#52115Please respect copyright.PENANA6Y7LdBFGnN
Diajari Ngocok
2115Please respect copyright.PENANAxqn6afY8Lh
Setelah khitan, Febrian masih terus melanjutkan kebiasaannya ngintip wanita mandi. Sore itu, ia kembali ke sungai, berjalan melewati perkebunan.
Di perjalanan ia ketemu dengan tetangganya, namanya Mamat, bocah yang usianya di atasnya. Mamat seharusnya sudah SMP, tetapi ia tak meneruskan sekolahnya, hanya berhenti sampai di SD saja.
“Rian, mau ke mana? tanya Mamat. Febrian memang biasa dipanggil Rian, ada juga yang memanggilnya Febri.
“Ini mau ke sungai, mandi,” jawabnya.
“Ayo ikut aku dulu, nanti baru mandi, aku juga mau mandi di sungai,” jawab Mamat.
“Ke mana?” tanya Febrian.
“Ayo ikut aja, nanti kamu pasti suka,” jawab Mamat.
Febrian pun menerima ajakan Mamat. Ia ikuti ke mana Mamat berjalan. Mamat menuju suatu tempat, di semak-semak dekat sungai. Ternyata Mamat mengajak Febrian untuk ngintip para perempuan yang sedang mandi di sungai.
Selama ini, Mamat punya tempat tersendiri untuk mengintip orang-orang mandi di sungai. Febrian pun tak bercerita jika ia juga kerap mengintip juga, namun di tempat berbeda.
Tempat mengintip punya Mamat ini lebih enak dibandingkan tempat yang biasa didatangi Febrian. Tempatnya di atas sungai, di sana ada semak-semak rimbun dan pepohonan. Jadi sangat tidak terlihat jika ada orang di atas sungai. Di sana, juga jarang orang lewat, memang lokasi itu menjadi tempat khusus wanita mandi. Laki-laki tak boleh datang ke sana.
Di balik semak-semak itu, ada celah untuk mereka memasang mata. Mulailah Mamat mengintip. Di bawah ada beberapa ibu-ibu dan juga perempuan muda yang sedang mandi tak memakai baju. Setengah tubuh mereka terendam di air. Vaginanya tak terlihat, namun payudara mereka yang bergelantungan menjadi tontonan Mamat.
“Ayo lihat juga,” kata Mamat mengajak Febrian untuk mengintip.
Febrian berlagak malu-malu, seperti tidak pernah mengintip.
“Ayo cepet sini,” kata Mamat lagi, sambil menarik tangan Febrian.
Febrian pun maju ke depan, ia mendekatkan mata di celah-celah semak. Febrian mulai ikutan mengintip. Ia lihat dengan detail tubuh wanita yang sedang mandi.
“Bagaimana, sudah pernah lihat wanita mandi?” tanya Mamat. Febrian menggelengkan kepala.
Febrian dan Mamat fokus masing-masing melihat apa yang ada di depannya. Melihat para wanita yang sedang menyabuni tubuhnya, ada juga yang sedang keramas. Ada juga yang sedang nyuci baju.
Kemudian ada satu wanita yang selesai mandi. Ia keluar dari air menuju ke tepi. Payudaranya bergelandutan dan vaginanya yang ditumbuhi rambut di sekitarnya. Wanita itu sekitar umur 40-an. Kulitnya putih langsat.
Di tepi sungai, ia keringkan tubuhnya dengan handuk. Lalu rambutnya juga digosok dengan handuk agar kering setelah keramas.
Mata Febrian dan Mamat fokus ke wanita itu. Namun kemudian fokus Febrian teralihkan setelah mendengar suara tangan dari Mamat. Febrian penasaran dengan apa yang dilakukan Mamat. Ia pun melihatnya, Mamat sedang memegangi penis hitamnya, ia kocok penis itu.
Mata Mamat tetap fokus melihat wanita yang mandi, sementara tangan kanannya mengocok penisnya. Tak berselang lama, Mamat tahu jika Febrian melihat aksinya.
“Mau ngocok juga?” tanya Mamat.
Febrian diam saja.
“Ayo buka celanamu, enak nanti rasanya,” kata Mamat.
Febrian yang penasaran, akhirnya menuruti perintah Mamat. Ia turunkan celananya hingga lutut. Penis kecilnya yang sudah disunat dilihat Mamat.
“Sekarang pegang,” kata Mamat. Febrian lagi-lagi menurut, ia pegang penis kecilnya.
“Kocok sekarang seperti ini,” ucap Mamat memberikan contoh. Febrian pun dengan polos menirukan gerakan tangan Mamat.
Mamat kini kembali fokus mengintip para wanita yang sedang mandi. Sambil tangannya terus mengocok penisnya.
Febrian juga kembali melihat wanita yang sedang mandi, sambil sesekali ia melihat ke arah Mamat yang sedang mengocok. Namun tangan Febrian, hanya seperti mengurut penisnya, bukan mengocok.
“Ahhhhhhhhh,” Mamat mendesah. Ia sudah ejakulasi. Cukup banyak sperma yang keluar dari penisnya. Menyembur ke tanah dan dedaunan di depannya.
Febrian sedikit melongo melihat Mamat yang ejakulasi. Mamat pun membersihkan sisa spermanya dengan sisa dedaunan.
“Kalau udah keluar gini enak. Ayo kocok terus punyamu,” kata Mamat. Febrian kembali mengocok penisnya dengan pelan-pelan.
“Kamu lanjutin di rumah aja, kita pulang aja,” ajak Mamat.
Keduanya pun pulang ke rumah masing-masing.
Febrian masih belum merasakan kenikmatan saat beronani bersama Mamat tadi. Saat tiba di rumah, ia segera ke kamar mandi. Diam-diam ia memegangi penisnya lalu memberikan sabun. Ia kocok penisnya seperti yang diajari oleh Mamat tadi.
Ia mulai merasakan geli. Ternyata lebih enak menggunakan sabun. Penisnya pelan-pelan mulai berdiri. Ia terus mengocok penisnya hingga mulai merasakan kenikmatan. Benar, Febrian merasa keenakan seperti yang dikatakan Mamat.
Febrian terus mengocok penisnya. Saat asyik mengocok penisnya, tiba-tiba ia melihat ibunya. Takut ketahuan ibunya. Ia hentikan aktivitasnya, ia lanjutkan mandi.
Sejak saat itu, Febrian jadi sering beronani di kamar mandi. Namun ia masih belum merasakan yang namanya ejakulasi. ***
2115Please respect copyright.PENANAQzHeP4AmAe