Kamis sore seperti biasa Eka menjeput Nur di sekolahnya. Sepanjang jalan mereka mengobrol. Nur sebagai istri pertama yang memilihkan suaminya dan memberikan istri kedua penasaran dengan hubungan dalam kamar suaminya dan Siti. Di luar kamar memang tampak romantis dan rasanya membuat Nur cemburu. Tapi bagaimana lagi, mereka pengantin baru dan masih jatah Siti.
“Mas, bagaimana Siti Mas?” tanya Nur. Nur khawatir Eka belum mengarahkan menjadi perempuan seutuhnya untuk Siti. Jilbab di rumah saja selalu dipakai di rumah. Saat masuk ke kamar, Siti saja selalu berjilbab padahal laki-laki di rumah hanya Eka, itu pun suaminya.
“Ya, baik-baik saja Nur. Kamu cemburu aku sering bemesra dengannya?”
“Nur penasaran saja kok ga pernah menanggalkan jilbabnya di rumah Mas”
“Oh, pelan-pelan saja, masih awal. Baru besok seminggu pernikahan bukan?”
“Iya sih Mas.” Mereka henin sejenak. Nur teringat pernikahan Suaminya dengan siswi Nur itu besok sudah masuk minggu kedua. Benar, malam ini adalah malam Jumat. Nur terbayang apa yang biasa dilakukan suaminya ketika malam jumat. Ya, menggoda istrinya, membuat terangsang secara seksual, dan tentu saja bersenggama.
“Mas, nanti malam jumat Mas. Tapi ini masih jatah Siti. Aku sudah merindukan kita seranjang Mas.”
“Wah, iya juga. Aku paham sayang. Sabar ya. Nanti ketika giliranmu kita GAS” ucap Eka dengan sedikit menggoda.
“Hm... Maaf Mas, Mas sudah pernah berhubungan sama Siti?”
Eka mendengar pertanyaan itu mendadak berdebar-debar. Ia hanya baru sampai menceboki istri dan menggantikan popok Siti. Belum sempat menjamahnya hingga membangkitkan hasrat seksualnya dan istri mudanya itu.
“Belum ya Mas? Kok diam aja? Nanti malam disikat saja Mas! Mesti enak banget itu. Hm... apa lagi masih perawan, masih ting-ting, cantik, muda, dan... sepertinya dia belum tahu banyak soal hubungan di ranjang.”
Ucapan Nur itu amat mengggoda. Pikiran untuk menyutubuhi Siti muncul. Memang sudah satu minggu juga ia menahan untuk berhubungan badan dengan Siti. Tapi rasanya mereka sudah dekat dan saling nyaman.
“Kalau nanti malam di kamar berisik, jangan cemburu ya sayang.” Ucap Eka agak sedikit menggoda.
“Cie... uhuy ada yang mau unboxing istrinya nih.”
Sesampai di rumah, Siti sudah membersihkan dan hidangan malam sudah di atas meja. Tiggal disantap. Siti yang tengah mengobrol dengan Eka di depan Tv, diajak Nur ke kamar. Ya, kamar yang nanti malam mungkin akan jadi tempat terindahnya dengaan suami.
Eka paham dan mengizinkan. Suami beristri dua ini menduga istri mudanya akan dipesan bagaimana perihal seks. Maklum Siti amat tampak polos.
Mereka di kamar. Siti duduk di tepi ranjang. Sementara Nur berdiri dan memandang kamar yang biasanya tempat menikmati malam-malam bersama Eka sebelum harus berbagi dengan Siti
“Siti, malam ini malam Jumat. Kamar ini amat emosional bagiku dan Mas Eka. Mungkin seperti malam-malam akhir-akhir ini. Mesti kamu bermesra dengan Mas Eka. Sebagai manusia dewasa dan sudah menikah rasanya amat bebas ketika berdua. Bercumbu.” Ucapan Nur ini membuat Siti menunduk mendengarkan guru semasa SMA nya ini seakan menceramahinya. Bukan lagi untuk menjadi anak baik tetapi Siti bingung apa yang diucapkan istri pertama Mas Eka itu.
Nur pun menatap Siti. “Siti bersiaplah menjadi perempuan seutuhnya.”
Mendengar ucapan Nur itu Siti teringat pelajaran masa SMA dulu, jika perempuan kodrat seutuhnya hanya menstruasi, hamil, dan menyusui. Siti terbayang apakah dirinya akan segera hamil apa lagi ia telah bersuami.
“Ma mm maksud Bu Nur apakah aku segera hamil?” tanyanya dengan gugup.
“Mungkin saja itu tergantung kamu dan Mas Eka, semoga segera ya. Sini ikut aku biar aku kasih pakaian tidur.” Goda Nur dengan Siti. Ia memang ingin menggoda suaminya ketika istri kecil nya ini tak culun banget. Ia sebagai gurunya tahu jika siswi nya satu ini selama sekolah pikirannya terlalu bersih. ingin rasanya Siti segera ternodoai seks agar Eka segera mengajaknya threesome.
Ajakan Nur kali ini ke dalam kamarnya. Di dalam kamar diberikannya baju-baju dres dan daster yang amat menggoda untuk tidur bersama suami. Baju ini baru. Bukannya tak ingin Nur pakai tapi Nur nyaman dan Eka sudah nyaman dan biasa pakai pakaian yang lama.
“Tidur pakai ini? Ga dingin Mba?” tanya Siti yang polos. “Ya, nggak dong, kan pakai selimut, apa lagi disamping Mas Eka, hangatnya mesti pas,” ucapnya dengan agak sedikit nakal. Siti pun berterimakasih. Ia pun menerima ketika tidur mungkin akan mencoba tanpa jilbab.
Siti yang tengah berganti pakaian semula usai mencoba baju pemberian istri pertama Eka dicegah oleh Nur. Bukan tanpa alasan, Nur ingin memijat tubuhnya yang sudah beberapa hari ini mengurus rumah. Itu niat yang terucap kepada Siti, niat aslinya mengecek area vital Siti. Ia ingin melihat apakah Mas Eka sudah menjamahnya. Siti pun menyetujuinya dan bertelanjang bulat. Ia berani telanjang karena sesama perempuan. Toh juga sudah satu keluarga.
Siti bercerita saat sebelum menikah ia sempat dipijat oleh ibunya. Amat spesifik dipijatnya payudaranya hingga membersihkan area intimnya. Cerita ini membangkitkan keinginan Nur menjamah area privat wanita Siti.
“Enak ga pas dipijat bagian itu sama Ibu?” tanya Nur yang membuka peluangnya menjamah bagian intim Siti.
“Enak banget Mba. Rasanya rileks” ia menjawab ketika Nur memijat lengannya.
“Mau aku pijat dibagian situ juga ga? Pasti kamu juga butuh.”
“Hm.. ah... boleh Mba...” ucapnya dengan pijatan Nur.
Lampu hijau telah diberikan. Nur pun langsung menjamah dada Siti. Nur mempraktikan apa yang diajarkan bidan untuk membantu melancarkan ASI. Dipijitnya payudara Siti, diputar ke kanan, kekiri, di remas dengan lembut bergantian. Siti makin keenakan. Elungan kenikmatan sesekali keluar dari mulutnya.
Tisu basah diambil Nur, diusapkan kepada puting Siti. Sedikit dipelintir. “Sh... Ah.. pelan-pelan mba...” Siti sedikit kesakitan. Kedua payudara dirasa sudah cukup. Kini bagian perut dipijitnya. Diurutnya kebawah. Sesekali pula Siti mengentut.
Hingga akhirnya sekitar mulut vagina dipijat. “Siti, ngangkang dong.” Pinta Nur dan tanpa menolak Siti mengangkang. Diusap-usapnya area intim siswinya itu. Sedikit dibukanya mulut. Nur pun bergumam, “ternyata suami ku belum membobol kewanitaan ini. Semoga malam ini dibobolnya.”
Usapan itu membuat elungan-elangan panjang Siti.
“Mba... Aku mau pipis...” ucap Siti usai hampir 10 menit diusap-usap. Nur tahu ini akan mencapai orgasmenya. Tapi dihentikannya dan dimintanya mandi air hangat saja membersihkan dari minyak urutnya.
ns 15.158.61.12da2