Perkenalkan, aku adalah Sammy. Terlahir dari keluarga yang berkecimpung di dunia politik. Ayahku adalah seorang anggota dewan di suatu instansi pemerintahan daerah, Ibuku adalah seorang Ibu sosialita. Aku adalah anak tunggal, saat itu aku merasa bahwa aku adalah anak yang bahagia. Karena, aku memiliki hampir segalanya. Rumah mewah, mobil, motor, bahkan aku sekolah di sebuah sekolah swasta elite di kota ku. Ini adalah kisah tentang bagaimana semuanya berubah, dari hidupku. Suatu hari, ayahku terlibat kasus yang sangat besar. Ya, benar. Kasus korupsi, bahkan semua harta ayahku disita oleh negara. Yang lebih membuat hidupku tambah hancur bukan hanya karena kini aku akan hidup dengan kekurangan, tetapi yang membuatnya lebih parah adalah sebelum ayahku dijatuhkan hukuman penjara, ibu ku menggugat cerai ayahku. Dia lebih memilih lelaki lain, yang ternyata adalah mantan pacarnya. Serangkaian kejadian itu berjalan begitu cepat. Bahkan, seperti pukulan telak yang menampar wajahku. Tapi, untungnya ibu masih memberikan sebuah rumah untukku. Meski di pinggiran kota, dan tentu saja jauh jika dibandingkan dari rumahku yang dulu. Tapi ibuku hanya memberikan rumah itu, dia tidak tinggal denganku. Dia lebih memilih tinggal di apartemen bersama kekasihnya.
”ya tuhan, mengapa semuanya seperti ini? apakah memang masalah tiba sekaligus seperti ini? disaat aku lemah dan tidak punya kekuatan untuk menghadapi semua?”. keluhku.
Persidangan ayahku berlanjut, ia dijatuhi hukuman 15tahun penjara. Aku tidak merasakan apapun, karena apa yang ibuku katakan bahwa selama ini ayahku juga telah berselingkuh. Itulah mengapa dia pergi dengan pria lain, yang tidak lain adalah mantan pacarnya dulu.
Balik ke seharianku, aku adalah siswa kelas 10 di sekolah swasta. Ketika aku masuk lagi ke sekolah, aku merasa malu untuk bertemu orang lain. Mengapa tidak? karena kasus korupsi ayahku! aku kini menjadi anak sasaran bully. Ya, meskipun ini sekolah elite. Tapi di dalamnya tidak lebih baik dari sekolah lain. Di mana yang lemah akan selalu terjajah. Namun ketika semester ke dua, ada seorang guru baru yang mengajar di sekolahku. Sebut saja dia adalah pak Rachman. Dia adalah guru muda yang mengajar karena menggantikan guru fisika ku yang tengah hamil, bisa dibilang bahwa dia adalah guru pengganti. Namun, ketika perkenalan ternyata dia memiliki jenjang karir yang bagus. Dia adalah dosen muda di sebuah perguruan tinggi, dia juga adalah seorang pebisnis muda. Sedikit tentang pak Rachman, dia adalah seorang pria berumur 24 tahun. Dengan tinggi mungkin sekitar 197cm, dan bukan hanya dia sangat tinggi. Tetapi, badannya juga sangat atletis. Belum lagi dia memiliki wajah yang tampan, dengan setelan yang modis, bahkan dengan mengendarai mobil klasik yang menambah kesan elegan padanya. Ketika dia baru mengajarpun dia langsung menjadi pusat perhatian, entah itu dari kalangan siswa, siswi, maupun para guru.
“Oke anak-anak, pelajaran hari ini sudah selesai”. Ucap pak rachman.
Kelas hari ini selesai, bahkan tadi ketika kelas berlangsung, begitu banyak siswi yang antusias pada pelajaran. Biasanya, anak-anak jarang ada yang antusias pada kelas fisika. Namun, berkat karisma dan ketampanan pak Rachman, membuat para siswi terasa menggila. Aku berfikir itu bagus, karena mungkin para pembully terpecah fokusnya karena para siswi terkesan mengejar pak Rachman. Tapi ternyata aku tetap mendapatkan pelecehan, hari itu aku pulang dengan perasaan kesal karena pembullyan mereka hari ini semakin parah. Tadi siang aku ditelanjangi, bahkan tidak luput dari pemukulan sepihak. Cacian, makian, bahkan air kencing mereka siramkan padaku. Ketika aku hendak pulang, aku tidak sengaja melihat pak Rachman dengan seorang guru wanita. Jika tidak salah guru itu bernama dewi, seorang guru muda yang mengajar bahasa. Namun, karena kami berpapasan, pak Rachman yang melihatku, dia datang menghampiriku.
”Kamu, apa yang kamu lakukan dengan pakaian kusut gini? siapa nama kamu?”. pak rachman.
”Sa…saya sammy pak”. jawabku.
Ku lihat, saat itu bu dewi seperti kecewa karena waktunya dengan pak rachman dikacaukan olehku. Dia memandangku kesal, seperti memandang hewan ternak. Meskipun bu dewi adalah seorang guru populer di sekolahku, dia memang terkenal sebagai orang yang tidak ragu menampakkan kekesalannya dengan tidak menutupi raut wajahnya. Bu dewi adalah seorang guru muda, dia mengajar bahasa indonesia. Dia terkenal karena kecantikannya, dengan payudaranya yang besar. Namun, bu dewi bukan hanya itu terkenal. Jika ada sesuatu yang dia tidak suka, dia tidak segan untuk menunjukkan raut wajahnya. Bahkan terkadang dia sering kali memarahi siswa yang membuatnya kesal.
“sammy, apa kamu memang seperti diperlakukan seperti ini? mengapa kamu tidak mengadu kepada guru-guru?”. pak rachman.
”pak rachman, saya duluan ya”. ucap bu dewi.
bu dewi terlihat kesal memandangku sambil berlalu.
”tidak apa-apa pak, tadi saya tidak sengaja ketika membersihkan kelas jadinya seragam yang saya pakai kusut”. jawabku.
”ohh, jadi karena membersihkan kelas. Kalo begitu bapak pamit duluan, sam. Kalo kamu ada butuh sesuatu bilang saja sama saya!”. ucap pak rachman sambil berlalu.
Hari itu aku pulang ke rumah, seperti biasa. Kesunyian menjalar, tidak ada apapun dan siapapun. Aku hanya bergegas mandi, dan mencuci pakaianku. Ketika aku melihat stok beras, aku melihatnya sudah hampir habis. Aku mencoba menelepon ibuku, bermaksud untuk meminta beras. Namun, hingga beberapa kali ku telfon ibuku tidak merespon.
“arghhh…. mengapa hidupku menjadi seperti ini? apa salahku! bahkan jika aku berhenti dari sekolah, aku harus bagaimana? aku tidak memiliki koneksi untuk bisa membuatku mendapatkan sebuah pekerjaan! aku sudah mencoba semua yang aku bisa, tapi mengapa? mengapa hidup ini tidak adil?”. batinku.
Malam itu aku hanya meringkuk hingga tertidur.
Pagi harinya, seperti biasa. Aku bergegas untuk pergi ke sekolah, pagi itu aku berpapasan dengan Agnes. Dia adalah ketua kelasku, sudah lama aku mengaguminya. Agnes memiliki tinggi 170cm, dia juga adalah seorang gadis sporty. Bahkan dia adalah seorang siswi beasiswa karena prestasinya di bidang volly. Sudah lama aku mengaguminya, tapi apa daya. Aku hanyalah seorang siswa yang menyedihkan, bahkan tubuhku lebih pendek darinya. Oiya, mari perkenalkan diri. Aku sammy, siswa biasa yang menjadi sasaran bully karena kasus korupsi ayahku. Aku memiliki tinggi 156cm, dengan tubuh yang jauh dari kata proporsional. Jadi, bagaimana bisa agnes mau menerimaku.
Setelah kelas selesai, aku berfikir tentang cara apalagi yang harus aku lakukan untuk mendapatkan uang. Karena, beras di rumahku makin menipis. Setelah membersihkan kelas aku masih tetap berdiam diri di dalam kelas. Tidak terasa waktu cepat berlalu, saat aku keluar kelas aku merasa tubuhku lemas dan akhirnya pingsan. Ketika aku bangun, aku berada di ranjang uks.
“Akhirnya kamu bangun, kenapa kamu bisa pingsan?”. ternyata itu pak rachman.
“emmm, anu pak”. jawabku.
”anu apa? kamu pasti kecapekan kan setelah membersihkan kelas?”. jawab pak rachman.
”oiya, itu bapak cuman beli roti dan air mineral. karena tadi warung kantin sudah tutup, jadi makan yang ada aja”. ucapnya.
Aku hanya mengangguk, dan memakan roti yang pak rachman berikan.
“kamu kenapa masih di sekolah? untung saja saya masih ada di sini. kalo tidak mungkin kamu bakalan terbaring sampe pak satpam nemuin kamu pas lagi dia berkeliling”. ucapnya.
”nggak pak, cuman tadi saya setelah membersihkan kelas saya istirahat sebentar. terus malah ketiduran, pas mau pulang eh malah pingsan”. ucapku.
”huh, ada-ada saja kamu ini! oiya, gimana? sekarang kamu sudah membaik kah? soalnya saya harus cepat pulang”. ucapnya.
”ohh, iya pak sudah. maaf kalo saya merepotkan”. ucapku.
“tidak apa-apa, saya juga seorang guru di sini. oiya, bukannya kamu kemarin juga membersihkan kelas? kenapa kamu hari ini membersihkan kelas juga?”. tanyanya.
”ehhh, enggak pak. memang karena saya tidak memiliki kegiatan saja. jadi, daripada nanti bosen di rumah”. ucapku.
”oiya pak, soal yang bapak bicarakan kemarin itu benarkah?”tanyaku.
”soal apa?”. tanyanya.
”soal, jika saya membutuhkan sesuatu saya bisa mencari bapak”. ucapku sambil menunduk.
”iya benar, apakah ada yang bisa bapak bantu? oiya, nama kamu siapa?”. tanyanya.
”nama saya sammy pak, kelas 10b. bisakah saya meminta bantuan kepada bapak?”. tanyaku ragu.
”ohh, tentu. jika itu bisa saya bantu, pasti saya usahakan untuk membantu”. jelasnya.
“apakah bapak bisa membantu mencarikan saya pekerjaan? apapun itu saya siap pak!”. ucapku.
”hmm, pekerjaan ya? mengapa kamu membutuhkan pekerjaan? kamu masih seorang siswa, tidak seharusnya kamu butuh pekerjaan. seharusnya kamu fokus sekolah, apalagi jika tidak salah ingat nilai kamu kurang bagus”. ucapnya.
”emmm, saya butuh uang untuk biaya keseharian saya pak. karena saya tinggal sendiri, belum lagi tadi pagi saya menerima kabar bahwa ibu saya tidak bisa membayar biaya sekolah lagi”. ucapku.
”hah? mengapa kamu tinggal sendiri? sedangkan kamu masih memiliki ibu? hahhh, sudahlah. itu adalah sesuatu yang tidak bisa bapak ganggu. karena itu privasi kamu. jika memang ada pekerjaan yang cocok, nanti bapak hubungi kamu. sekarang bapak harus segera pulang”. ucapnya.
“baik pak, terima kasih”. ucapku.
pak rachman berlalu pergi dari ruang uks. saat aku berjalan pulang, aku melihat mobil pak rachman hendak ke luar sekolah. dia hanya mengklaksonku, dan pergi. mungkin memang dia memiliki sesuatu yang harus dia lakukan, makanya dia terburu-buru.
besoknya, setelah kelas selesai aku mencoba mencari pak rachman. Aku melihat dia sedang berbincang dengan bu dewi, namun tak lama bu dewi berlalu. Dengan raut wajah sedih, seperti mendapat kabar buruk. Tak lama pak rachman berjalan di lorong, aku menemuinya.
“ehh, kamu sammy kan? kebetulan, bapak ada kabar buat kamu”. ucapnya.
”ohhh, iya pak. ada apa ya?”. jawabku.
aku merasa senang ketika pak rachman bilang bahwa dia memiliki kabar untukku, mungkin itu tentang pekerjaan yang aku singgung sebelumnya. dan ternyata itu benar.
”ayo ikut saya ke suatu tempat!”. jawabnya.
”kemana pak?”. tanyaku.
”sudahlah, keburu sore”. jawabnya.
aku hanya mengikutinya dari belakang, hingga kami memasuki mobilnya. memang tidak salah bahwa pak rachman begitu populer, bahkan interior mobilnya begitu rapi. menambah kesan bahwa dia adalah pria perfectionist.
”jadi, apakah ada pekerjaan yang bisa saya lakukan pak?”. tabyaku.
”ada”. hanya itu yang dia ucapkan.
pak rachman mengendarai mobilnya, memecah macetnya kota. maklum, sekolahku berada di tengah kota. bahkan setiap aku pulang sekolah, aku sering tertidur di bus. hingga tibalah kami di sebuah gedung apartemen ternama di pusat kota.
”pak, ngapain kita kesini?”. tanyaku heran.
”saya memang tinggal disini”. ucapnya sambil keluar dari mobil.
“ayo, turun”. ucapnya.
aku mengikutinya, bahkan para staf di gedung menyapa pak rachman dengan hormat. kami memasuki lift, pak rachman menempelkan kartu dan mulai memencet tombol lantai 77. sesaat pintu lift terbuka, hanya ada lorong lorong dengan beberapa sofa dan hanya ada sebuah pintu.
“apakah seluruh lantai hanya ada satu unit milik pak rachman? ini berbeda dengan apartemen milik ayahku dulu”. batinku
pak rachman memasuki pintu, masuk ke dalam dan berjalan di sebuah koridor. semuanya tertata rapi, ruang tamu yang luas dengan barang barang mewah.
“oiya, kamu bisa pakai kamar itu. jangan lupa bersihkan diri kamu, anggap saja seperti rumah sendiri”. ucapnya sambil berlalu ke arah sebuah kamar.
“tapi pak?”. tanyaku.
dia hanya berlalu ke sebuah kamar dan menutup pintunya. aku masih tidak mengerti bahkan setelah sejauh ini, aku hanya mengikuti apa yang dia suruh. aku memasuki sebuah kamar, kamar itu begitu luas dan rapi. aku pun bergegas ke arah kamar mandi, dan mulai membersihkan diri. ketika aku selesai membersihkan diri, aku memakai handuk yang ada di sana. setelah aku keluar kamar mandi, aku melihat bahwa seragam sekolah ku sudah tidak pada tempatnya. Aku mencoba keluar kamar, dan di ruang tamu sudah ada seorang wanita. wanita itu tersenyum ketika melihatku, dia begitu cantik. aku masuk lagi ke dalam kamar, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan.
“di mana pak rachman? mengapa ada seorang wanita cantik yang bahkan ketika aku dan pak rachman datang dia tidak ada? apakah itu pacarnya? ugghh… aku merasa malu karena tadi aku keluar hanya mengenakan handuk”. batinku.
tidak lama kamarku diketuk.
tokkk….tokkk…tokkk…
”halo, ini saya mega. saya ditugaskan oleh pak rachman untuk mempersiapkan apa yang anda butuhkan”. ucap sesorang dari luar.
”ohhh, iya sebentar mbak”. ucapku.
“mati aku, mengapa aku harus memanggilnya mbak? bagaimana kalo dia benar pacar pak rachman? bukankah ini tidak sopan?”. batinku.
aku pun mulai memberanikan diri untuk membuka pintu, ku lihat wanita tadi kini berdiri di depan kamarku.
“ahhh, maaf bu jika tadi saya tidak sopan memanggil dengan sebutan mbak”. ucapku.
”tidak apa apa, memang saya di sini hanya sebagai pembantu pak rachman. saya di tugaskan untuk membantu nak sammy”. jawabnya.
”oiya mbak, pak rachman di mana ya?”. tanyaku.
”ohh, beliau ada di ruang kerjanya. saya disuruh untuk membawa nak sammy ke ruang kerjanya”. jawabnya.
”tapi mbak, saya beluk mengenakan pakaian. mbak lihat seragam saya? tadi perasaan saya simpan di kloset”. jawabku.
(kloset di sini merujuk kepada ruangan, atau lebih tepatnya walk in closet)
”oh, itu tadi saya diperintahkan untuk membuanya”. ucapnya.
”sebaiknya, nak sammy cepat ke ruang kerja bapak”. ucapnya lagi.
aku pun hanya mengikutinya, mengapa pak rachman menyuruhnya utnuk membuang seragamku. aku tidak mengerti.
aku memasuki ruangan kerja pak rachman, di sana dia sedang bersantai di sebuah sofa. matanya terpejam, dia memakai pakaian kasual. aku melihat ada beberapa alat fotografer di sana. mulai dari kamera, lampu, hingga perintilan untuk background. mbak mega lantas membangunkan pak rachman. setelah pak rachman bangun, dia menatapku dan mbak mega.
”mengapa begitu lama?”. tanyanya datar.
”tadi sammy mencari seragamnya, terus dia juga tidak langsung ke luar setelah melihat saya pak”. jawab mbak mega.
“hmm.. saya kira kamu memang mau bekerja sam”. ucap pak rachman datar.
“i…iya pak. hanya saja tadi saya terkejut melihat mbak mega, saya juga malu karena hanya mengenakan handuk saja pak”. jawabku.
”jadi, apa pekerjaan saya pak?”. tanyaku.
“kamu hanya jadi model saja”. jawabnya.
dia bangkit menuju peralatan foto, dia menginstruksikan mbak mega.
”meg, kamu urus ya!”. ucapnya.
”siap pak”. jawab mbak mega.
lalu mbak mega menarikku ke arah walk in closet di ruang kerja itu, di sana juga ada sebuah meja rias. mbak mega memberikan sebuah tas belanja kepadaku.
“pakai itu, jangan banyak tanya kalo mau kerja”. kini sikap mbak mega berbeda.
aku melihat tas itu berisi pakaian, kubuka.
“hah? apa ini? bukankah ini semua pakain perempuan?”. ucapku.
namun tidak ada respon, hanya ada ketukan di luar.
”cepetan, keburu bapak marah”. ucap mbak mega dari luar.
”mbak, apakah aku harus memakai ini?”. tanyaku.
namun tidak ada jawaban. aku mulai melihat-lihat isi tasnya. tas itu berisi pakaian dalam wanita, termasuk bra dan celana dalam. dengan sebuah dress lengan pendek.
”apakah aku harus memakainya?”. batinku.
”cepetan sammy, keburu bapak marah”. mbak mega seakan tidak sabar.
aku pun mengenakan sebuah bra, yang entah mengapa itu pas dengan lingkar dadaku. lalu memakai sebuah celana dalam wanita, tidak lupa dengan dressnya. ada perasaan aneh, darahku seakan berdesir. entah karena ini pertama kalinya aku mengenakan pakaian wanita, atau karena celana dalamnya memiliki tekstur yang lembut. bahkan batangku menegang, tercetak jelas dari balik celana dalam. yang di mana, celana dalam wanita ternyata tidak sepenuhnya menutup bagian selangkanganku. bijiku masih keluar sedikit. ketika aku sedang merapikan celana dalam, mbak mega menerobos masuk.
”lama amat sih, udah sini duduk” dia mengomel dan mengarahkanku untuk duduk di meja rias.
”ta…tapi mbak”. ucapku terpotong.
”udah cepetan, keburu bapak marah. kalo bapak marah bukan cuma kamu yang kena semprot, aku juga”. ucapnya.
mbak mega merias wajahku, aku hanya menutup mataku. setelahnya dia memasangkanku sebuah wig, dan sepasang stoking dia pasangkan ke kaki ku. aku mau melawan, tapi teringat perkataanya. bahwa mungkin pak rachman memang akan memarahinya.
”nah, sudah selesai deh. sekarang lu keluar”. ucap mbak mega, kini bahkan dia tidak menggunakan bahasa formal.
aku melihat diriku kini penuh dengan riasan, dengan mengenakan dress wanita dan sebuah stoking. aku tidak percaya bahwa itu adalah aku, karena yang ada di depan cermin adalah seorang wanita dengan rambut panjang, mengenakan dress lengan pendek, dan sebuah stoking.
“apakah ini masih aku?”. batinku.
namun mbak mega menyuruhku untuk cepat keluar dan bergegas menemui pak rachman. ku lihat pak rachman sudah dengan kameranya, ketika dia melihatku dia langsung memotretku.
”pak, apa maksudnya ini?”. tanyaku.
”hmmm…? bukankah kamu ingin bekerja?”. jawabnya.
”t..ttaaap…tapi, apakah tidak ada pekerjan lain pak?”. tanyaku.
270Please respect copyright.PENANA1mBNDJT5rm
“sudahlah, kamu cepat berdiri di sana!”. jawabnya.
aku mengikuti intruksinya, sesi pemotretan seakan memakan waktu yang lama saat itu. banyak gaya yang pak rachman instruksikan. namun, setiap kali aku berpose dengan gaya yang diarahkan, tongkatku semakin menegang. darahku berdesir seakan ingin berkumpul di satu titik. ketika istirahat, ku lihat mbak mega ke luar ruangan dan meninggalkan kami berdua. tak lama dia membawakan minuman untuk kami.
“ini pak minumannya”. mbak mega tersenyum ramah kepada pak rachman.
“iya, terimakasih. oiya meg, kamu boleh pulang sekarang”. jawab pak rachman.
mbak mega hanya mengangguk dan berpamitan pulang. pak rachman menyuruhku untuk beristirahat, dia masih membutuhkan beberapa jepretan lagi. dia berlalu ke kamar mandi.
“aku bingung dengan tubuhku. mengapa tadi ketika berpose tongkatku malah semakin menegang? entahlah, mumpung sekarang istirahat aku harus menenangkan pikiranku”. batinku.
aku pun meminum minuman yang tadi mbak mega sajikan. tak lama pak rachman menginstruksikan untuk melanjutkan sesi pemotretan.
”kamu udah istirahatnya? mau ke kamar mandi dulu apa lanjut?”. tanya nya.
aku tidak ingin berlama mengenakan pakaian ini, ini terasa aneh.
“langsung aja pak”. jawabku.
pemotretanpun berlanjut, ketika memeragakan beberapa gaya. batangku tegang lagi, kini bahkan tubuhku seakan memanas. entah mengapa aku merasa melayang, apalagi ketika pak rachman mengarahkan dengan menyentuh tubuhku. desiran darah seakan mengaduk, perasaan tubuhku seakan aneh.
“sam, ada apa denganmu? mengapa kamu terlihat aneh?”. tanya pak rachman.
“entahlah pak, rubuhku terasa panas”. ucapku.
pak rachman memegang jidatku, sentuhan tangan pak rachman seperti menyalakan kontak di tubuhku. itu seakan membuatku semakin tidak karuan, batangku seakan semakin mengeras. tanpa sadar aku merintih.
”aghhh….”.
”kamu kenapa sam?”. tanyanya.
entah kenapa aku malah mendekatkan tubuhku ke arahnya, pak rachman seakan mengerti apa yang aku mau. dia membelai tubuhku, hingga di suatu titik. yaitu puting ku. entah mengapa itu sangat sensitif.
”aghhhh… pak”. ucapku sambil menutup mata.
kini aku merasa perasaan aneh itu sudah menutup semua akal sehatku, sentuhan pak rachman seakan mengirimkanku ke luar angkasa. membawaku ke langit ke tujuh. kini aku merasa sentuhan di tongkatku, belaian tangan pak rachman seakan mengantarkanku ke puncak.
”aghhh… pak…aku… aku ke luar…. crooott…crooottt…”. eranganku seakan ingin melukiskan betapa nikmatnya belaiannya.
pak rachman hanya tersenyum, dia melihatku dan mencium bibirku. entah mengapa aku tidak ingin menolak bibirnya.
“kamu mengotori pakaiannya sam, kamu harus dihukum!”. ujarnya.
“maaf pak, tapi rasanya begitu aneh”. ucapku.
“sebagai hukuman, kamu juga harus melakukan sesuatu agar bapak senang. kamu harus menghibur tongkat bapak”. ucapnya sambil membuka celananya.
tongkat pak rachman menyembul keluar di depan wajahku, itu sangat besar dan panjang. entah mengapa aromanya begitu memabukkan ku. pak rachman menyuruhku menjilati tongkatnya, dan entah mengapa aku mengikutinya. aku mulai dari kepala tongkatnya, turun ke bagian batangnya. lalu aku masukkan kedalam mulut ku. pak rachman menahan kepala ku, memaksa membenamkan seluruh batangnya. itu menyentuh bagian tenggorokkan ku.
”uhuuuk… pak itu terlalu dalam!”. protes ku.
pak rachman hanya tersenyum.
“lanjutkan!”. ucapnya.
semakin lama aku mengulum dan menjilat tongkat milik pak rachman, bau dari tongkatnya semakin memabukan ku. seakan tidak ada yang aku pikirkan sekarang. bahkan kini tangan pak rachman memainkan puting ku, dan kakinya memainkan tongkat ku. perlahan tongkat ku berdiri kembali. tak lama pak rachman menyuruh ku berhenti, dia menyuruh ku untuk menungging. entah mengapa aku hanya mengikuti instruksinya, aku pun menungging seperti yang disuruhnya. dia membelai puting ku, dan memainkan jarinya di lubang ku.
“pak, jangan pak!”. ucapku.
tapi entah mengapa pinggul ku malah mengikuti kocokan tangan pak rachman, kini dia mulai meludahi lubang ku sesekali dia mengocok tongkat ku. tak lama ada sebuah benda di lubang ku, benda itu tumpul dan keras.
“pak, apa yang bapak lakukan”. ucap ku.
dia hanya terus memberikan rangsangan kepada tubuh ku, bahkan kocokan di tongkat ku semakin cepat. aku pun tak kuasa menahan rangsangannya.
”arggghh… aku keluar… croooot…croooot”. tongkat ku keluar untuk yang kedua kalinya.
namun ketika aku keluar, benda yang ada di depan lubang ku memaksa untuk masuk. dalam sekali hentakkan itu amblas menerobos lubang ku, perasaan dari ejakulasi dan tusukkan di lubang ku terasa aneh. seakan menembus logika ku.
”arggghhhh…” hanya itu yang dapat aku ucapkan.
ada perasaan mengganjal di dalam tubuh ku, benda itu adalah tongkat besar milik pak rachman. kini tongkatnya sudah amblas ke dalam lubang ku. pak rachman membiarkannya, dia kembali merangsang puting ku. dia memainkan puting ku dengan lihai, bahkan lidahnya telah mengitari telinga dan leher ku. tak lama dia memompa tongkatnya, yang tadinya begitu menyakitkan dan menyesakkan kini berubah menjadi rasa yang begitu enak. bahkan tongkat kecil kh tegang kembali. dalam posisi tengkurap, aku disetubuhi pak rachman dengan liar. pikiran ku terasa kosong, beberapa menit pak rachman mengangkat tubuh kecil ku. kini aku berada di dalam pangkuannya. dengan posisi lubang ku tertancap tongkat besar pak rachman, dia membawa ku ke arah cermin. di pantulan cermin aku melihat wajah ku merah padam, raut wajah ku tidak karuan. pak rachman terus memompa tubuh ku dalam posisi berdiri di depan cermin, aku tidak sanggup melihat ekspresi wajah ku sendiri. aku benar benar diacak-acak oleh guru muda terpopuler di sekolah ku. aku bagaikan seorang lacur kecil yang dipompa olehnya, tak lama karena rasa dari gempuran itu begitu nikmat sesuatu dari tongkat ku ingin keluar.
“arghhh…. pak rachman…. aku keluar lagi…. crooooottt….croooottt.”. cairan ku muncrat ke cermin.
dan di dalam lubang ku terasa hangat, ternyata pak rachman pun mencapai puncaknya. setelahnya aku tidak ingat berapa kali pak rachman menggagahi ku hari itu, bahkan aku terlelap di kasur bersama pak rachman. entah di kamar, di ruang tamu, di ballroom, di dapur, bahkan di kamar mandi pak rachman menggagahi ku. paginya aku terbangun, tubuh ku terasa remuk. bahkan aku merasa tidak sanggup untuk berdiri, lubang ku seakan hancur dihantam tongkat besarnya. aku tidak melihatnya di kamar, hanya ada dua buah gelas di atas meja. dengan sepiring roti, dan sebuah catatan bahwa aku harus minum itu. setelah aku menghabiskan roti dan minuman yang ada di meja, aku berencana untuk membersihkan diri. aku bergegas ke dalam kamar mandi, ketika aku di depan cermin aku melihat begitu banyak bercak cupangan di sekujur tubuh ku. entah itu dibagian dada, leher, bahkan lengan dan bagian perut ku. namun ada perasaan bangga dalam hati ku, terasa bahwa aku telah dijadikan pelacur pilihan pak rachman. setelah mandi aku melihat di kamar ada mbak mega, dia kaget melihat tubuh ku. aku tersenyum kepadanya, dan meminta untuk diajarkan cara berdandan seperti wanita. dia pun mengiyakannya, dan kini aku telah menjadi pelacur pemuas pak rachman. bahkan aku sudah tidak peduli dengan hidup ku, karena bagi ku kini pak rachman adalah belahan jiwa ku. namun belakangan ini aku baru sadar, ternyata mbak mega yang telah mengajari ku cara berdandan adalah seorang pelacur yang sama dengan ku. seorang pelacur berpenis. namun kenapa mbak mega tida di pilih untuk tinggal dan menjadi pelacur resmi pak rachman adalah karena mbak mega melakukan oprasi setelah diberikan uang oleh pak rachman. karena menurut pak rachman, pelacurnya boleh menggunakan uangnya. namun tidak merubah bentuk tubuhnya. terkadang ketika aku digagahi oleh pak rachman aku sering berfikir tentang para wanita yang mengejar pak rachman, atau tentang bu dewi yang dulu menganggap ku seperti hewan ternak yang telah mengganggu rencananya untuk mendekati pak rachman.
270Please respect copyright.PENANAeEpHvjmEs0