836Please respect copyright.PENANA6ZJYVlggTc
Sabtu dan Minggu jadi hari keluarga. Keluarga saling mengenal lebih akrab lagi. Termasuk membangun kedekatan Siti dengan anak tirinya, Laela. Saat malam minggu dan malam senin Siti tidur bersama suaminya. Di malam senin ia sudah sedikit luwes terhadap suaminya. Tapi ia masih pakai jilbab saat tidur. Namun, BH juga sudah ditanggalkannya saat akan tidur. Baginya aneh tapi nyaman-nyaman saja.
Senin menjadi hari ia akan di rumah tanpa Eka dan Nur. Mereka akan berangkat mengajar. Siti akan berdua dengan Laela, sudah berhasil pendekatan mereka dan akrab. Pagi Senin menjadi hal yang riweh di rumah Eka. Menyiapkan sarapan dan mengurus Laela menjadi hal besar di rumah ini. Pagi itu usai subuh, Nur dan Siti telah sibuk di dapur. Hingga Laela bangun. Makin ramai. Laela merengek karena popoknya sudah tak nyaman. “Bu, eh, Mba, Laela kenapa? Apa aku bisa membantunya?” Nur mendengar itu melirik ke anaknya, ya benar popoknya telah penuh. Walau belum mandi, Laela saat telah bangun biasanya langsung digantikan popok. “Oh, ya bisa, bisa. Boleh. Itu gantikan saja popoknya Laela. Hanya pipis saja itu isinya. Terimakasih ya Siti. Popoknya ada di kamarnya.”
Siti pun merayu anak tirinya itu untuk mengganti popok. Memang umur Laela sudah mau lima tahun tapi kalau malam, sedang riweh di rumah, atau berpegian lebih aman dipakaikan popok. Hasil hubungan Eka dan Nur pun terbujuk dan mau digantikan popoknya oleh Siti. Sebenarnya Siti belum pernah menggantikan popok anak-anak apa lagi bayi. Ia hanya pernah melihatnya langsung.
Saat di dalam kamar Laela, Siti memintanya untuk tiduran. Tisu basah dan popok pengganti pun ia cari dan siapkan. Betapa terkejudnya ia di lemari popok. Bukan hanya popok untuk Laela, melainkan ada popok dewasa pula. Menariknya bila popok untuk Laela hanya celana, mengapa popok dewasa ada celana dan perekat? Cukup banyak pula.
“Ah, nanti tanya Bu Nur deh,” gumam Siti.
Ia pun telah menaruh popok dan tisu basah di atas kasur, tepat di samping laela yang masih kuecel. Pakaian Laela seperti dres, jadi tak perlu mebuka celana. Pikir Siti ini agar mudah menggantinya bila tengah malam popoknya penuh. Siti pun merobek bagian samping popok Laela. Sebelum benar-benar disingkirkan. Selangkangan Laela dibersihkannya. Diusapnya dari depan ke belakang area kewanitaan bocah perempuan itu. Tenang sekali anak itu. Dipastikan bersih, barulah ia membersihkan bokongnya. Barulah ia memakaikan popok baru. Laela pun langsung berlari keluar kamar menghampiri ibunya kembali.
Siti membereskan popok kotornya. “berat juga popok anak sekecil itu kalau sudah penuh. Kalau popok dewasa dan seusia ku pipis di popok seberat apa ya? Nyaman ga ya?”
Usai berberes dengan membawa penasaran popok, Siti kembali ke meja makan membantu Nur kembali menghidangkan makanan.
Usai sarapan, Laela bermain sejenak dengan bapaknya. Sementara Nur dan Siti mencuci piring. Saat mencuci piring pertanyaan popok dewasa muncul di pikiran Siti.
“M... Mba, mau tanya dong.”
“Tanya apa Siti?”
“Tadi pas mau ambil popok untuk Laela, kok di lemari popok ada popok dewasa?”
“Oh, kamu mau tahu sekarang? Clue-nya kalau kamu mau pakai boleh”
“Hah? Maksudnya?”
“Iya, terkadang Aku, Mas Eka juga pakai.”
“Jangan-jangan pas Bu Nur mengawas ujian aku pernah pakai popok?”
“Yups, benar, ahahaha,” jawab Nur tebakan siswi yang jadi istri kedua suaminya itu dengan tertawa tipis.
“Aku boleh pakai?” “Iya, boleh. Ya kali Cuma Laela yang boleh pakai. Setiap kamar di rumah ini ada popoknya kok.”
“Sebentar, jangan-jangan Mas Eka juga pakai popok pas resepsi nikah?”
“Hm... kasih tahu ga ya...?” goda istri pertama Eka. “Soalnya antara pahanya gede banget Bu”
“Ups, ada yang penasaran nih. Berarti belum dibuka nih.” Siti makin menggodanya.
Dan akhirnya Eka dan Nur berangkat mengajar. Laela pun dimandikan usai telah beres urusan bersih-bersih soalnya Laela suka pipis kalau pagi. Siti pun mulai dipercayai memandikan Laela. Ya, kali ini memandikannya dengan main air. Maklum, Siti masih 17 tahun, masih suka bermain-main juga. Hingga memakaikan popok baru dan pakaian bersih. Sebenarnya Laela tak apa tidak pakai popok tapi kata Nur karena sama Siti lebih baik dipakaikan saja, soalnya belum tentu mereka saling memahami tanda-tanda Laela ingin pipis.
Kini giliran Siti mandi. Sengaja, karena ia sendiri yang tak perlu segera bekerja di luar rumah. Sebenarnya Eka mengizinkannya bila ia ingin bekerja. Namun, ia ingin menikmati masa lulus SMA dan status istrinya dulu. Usai mandi Siti terpikirkan mengecek lemari di kamarnya apa benar kata Nur “setiap kamar ada popoknya” dan benar saja itu nyata adanya.
Diambilnya satu. Dibungkusnya tertulis Popok Dewasa dengan ukuran L. “Pas sepertinya aku pakai.” Tanpa disadari, ia telah menanggalkan CD nya dan memakai popok. “Wah lembut. Enak nih, bisa tiduran bareng Laela,” gumamnya. Benar saja ia berniat pakai popok seharian sebelum Eka pulang.
Hari itu ia sengaja banyak minum hingga rasanya ingin pipis. Pukul 10.00 rasa ingin mengeluarkan air seni pun muncul. Ia lari ke toilet. Saat hendak membuka ia ingat kalau pakai popok. Akhirnya ia mencoba pipis di popok sambil berdiri. Dan sr... sr... ser.... pipisnya dikeluarkan sedikit sedikit karena ia belum terbiasa. Ia mengintip popoknya. Terkejud, airnya beneran terserap dan tentu popoknya menggembung. Di dalam popoknya tampak warga agak kekuningan seperti kencingnya di toilet.
Seharian ia hanya mengasuh Laela, bermain, belajar, menyuapi, dan menina bobokan anak tirinya itu.
Saat Laela tertidur, Siti pun ikut tertidur. Ia terbawa mimpi. Mimpi ketika ibunya membersihkan vaginanya sebelum menikah. Mimpi ini muncul karena bayangannya tadi membersihkan vagina Laela. Ia sepintas membayangkan Laela adalah dirinya. Saat mimpi itu, psh.... air kencingnya mengalir begitu saja dan menggembungkan popok yang ia kenakan.
Menjelang 3 sore ia terbangun. Ia merasa aneh, selangkangannya tak bisa rapat. Rasa lembap juga terasa di selangkangannya. Ia mengelus area wanitanya. Terkejud ia ketika ternyata popoknya benar-benar penuh. Ia langsung menuju ke kamar mandi. Rasanya aneh rasanya jalan dengan popok penuh. Ia pun mandi dan lagi-lagi pakai popok. Sore itu ia sendirian mengurus rumah, memandikan Laela hingga memasak.
Pukul setengah lima Eka dan Nur telah tiba di rumah. Siti memastikan tak menimbulkan curiga sebab ia masih pakai popok. Laela langsung diurus oleh ibunya usai Nur selesai mandi. Eka duduk santai diteras dengan secangkir teh yang dibuatnya sendiri. Siti iseng mendekatinya, ikut duduk di sampingnya. Maklum, Siti punya angan-angan romantis juga dalam pernikahan yang baginya tak direncanakan ini. Sore itu obrolan mereka amat mendekatkan, Siti bercerita tentang masa-masa sekolahnya. Namanya juga baru lulus, masih kangen-kangennya masa sekolah.
Malam pun tiba. Nur curiga kepada Siti yang tampak aneh jalannya. “Siti, kamu pakai popok ya?” Siti pun kaget, tahu dari mana Mba Nur. Malu bercampur panik. “ng ng ngggak kok Mba..” “Sudah ga usah bohong, kamu jalannya aneh, aku pegang ya bokongmu,” tanpa jawaban iya Nur memegang dan benar terasa popok melekat di tubuh Siti. “Diam saja ya Mba, Mas Eka jangan sampai tahu.” “aman...”
Malam ini malam keempat pasangan pengantin baru. Siti telah tak berBH sejak usai salat isya. Eka kebetulan capek dan ingin merebahkan tubuh. Pukul 8 malam sudah di kamar. Saat itu pula Siti sudah di kamar bermain ponselnya. Malam ini pun mereka mengobrol tentang masa depan Siti.
“Siti ingin deh kuliah Mas. Tapi nanti deh satu dua tahun lagi. Siti mau mengenal Mas dulu,” ucap Siti. “Ya, ga apa kalau itu keinginan Siti. Kapan pun Siti siap kuliah akan Mas bantu kok.” Siti pun mendengarkan tentang dunia kampus. Eka yang dosen bercerita tentang bagaimana kehidupan mahasiswa dari zamannya hingga yang biasa ia lihat hari ini.
Mereka sambil tiduran dan berhadapan. Tangan Eka memeluk Siti dan menyentuh bokongnya. “Hah, kok kaya pakai popok si Siti? Apa iya sih?” gumam Eka sambil mendengrkan cerita istri mudanya itu. Mereka sempat tertawa terbahak-bahak. Hingga terdengar sr... . Siti diam membeku tetapi tidak dengan uretanya yang mengeluarkan pipis.
“Siti, kamu ngompol?” makin membekulah Siti ditanyai Eka begitu. Lupa ia melepas popok saat akan tidur dan terlanjur Mas Eka masuk ke kamar. Siti hanya diam.
Selimut pun disingkapkan dari tubuh mereka. Tampak bagian selangkangan Siti menggebung walau tertutup celana. “Sudah tenang saja, ga apa, pas kita nikah kemarin aku juga pakai popok. Aku gantikan ya popokmu, sudah penuh nih Siti,” ucap Eka sambil menepuk area vital yang terbalut popok yang membuat Siti makin membeku, ia pasrah.
Sebuah popok dan tisu basah sudah diambil suaminya. Eka meminta izin membuka celananya. Tentu Siti di umur segini merasa aneh akan menampakkan area intimnya kepada orang lain, apa lagi seorang laki-laki. Walau suaminya ia merasa takut, berbeda ketika ibunya memintanya telanjang sebelum menikah dihadapannya.
Dalam batin Eka ini pertama kalinya akan melihat area kewanitaan dan menyentuh milik istri keduanya jika berhasil menggantikan popoknya. Siti sebenarnya ingin menolaknya tetapi rasa takut lebih besar apa lagi ia ketahuan pakai popok. Tangan Eka pun sudah dipinggang Siti dan memegang celananya. Perlahan celana sudah tertanggal. Siti tampak ketakutan sementara Eka fokus di area intim istrinya itu tanpa melihat wajah Siti. Tangannya pun seperti diikat, tak berani bergerak. Karena rasa takut, sh..., air kencingnya keluar lagi.
“Sudah belum pipisnya sayang?” Siti hanya mengangguk. Popok pun dirobek di sisi kiri dan kananya. Ini pertama kali vagina Siti dilihat suaminya. Ia benar benar tak mebayangkan akan disetubuhi tapi rasa malu itu ada. Ia teringat pipis saat dibersihkan oleh ibunya. Ia takut terulang. Eka amat biasa membersihkan vagina istrinya. Walau rasa ingin segera menyetubuhi Siti ada, kali ini baginya belum saatnya. Tapi ini kesempatannya mengelus-ngelus vagina Siti dan sengaja dilama-lamain. Siti kegelian tapi ditahan, ia seakan ditodong pistol. Diam tanpa bergerak. Vaginanya berkedut, Eka merasa senang dan dirasa cukup mengelusnya. Ia sudah sadar Eka tak nyaman.
Eka meminta Siti mengangkat bokongnya. Kali ini bukan digantikan popok celana apa lagi CD, melainkan popok perekat. Sayangnya Siti tak dipakaikan celana lagi. Siti langsung dikeloni suaminya yang memberikan kehangatan dan rasa nyaman bagi Siti pun muncul. Siti merasa aman. Mungkin saja besok area vaginanya dilihat lagi oleh suaminya. Pikiran Siti pun kemana-mana hingga membayangkan melihat kelamin suaminya.
ns 15.158.61.21da2