Sebuah fiksi yang dirancang oleh penulis itu sendiri. Alur yang dituangkan didalam cerita murni ide penulis. Jika ada kesamaan dalam nama, tempat hanyalah kebetulan. Dilarang keras untuk membawa perasaan terhadap kejadian yang tidak masuk akal. Selamat membaca. –M
Dua hari sebelum pertemuan Dimas dan Monica di gedung apartemen.
"Nih duit nya." Dimas memberikan uang pada Kansa.
"Banyak banget nih kalo di tunai-in kaya gini. Udah gue bilang di transfer aja." Kansa mengomel. Ia memasukan uang sejumlah 11 juta ke dalam dompetnya.
"Tuh sampe kagak muat kek gini."
"Kalo gue transfer ketauan nanti, udah paling aman tunai kaya gini." Ujar Dimas menghitung sisa uang tunainya. Tersisa delapan ratus ribu.
"Tetep aja katauan dari mutasi kalo lu narik 11 juta."
"Gak akan lah. Gue kan nariknya bertahap juga."
Kansa memutar bola matanya. "Ya udah ya udah, lu udah bisa pake Apartemennya besok."
"Lu yakin bokap lu gak akan cari tau tentang lu tinggal dimana?" Kansa bertanya lagi.
Dimas menghentikan tangannya yg sedang scroll media sosial.
"Gue bakal bilang nginep di Apartemen lu." Jawabnya memasukan ponsel ke saku jas seragam.
Remaja lelaki itu ingin sedikit menjauh dari suasana rumahnya yang rumit. Terlebih ia tidak begitu mau terlalu sering bertemu dengan sang papa akhir-akhir ini. Dimas ingin ketenangan sampai ia menabung dari jatah uang bulanannya untuk mencicil Apartemen.
Sampai dua hari kemudian, ia minta dihentikan di depan supermarket. Dimas bilang kepada pak supir kalau hari ini ia akan main ke tempat tinggal Kansa. Sementara Karin hanya diam saja pura-pura tidak perduli.
Dimas masuk ke dalam supermarket untuk membeli beberapa bahan makanan instant. Bajunya sedikit basah karena kehujanan. Ia meraih satu buah payung tapi tiba-tiba saja ia ingin membeli satu payung lagi karena warnanya cukup feminim. Warna baby pink dengan corak pelangi kecil.
Dimas tahu jika ia terlalu menghamburkan uang jika membeli dua payung namun Dimas berpikir jika yang satunya bisa disimpan sebagai barang simpanan. Kemungkinan suatu saat nanti akan diperlukan.
Setelah membayar semuanya, Dimas menikmati kopi terlebih dahulu karena kedinginan. Alisnya berkedut saat melihat Monica tengah menikmati mie.
Awalnya Dimas tidak mengeluarkan ekspresi apapun. Ia bahkan ingin mengagetkan Monica hanya saja Dimas mengurungkan niatnya.
Mendadak hatinya tidak tega mengingat Monica sampai tidak masuk sekolah karena perbuatan Karin. Dimas tahu jika sepertinya Monica sangat terguncang. Jelas! Wajahnya yang seperti badut tersebar satu sekolah bahkan kemungkinan sampai pada orang-orang diluar sekolah lainnya.
Dimas memperhatikan Monica di pantulan kaca, melihat gadis itu tengah menguping. Bahkan Monica tersenyum saat mendengar sepasang kekasih saling melempar lelucon.
Sampai Dimas menyadari bahwa ia tidak pernah melihat Monica tersenyum seperti barusan selama di sekolah. Ya. Dimas tahu Monica tidak akan mungkin tersenyum seperti itu karena ia membulinya.
Mana ada manusia yang senang di buli. Bahkan rasanya Monica bukanlah kaum minoritas.
Entahlah Dimas tidak mau ambil pusing. Kali ini ia membiarkan Monica damai. Toh jika sudah di sekolah Monica adalah mainannya.
Dimas pergi ke Apartemennya yang tidak lain tidak bukan, kalian sudah menebaknya dengan benar. Jika Dimas dan Monica bertemu. Mereka berada di satu lantai Apartemen yang sama.
Jantung Monica selalu terasa mencelos ketika melihat Dimas. Bahkan saat lelaki itu tidak melakukan apapun Monica sudah ketakutan.
Dimas terkekeh. "Apa-apaan ini. Tuhan berencana jodohin gue sama lu?" Katanya membual.
Dan Monica hanya terdiam tidak mengerti.
Suara pintu lift terbuka terdengar, keduanya melihat ke dalam lift dan mendapatkan Reza juga tiga lelaki lainnya tengah menatap mereka berdua.
Jiwa Monica semakin menghilang. Apa yang terjadi, kenapa kedua lelaki yang ingin dihindarinya berkumpul di gedung Apartemen tempatnya tinggal.
Lagi-lagi Reza juga terkekeh tidak menyangka seperti Dimas tadi.
"Maksudnya apaan nih?" Tanya Reza pada Monica seolah ia baru saja memergoki pacarnya berselingkuh.
Dimas yang kelelahan mencoba untuk menghindar.
"Gak ada yang harus gue jelasin." Katanya melengos pergi ke Apartemennya yang berada di seberang Apartemen Monica.
Dengan matanya yang sedikit sayu setelah melihat kepergian Dimas. Reza langsung melihat ke arah Monica yang masih terdiam syok.
Reza memperhatikan Monica dari atas sampai bawah. Gadis itu sehat, wajahnya pun baik baik saja.
"Gue kesini karena khawatir sama lu." Gumamnya memegang tangan Monica.
"Aku baik-baik aja. Aku memang sengaja buat bolos." Jawabnya melepas pegangan tangan Reza dengan pelan.
"Gak ada yang harus aku jelasin ke kamu kan. Aku mau istirahat." Monica melangkah kan kakinya.
Mau tak mau Reza juga berterus terang mengenai kedatangannya yang tidak hanya khawatir dengan keadaan Monica. Ia juga berencana untuk menggeledah Apartemen Monica.
"Kamu nuduh aku ya?" Tanyanya tanpa irama. Datar dan tenang.
"Gue gak nuduh, takutnya ketinggalan waktu gue nginep disini." Katanya membuat Monica mengerti.
"Geledah aja yang penting dirapihin lagi." Monica membuka pintu Apartemennya dan mempersilahkan Reza juga ketiga temannya untuk masuk sementara ia diam diluar.
Monica bersikap biasa saja selagi mereka semua menggeledah. Ia benar-benar tidak tahu ponsel seperti apa yang hilang di maksud Reza.
Tak lama suara lift terdengar lagi, seorang pengantar makanan. Lelaki itu menyimpan keresek di depan pintu Apartemennya Dimas.
Ah benar, Monica baru ingat jika Dimas masuk ke dalam Apartemen tersebut. Ia memiringkan kepalanya.
'Kenapa Dimas masuk ke dalam Apartemen itu?'
'Gak mungkin dia ngeganggu aku segitunya.'
'Tapi kenapa harus di depan Apartemen aku?'
'Dimas gak mungkin mau bunuh aku kan?'
Tubuhnya tersentak kaget saat Dimas keluar. Buru-buru Monica masuk ke dalam Apartemennya meninggalkan Dimas yang sedang mengambil makanan. Lelaki itu sedikit kepo dengan keberadaannya Reza. Tapi rasa kepo nya kalah oleh perutnya yang kelaparan.
Dimas meletakan semua makanannya di meja. Setelah merapihkan tempat makan, ia mulai mencari tontonan untuk menemaninya makan.
Ia memilih menikmati makan sembari menonton berita.
Kasus ayahnya Monica masih belum selesai. Sangat bertele-tele dan Dimas sudah tahu bahwa hukuman yang akan di terima sama sekali tidak setimpal. Hukuman untuk seorang koruptor sudah pasti hanya akan dihukum selama beberapa tahun. Tidak ada hukuman mati untuk mereka di negeri ini.
"Bahkan anaknya masih bisa tinggal di Apartemen mewah." Gumamnya sendiri.
Dimas sedikit menghentakkan sumpit ke mangkok. "Gara-gara Kansa gue jadi tetanggaan sama tuh cewe." Dimas bergumam kesal.
Kembali ke kediamannya Monica. Reza dan teman-temannya sudah selesai mengecek. Tidak ada black phone di Apartemennya.
Reza menyuruh ketiga temannya untuk pergi duluan.
"Gue minta maaf kalo udah bikin lu gak nyaman." Ujarnya. Monica hanya mengangguk dan berjalan ke dekat pintu.
"Aku mau istirahat."
Reza mengangguk mengerti.
Kakinya melangkah keluar pintu. "Gue bisa nginep kok kalau lu butuh temen."
Monica langsung menggeleng. "Gak usah. Mending kamu pulang aja." Katanya lagi, kali ini benar-benar mengusir.
"Okey. Gue bakal jemput lu besok."
"Gak usah. Aku masih mau bolos."
"Kita bisa bolos barengan." Reza bersikukuh.
"Dah." Monica menutup pintunya.
Dan Reza menghembuskan napasnya sedikit kasar. Ada banyak sekali pikiran di otaknya.
Sebelum benar-benar pergi dari Apartemen, Reza melihat kediamannya Dimas setelah itu melenggang pergi.
Dibawah ketiga temannya sudah menunggu.
"Gimana nih?" Tanya Ubud pada Reza.
"Kita bicarain di bengkel."
Reza masuk ke dalam mobil.
Sesampainya di bengkel Reza menelpon Jo yang sedang berada di ruangan bawah tanah.
Reza meminta Jo untuk mencari orang yang bisa melacak ponsel entah dari nomor telpon atau apapun itu. Lagi pula sudah seharusnya Jo yang mengurus karena ia yang salah.
Jo menurut dan beberapa kali meminta maaf pada Reza.
Reza menepuk pundak Jo, memberinya semangat dan juga pengertian agar hal seperti ini tidak terjadi lagi.
Jo membawa beberapa orang untuk ikut dengannya.
Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Sekelompok anggota Remora yang bernamakan Unit Zero sudah bersiap-siap untuk turun ke jalanan. Mereka akan melakukan track-trackan dijalan raya. Sekitar 13 orang pergi meninggalkan bengkel.
Ubud menekan tombol penutup gerbang otomatis setelah itu orang-orang yang tersisa di bengkel masuk ke dalam pintu cokelat yang sudah usang.
Di sana menampakkan ruangan yang cukup kekeluargaan seperti ruang tamu pada umumnya. Sekitar 4 orang berdempetan masuk ke dalam toilet setelah itu menekan flush dan ruangan kamar mandi perlahan bergerak ke bawah bagaikan lift.
Flush nya berhenti bersuara menandakan mereka sudah sampai di lantai bawah tanah.
Sudah pasti yang keluar duluan bukanlah Reza, melainkan Ubud. Ia memimpin jalan membiarkan Reza mengikutinya dibelakang setelah itu disusul oleh anggotanya yang lain.
Pemimpin yang sebenarnya tidak boleh berada di depan.
Mereka berjalan di lorong yang cukup panjang. Basah dan lembab namun memiliki pencahayaan yang cukup.
Suara HT menjadi pengisi kekosongan. Tidak ada yang berbicara di antara mereka. Semuanya fokus berjalan sembari merokok dan menenteng koper berisikan uang.
Ada 3 buah koper yang akan di serahkan oleh Remora pada Plvtinum.
Ubud melakukan fingerprint setelah itu pintu yang terbuat dari besi baja menggeser otomatis.
Lampu warna hijau menerangi ruangan yang diisi oleh beberapa orang yang menggunakan topeng. Pria-pria bertopeng itu memiliki badan yang tinggi dan besar, seperti bukan manusia.
Salah satu pria bertopeng burung hantu membukakan lagi pintu yang sudah usang.
Tujuan Remora cukup jauh.
Mereka melewati lagi lorong yang lebih rapih namun cukup meliuk-liuk.
Setelah pemberhentian kedua, akhirnya mereka sampai di tujuan.
Semua anggota Remora yang berada ditempat itu tidak banyak berbasa-basi. Begitupun dengan Reza, dia langsung menyerahkan 3 koper yang berisikan uang dan juga berkas laporan pembelian dan jumlah penjualan narkoba selama 1 bulan.
Orang-orang Plvtinum tidak begitu banyak menuntut pada Reza. Karena dasarnya 1 bulan menghasilkan 3 koper besar berisikan uang sudah memenuhi setoran.
Perasaannya untuk memungut Reza sebagai ketua Remora tidak lah salah. Reza bisa membuatnya kaya raya.
Simon menerima semua uang yang diberikan oleh Reza. Dan sebagai apresiasi kerjanya bulan ini, ia memberikan masing-masing anggota Remora sebuah amplop.
Amplop yang diberikan kepada Reza berbeda warna. Yang lainnya cokelat sementara Reza mendapatkan hitam.
"Selamat menikmati hadiah." Ujar Simon tersenyum.
Reza membuka amplop tersebut dan mendapatkan key card juga secarik foto perempuan berambut panjang.
Hadiah kali ini membuat Reza sedikit tidak mengerti.
"Kali-kali main cewek, biar stress nya ilang." Kata Simon menghirup serbuk putih yang terlihat seperti serpihan diamond.
Beberapa anggota Remora senang mendapatkan hadiah berupa wanita, mereka langsung ingin segera keruangan tersebut. Sementara Reza masih ragu-ragu. Walaupun pada akhirnya ia menerima hadiah tersebut.
Dia pergi menemui wanita yang ada di amplop dan melakukan hubungan badan untuk pertama kalinya selama 18 tahun. Reza melakukannya dengan perempuan yang lebih tua 3 tahun darinya.
Satu minggu berlalu.
Semuanya berjalan seperti hari-hari biasanya.
Monica sudah mulai masuk sekolah karena Dimas memaksa. Lelaki itu tidak mau jika nilai kelompoknya memengaruhi masa depannya. Apalagi sudah mendekati kelulusan. Walaupun tetap individu yang di nilai tapi Dimas tahu jika kelompoknya bagus maka akan dapat tambahan skor.
Monica keluar dari gedung Apartemen bersamaan dengan Dimas yang sedang menaiki sepeda.
Monica hampir ditabrak olehnya.
Ia berjalan menuju halte untuk menunggu bus.
Sementara di sekolah, Reza sudah bermain sepak bola dengan teman-temannya. Ada perubahan dalam dirinya, ia jauh lebih sumringah. Moodnya tampak lebih bagus.
Kansa dan teman-temannya yang lain sedang merokok di lorong kamar mandi.
Dimas memarkirkan sepedanya setelah itu berlari menaiki tangga dan memberi salam pada setiap guru yang ditemui olehnya.
Tak lama Monica juga menyusul berada di belakang Dimas.
Beberapa siswa mulai saling berbisik. Mereka merasa Monica seperti murid baru, itu karena dia merubah tampilan rambutnya. Monica memiliki sebuah poni yang membuat kesan seperti perempuan nakal.
Kenapa tiba-tiba Monica memotong poninya?.
Reza yang melihat kehadiran Monica langsung terdiam. Ia senang melihat gadis itu kembali, namun ada perasaan yang mengganjal. Seolah ia malu untuk bertemu dengan Monica.
Dan ada apa dengan Reza?.
Satu sekolah digemparkan dengan kembalinya Monica.
Mereka tahu bahwa kekacauan dan juga keseruan akan kembali dimulai. Dimas dan mungkin Karin akan mengganggu Monica lagi. Dan Reza akan bertengkar lagi dengan Dimas karena membela Monica.
Semuanya berpikir seperti itu.
Sarah menyambut Monica, mengatakan bahwa Monica harus lebih kuat lagi sampai kelulusan.
Dan Monica mengangguk-angguk saja.
Hari ini Dimas tidak mengganggu tapi anak-anak lain lah yang mengganggu.
Mereka meminta dibayarkan jajanannya. Dan Monica mengangguk mengiyakan. Ia, tidak melawan. Memberikan sejumlah uang pada pemilik kantin lalu mengambil pocari sweet dan berjalan menuju kelas.
Barusan beberapa siswa yang meminta di traktir berkata bahwa Reza mengamuk hebat selama tidak ada Monica. Reza berusaha menghapus foto Monica yang sudah tersebar. Bahkan berita mengenai Reza yang menghancur kan beberapa ponsel murid sekolah membuat Monica menjadi tidak enak. Ia jadi merasa bersalah. Maka dari itu ia bersedia mentraktir sebagai gantinya walaupun tidak sebanding dengan harga ponsel yang mereka miliki.
Saat di tangga langkah kakinya terhenti begitupun dengan Reza. Keduanya hanya saling bertatapan setelah itu Reza mendekat.
"Udah lama gak ketemu." Katanya kikuk.
Monica mengangguk.
"Penampilan lu berubah." Tambahnya.
Dan Monica menjawab dengan jujur. "Kamu juga keliatan ada yang berbeda."
Pernyataan itu membuat Reza terdiam, Monica terdiam dan orang sekitar keheranan.
Tak lama Dimas dan Kansa muncul dari arah bawah seperti Monica.
"Canggung amat, lagi bertengkar ya." Ledek Kansa.
Mendadak Reza langsung kesal saat melihat Dimas, ia baru ingat bahwa Dimas tinggal di satu gedung yang sama dengan Monica.
Reza menarik tangan Monica ke dekatnya.
Membuat Dimas dan Kansa terkejut.
"Ga akan gue ambil juga, kali." Gumam Dimas melanjutkan langkah kakinya menaiki tangga.
Setelah Dimas dan Kansa pergi, Reza melepas tangan Monica lalu pergi begitu saja. Benar-benar membuat Monica bingung.
Setelah jam istirahat berakhir, sembari menunggu ke datangan guru. Monica disuruh untuk mencatok rambut teman-temannya Karin terlebih dahulu. Sementara Karin hanya menikmati saja. Ia tidak turun tangan melainkan menyuruh bawahannya untuk menganggu Monica.
Karin masih berusaha menjadi Dominan dikelas nya. Walaupun kenyataannya dia sudah hampir dijauhi para murid yang lain. Setidaknya para bawahannya masih bisa takut padanya agar Karin tidak sendirian disekolah. Lagi pula mereka juga memanfaatkan uang yang diberikan oleh Karin.
Dengan hati-hati Monica menggunakan catokan tersebut karena ditakutkan terkena kulit.
Asapnya mengepul saking panasnya.
Karin memperhatikan Monica dengan seksama. Ia menyadari bahwa Monica memang lah lebih cantik darinya. Tangannya yang sedang memegang strapless langsung menekan benda itu di lengannya Monica.
Sontak Monica langsung kesakitan, ia bahkan tidak menyadari jika catokan yang panas itu terkena kulit pipi temannya Karin.
Keadaan kelas caos. Begitupun dengan Karin, ia sama terkejutnya ketika melihat temannya menjerit kepanasan. Kulit pipinya melepuh, bahkan sebagian rambutnya terbelit kabel. Entah bagaimana itu bisa terjadi yang pasti semuanya menjadi panik.
Dimas langsung sakit kepala karena lagi-lagi Karin berulah hal yang sangat berlebihan.
Sarah langsung membantu Monica untuk berdiri, guru-guru datang ke dalam kelas dan langsung memberi pertolongan untuk Hana.
Darah merembes ke baju seragam Monica. Gadis itu meringis kesakitan.
Sarah yang melihat ada darah langsung mengeceknya. Ia melihat ada beberapa isian strapless menancap di kulitnya, membuat seragam dan juga kulit lengan Monica menyatu.
"LO GILA YA?!" Sarah langsung teriak pada Karin.
Karin terdiam, ia tidak sengaja melihat ke arah Dimas yang ternyata sedang menatapnya.
Bukannya diberi pertolongan juga, Monica malah langsung di marahi oleh wali kelasnya.
"Bapak gak bisa gitu dong!. Monica kan gak sengaja, hal ini juga gak akan terjadi kalo Karin ga ngelakuin hal gila ke Monica." Ujar Sarah memperlihatkan apa yang sudah Karin lakukan pada Pak Guru.
Pak Bandi terkejut lalu sama seperti Dimas mendadak langsung sakit kepala. Kenapa anak-anak di kelasnya sangatlah tidak waras.
"Sarah bawa Monica ke rumah sakit."
"Dan kamu Karin, kamu tahu sendiri kalo Monica baru aja masuk sekolah, dia bolos seminggu juga karena kamu. Lalu sekarang masih kamu gangguin juga?. Saya gak mau tau besok bawa orang tua kamu ke sekolah." Pinta pak Bandi sudah tidak bisa menoleransi.
Lantas pak Bandi keluar dari kelas.
Karin tahu bahwa dirinya salah, namun ia masih mengangkat kepalanya dengan arogan. Bahkan ia kembali melihat ke arah Dimas.
Dimas membuka mulutnya, memaki Karin. 'TO LOL'.
Gadis itu langsung mengepalkan tangannya, melempar strapless membuat satu kelas terkejut namun juga jengkel. Mereka mulai memarahi Karin. Bahkan beberapa siswi mulai berani membuka mulut. Perempuan itu berkata bahwa apa yang dilakukan Karin bisa membuat satu kelas kehilangan poin.
"Kalo lo mau tinggal kelas, gak usah ajak-ajak kita. Bukannya mikir malah tambah berulah." Seru Tania kesal.
Karena keberanian Tania, satu sekolah jadi menyoraki Karin.
Gadis berambut sebahu itu semakin tidak dihargai.
Sarah memboyong Monica ke bagian piket untuk meminta surat izin. Reza yang sudah mendengar keributan kelas sebelah dari Teo langsung mengajukan diri untuk mengantar Monica ke rumah sakit.
"Gak usah, Sarah mau nganter aku kok." Tolak Monica seperti biasa.
Tapi Sarah tahu apa tujuan Reza sehingga ia bilang bahwa dia harus memantau kelas karena Sarah adalah ketua kelas. Lagi pula Reza sudah berbaik hati menawarkan diri untuk menolong Monica.
Dan akhirnya Reza mengantar Monica.
Sementara Karin, ia keluar kelas dan pergi meninggalkan sekolah begitu saja.
Bersambung.....
4 september 2024
12Please respect copyright.PENANAZeqR2dbAue