#22882Please respect copyright.PENANASsEpAtRB9P
Tubuh Kakak Rani
2882Please respect copyright.PENANAFu6KkqX1tq
Setelah melihat bapak dan ibunya bercinta malam itu, Febrian kecil jadi terobsesi untuk mengintip wanita telanjang. Ia penasaran dengan tubuh wanita yang tidak memakai baju. Di sinilah awal mula Febrian jadi suka mengintip.
Setelah melihat ibunya telanjang, kini ia ingin melihat tubuh telanjang kakaknya, Rani. Febrian pertama kali mengintip Rani telanjang adalah ketika kakaknya itu sedang mandi di rumah.
Sore itu Febrian mendengar suara air dari kamar mandi di belakang rumahnya. Kakaknya sedang mandi, muncul pikiran kotor di kepalanya untuk mengintip tubuh telanjang kakaknya.
Kamar mandi berada di belakang dan terpisah dengan rumah. Di situ ada sumur dan tempat untuk mencuci dan mandi. Tempat mandinya kecil seluas 2x1 meter. Dikelilingi dengan tembok setinggi 1 meter. Tanpa ada atapnya.
Sehingga ketika mandi di situ harus duduk jika tidak ingin terlihat oleh orang lain. Namun saat itu Rani merasa tidak ada orang di belakang, jadi dia mandi sambil berdiri. Sehingga bagian atasnya terlihat dari kejauhan.
Febrian secara sembunyi-sembunyi berada di balik kandang sapi yang tak jauh dari tempat Rani mandi. Matanya kemudian melihat ke tubuh atas kakaknya. Ia lihat payudara kakaknya yang masih sebesar bola tenis. Putingnya juga masih kecil.
Febrian terus mengintip kegiatan mandi kakaknya. Rani sudah membasahi seluruh tubuhnya. Kemudian ia menyabuni seluruh tubuhnya, termasuk payudaranya. Sesekali ia remas pelan payudaranya.
Setelah itu Rani berkeramas dengan sabun. Mata Febrian seperti tak berhenti melihatnya. Namun ia tak puas dengan aksi mengintipnya, karena ia tak tahu bagian bawah dari kakaknya. Ia masih penasaran, ingin melihat vagina kakaknya itu.
Febrian pun punya cara untuk bisa melihat seluruh tubuh telanjang kakaknya. Ia berpura-pura kebelet kencing. Lalu ia berlari ke arah kamar mandi.
Melihat ada adiknya, Rani langsung merunduk dan meneruskan mandinya. Ia gayung air dari dalam bak mandi, ia bilas tubuhnya yang penuh busa dan juga rambutnya.
“Mbak aku mau kencing, aku masuk ya,” ucap Febrian.
“Jangan dek, kencing di luar situ aja. Mbak masih mandi,” jawab Rani.
“Kenapa gak boleh masuk?” tanya Febrian polos.
“Malu lah dek, mbak juga belum pakai baju,” jawab Rani.
“Kencing di luar, mbak gak akan lihat,” lanjutnya.
“Mbak juga gak boleh lihat aku kencing ya?” tanyanya.
“Iya, kan kamu udah mulai besar. Bentar lagi udah mau sunat. Ayo belajar malu. Jangan kencing sembarangan. Jangan sampai dilihat orang,” Rani mengajari adiknya.
Namun Febrian angkuh, anak kecil itu tetap masuk ke kamar mandi yang memang tidak berpintu. Hanya ditutup dengan tirai saja. Sama seperti di kamar mereka.
Rani pun sedikit marah. Ia malu ketika adiknya masuk. Kemudian ia jongkok dan membelakangi adiknya. Ia menggunakan tangannya untuk menutupi payudaranya.
“Loh jangan masuk, dibilangin kok. Gak boleh. Nanti kubilangin ibu loh,” ancam Rani.
“Aku kebelet kencing kak,” jawabnya sambil mengeluarkan burung kecilnya yang belum disunat.
Rani pun langsung membuang mukanya ketika melihat adiknya kencing di depannya.
“Kamu nih dek, besok-besok jangan gini lagi pokoknya,” Rani kesal.
Febrian curi-curi pandang ke tubuh kakaknya. Ia hanya bisa melihat punggung dan pantat kakaknya. Ia tak bisa melihat vagina kakaknya. Febrian sedikit kecewa.
“Udah besar, gak malu,” ucap Rani kembali kesal.
“Aku belum besar mbak, kan belum sunat. Haha,” jawab Febrian tambah bikin kesal kakaknya.
“Sudah sana keluar, mbak masih belum selesai,” Rani mengusir adiknya.
“Kamu mandi bentar lagi, gantian. Sudah sore,” suruh Rani.
“Gak, aku mau mandi di sungai,” jawab Febrian sambil lari keluar dari kamar mandi.
“Awas! kubilangin ibu bapak kamu kalau mau mani ke sungai lagi,” ancam Rani lagi.
“Lariiiiii,” Febrian berlari menuju sungai.
Sungai yang ada tak jauh dari rumah mereka. Mungkin sekitar 500 meter. Sungai ini punya aliran air yang sangat bersih. Selain untuk mengairi sawah, sungai ini juga untuk tempat cuci baju dan juga mandi.
Banyak warga di sana yang belum punya sumur, kamar mandi, dan juga WC, sehingga mereka harus pergi ke sungai.
Di sungai, Febrian melihat banyak orang di sana. Ada yang sedang mencuci baju dan juga mandi. Untuk yang laki-laki ada bagian sendiri di sisi utara. Sementara yang perempuan ada di sisi selatan, jaraknya sekitar 100 meter.
Febrian pun bersembunyi di balik semak-semak untuk mengintip para perempuan yang ada di sana. Ia lihat ada ibu-ibu yang sedang mencuci baju. Mereka pakai jarik menutupi tubuhnya.
Namun ada juga ibu-ibu yang sedang mandi, kelihatan payudaranya bergelantungan, tapi tubuh bagian bawahnya tak terlihat, terendam air sungai. Payudara itu beda dengan milik ibunya yang masih kencang. Febrian mengamati bentuk dan lekuk tubuh wanita dewasa itu.
Tak hanya ibu-ibu, juga terlihat ada nenek-nenek yang sedang mandi. Kulitnya sudah berkeriput, payudaranya sudah kempes.
Febrian juga melihat ada anak perempuan seusianya yang baru selesai mandi. Terlihat masih belum tumbuh payudaranya dan vaginanya masih imut-imut.
Setelah hampir setengah jam melihat mereka mandi, ada orang yang mau lewat, Febrian pun bergegas lari, takut ketahuan. Ia kembali pulang ke rumahnya. ***
ns 15.158.61.20da2