapa kamu jadi seperti ini?” Kataku. Astrie mengrenyitkan dahinya, menatapku dengan heran.
“Seperti ini gimana?”
“Maksudku biasanya kita bercinta tidak seperti ini. Belum lagi penampilanmu sekarang. Kamu berbeda, kamu tidak pernah seperti ini sebelumnya.”
“Mas jangan punya pikiran macam-macam ya terhadapku. Aku hanya ingin menjadi istri yang bisa memuaskan Mas Doni. Ini adalah baktiku sebagai seorang istri.”
Aku tersentak, Astrie dengan begitu mudah melontarkan kata-kata manis padaku seolah dirinya adalah wanita setia tanpa dosa. Bayangan saat dirinya disetubuhi oleh Ustadz Hanan kembali menggelanyuti pikiranku. Kebohongan yang baru saja kudengar darinya kembali mengukuhkan tekadku untuk membalas dendam.
“Lebih baik aku mandi sekarang, aku nggak mau terlambat masuk kerja.”
Aku beranjak dari tempat tidur dan berjalan menuju kamar mandi, kutinggalkan Astrie begitu saja layaknya seorang pelacur yang baru saja aku pakai. Astrie memang pelacur hina, perasaan marah menggema di seluruh rongga dadaku mengingat pengkhianatan serta kebohongannya padaku selama ini.
2966Please respect copyright.PENANARXqwPjO3HT
BERSAMBUNG
ns 15.158.61.45da2