Malam telah hampir sunyi. Eka sedang mengecek tugasnya di laptop di meja makan. Nur yang tahu suaminya sedang sendiri itu menghampirinya. Duduk disampingnya dan menikmati secangkir air mineral.
“Mas, malam jumat Mas. Istrimu mungkin sudah menunggumu Mas.” Goda Nur.
“Kan bukan jatahmu malam ini, Kok sudah minta sih Nur?”
“Ya... siapa yang minta Mas? Mas masak ga mau malam jumat pertama sama istri yang masih ting-ting Mas?”
“Oh... kamu ga sabar suara desahannya ya? Dengarkan saja nanti”
“Buat dia mencapai kenikmatan Mas. Jangan bayangin kamu menyetubuhi aku. Dia juga istri Mas. Bangun fantasi dengannya juga Mas”
“Siap... Laksanakan Istrikuh yang ngasih siswinya.” Eka langsung menutup laptop dan menuju kamarnya. Godaan istri pertamanya untuk segera menyetubuhi gadis 17 tahun itu amat membangun gairahnya segera menidurinya.
Di dalam kamar, Siti telah memakai salah satu pakaian pemberiaan Nur. Malam ini pakai daster berwarna pink berbahan yang licin. Dingin sekali rasanya. Dadanya amat nyeplak. Pahanya hanya tertutup setengah. Siti merasa aneh jika tak pakai jilbab di depan suaminya jadi walau berpakaian terbuka seperti ini ia tetap memakai jilbab kaosnya.
Suara pintu diketuk pun terdengar. Siti tersontak dan mendadak duduk tegak di atas kasur. Eka pun masuk ke dalam kamar. Mereka saling menatap. Tak ada kata. Mereka berdua mematung hingga lima menit. Perlahan Eka mendekati istri mudanya ini.
“Kenapa kamu pakai baju kaya gini sayang?”
“Dikasih Mba Nur. Katanya lebih nyaman tidur pakai baju kaya gini. Tapi kok Siti kedinginan ya Mas...” ucap Siti dengan polosnya. Ia belum menyadari jika baju ini amat menggoda suaminya.
Di dalam hati Eka berkata, “Terimakasih Nur. Kamu benar-benar mengajari gadis ini menjadi istri yang baik. Ya walau masih pakai jilbab dia sudah berani nakal pakai baju seperti ini. Kamu ingin mendengar desahannya kan Nur? Aku pastikan malam ini terdengar Nur.”
“Oh..., sini Mas peluk.” Eka memeluknya di atas ranjang. Perlahan Eka mencium kepalanya. Wangi rambutnya menembus jilbabnya. Kehangatan pun benar tercipta bagi dua sejoli ini. Siti pun merasa amat nyaman.
Perlahan Siti pun direbahkan. Dalam pelukan, Eka tak lepas mentap istrinya yang belum genak 20 tahun itu. Perempuan ini hanya mengulat mengepaskan posisi nyamannya.
Perlahan Eka mendekatkan mulutnya ke mulut Siti. Sentuhan pertama mulut mereka pun terjadi. Lumayan Eka amat membuat terkujut Siti hingga matanya melotot. Siti hanya terdiam dalam pelukan. Mulutnya pun kaku sebab ini pertama kalinya berciuman.
“Siti, balaslah ciumanku!” ucaapan Eka ini perlahan membuat Siti juga menggeraakkan bibirnya. Entah mengapa Siti ingin mengikutinya. Ia bingung.
Ciuman pun berakhir. Eka tersenyum lebar. Tapi bibir berhenti bercium, payudara Kiri Siti sudah diremas oleh Eka. Lagi-lagi terkejut Siti. Tanpa aba-aba seperti ketika akan dipijat. Tapi ini langsung diremas oleh suaminya itu.
“Hm... Mas...” eluh Siti yang tampak sedikit kesakitan.
“sakit sayang?” Eka pun mengelus dan meremasnya dengan lebih lembut.
Siti benar-benar tak paham apa yang terjadi di malam jumat ini. Mengapa suaminya seperti ini. Sedikit sakit baginya tapi rasa nikmat lebih menguasai Siti.
“Sh.. Siti, bajunya Mas buka ya” Siti hanya mengangguk dan langsung saja daster Siti dilepas. Tubuh lencir dan mulus dengan payudara yang cukup berisi untuk seusianya terpampang. Namun, Siti langsung sadar dan berusaha menutup payudaranya, “Mas, Siti malu.”
“Siti, tenanglah. Nikmatilah malam ini. Percayalah sayang, ini rasa nikmat yang belum pernah engkau rasakan” ucap Eka.
Siti sedikit meneteskan air mata. Ini membuat Eka memeluk erat istri keduanya itu. Kehangatan pun menyelimuti Siti. Rasa tenang pun datang.
Eka heran sebenarnya, usia segini mengapa ia amat nurut untuk dirangsang seperti ini. Apa ia benar-benar belum terjamah seks? Sikap Siti ini makin membangkitkan gairahnya.
Mata Siti tampak sayup. Eka makin terangsang melihat kondisi istri yang belum pernah dibobol vaginanya ini. Keinginan itu pun makin terdorong, ia akan mengupayakannya malam ini.
Siti dibiarkannya dulu istirahat sejenak usai bercumbu dan dari remaasan payudaranya. Di hadapan Siti yang terbaring, Eka pun perlahan membuka baju hingga celananya meninggalkan CD yang menutup penis yang sudah menegang.
“Mas. Kok telanjang juga?”
“Yakan kita ingin menikmati malam ini. Ini caranya. Sebentar lagi puncaknya sayang.”
“Mas, kok di selangkangan Mas menonjol banget?” tanya Siti yang polos.
“Kamu mau membukakannya sayang?” tangan Siti pun diraih Eka dan diarahkan ke CD nya. Siti hanya meraba sekitarnya, sesekali mengenai buah zakarnya yang membuat penis Eka berkedut.
“Ayuh, turunin saja sayang” perlahan CD Eka diturunkan. Penis Eka pun menyebul dan mengenai hidung Siti yang terlalu dekat saat membukanya. Siti terbelalak, mulutnya membuka sedikit, matanya tak lepas dari penis Eka, tangannya masih memegang paha Eka. Laki yang seorang dosen ini pun membiarkan Siti menatap kelaminnya cukup lama. Saat itulah tangan Siti menyentuh kemaluan Eka. Hanya menyentuh. Dibiarkannya mengeksplor sendiri.
“Mas kalau pipis keluar dari sini?” Eka hanya mengangguk. Polos sekali anak ini.
“Besar ya mas. Ini sudah disunat ya Mas? Besar ya Mas. Soalnya aku Cuma pernah liat punya anak-anak, kecil, lancip. Sepertinya itu belum disunat.” Ucap Siti.
Kepolosan ini membawa Eka untuk membimbingnya memainkan kelaminnya itu. “Siti, genggam terus coba maju mundurkan pelan-pelan” kali ini Eka duduk di tepi kasur dan Siti bersimpuh di hadapannya.
Siti pun mengikuti arahan suaminya itu. Pelan sekali penisnya dimaju mundurkan. Rasa nikmat pun muncul. Ia tak ingin air maninya muncrat di luar, ia ingin di dalam vagina istri mudanya. Jadi ia mengontrol kocokan istrinya yang lugu ini.
“Sayang cukup. Sekarang giliran kamu,” pinta Eka yang langsung menggendong istrinya yang hanya mengenakan Jilbab dan CD ke atas ranjang. Diposisikannya yang nyaman istrinya itu. Siti tak tahu apa yang akan diperbuat Eka.
Eka lagi-lagi mencium mulut Siti. Kini siti sudah bisa sedikit mengontrol ciumannya. Ciuman itu perlahan menyusuri leher Siti yang membuat bergetar tubuhnya. Geli-geli terangsang. Turun hingga ke gunung kembar. Diremasnya kembali dengan lembut dan “hamp” payudaara Siti dihisap Eka. Siti kaget tapi perlahan kenikmatan muncul dari hisapan itu.
Siti tak hentinya mengelinyang dan mengeluarkan suara desahan.
“Aku lepas ya CD kamu sayang” Siti teringat, ini kedua kalinya Eka akan melihat area kewanitaannya. Untungnya tadi sore ia mandi, jadi pikirnya ini maksud ibunya sebelum menikah untuk memastikan selalu bersih.
CD Siti tlah tertanggal. Siti masih merapatkan selangkangannya. Eka paham, istrinya masih malu. Ia pun menenangkan istrinya, mengelus-ngelus paha mulus istrinya. Siti sedikit tampak teransang, dan melemaskan kakinya. Eka pun amat mudah membuka vagina perempuan yang mungkin sebentar lagi dimasukin penis suaminya.
Siti yang tiduran, menopang badannya dengan tangan agar matanya bisa melihat apa yang akan terjadi dengan kewanitaannya. Melihat ini, Eka langsung memberikan bantal di belakang punggung agar Siti bisa bersandar nyaman dan melihat kelaminnya diperlakukan.
Vagina Siti akhirnya diusap oleh Eka. Lembut sekali. Siti tampak menahan napas, bibirnya tertutup rapat. “Santai saja Siti, ini bakalan enak,” ucap Eka.
Eka menyingkap labia mayora Siti. Tampaklah bagian luar kelamin Siti. Tangan kiri membuka vagina, tangan kanan pun memainkan klistoris Siti. Dielus-elus “hm... sh... sh... ah...” Desah Siti. Melihat ini, Eka mengambil popok perekat sebagai alas agar ketika ada cairan keluar tak membasahi kasur mereka. Bisa pula langsug membungkus kelamin Siti dan memudahkan Siti untuk segera istirahat tanpa ke kamar mandi untuk pipis.
Popok itu pun sudah diletakkan dibawah bokong Siti. Eka makin mengobok area kewanitaan istri mudanya itu. Siti hanya melihat servis suaminya itu. Ia tak paham mengapa ia diginikan, hanyalah rasa nikmat yang diterima.
Tiba-tiba, Eka mendekatkan mulutnya dengan mulut vagina. Dihisapnya mulut bawah istrinya itu bagai bercumbu dengan mulut atasnya. “MAS JOROK MAS!” ucap Siti tapi Eka tak peduli. Kenikmatan pun tetap menggairahkan Eka.
Di luar kamar, tak sengaja Nur lewat kamar pengantin baru. Nur yang lewat terhenti mendengar suara desahan perempuan lain di rumah ini. Ia berhenti sekitar 3 menit memastikan benar itu suara itu ialah hasil cumbuan Eka dan Siti. Mendengar suara itu, Nur tertunduk dan ingin meneteskan air mata haru. Suara bisiknya pun terucap, “Selamat Mas Eka. Selamat Siti, kamu telah benar-benar menjadi istri”
Persetubuhan masih berlanjut. Vagina Siti makin diobok. Siti kembali merasakan hal yang pernah ada saat ibunya membersihkan vaginanya hingga pipis.
“Mas.. sh... Akuh.. mau pipish...”
Eka tak peduli, ia tahu istrinya akan orgasme. Makin lah dioboknya vagina itu.
“Mash...”, “lepaskan saja sayang,” ucap Eka. Dan muncratlah air kenikmatan Siti.
“maaf ya mas Siti pipisin mas.”
“Ga apa sayang. Ini bukan pipis tapi air orgasme mu, air tanda kenikmatan”
“Iya, mas, enak sekali mas”
Merka pun istirahat sejenak. Walau pun begitu tangan Siti dibimbing Eka mengelus penis Eka. Makin tak sabar Eka memasukkannya ke lubang beranak Siti itu.
“Siti, milikku yang sedang kamu elus ini izinkanlah masuk ke tubuhmu. Mudahkanlah Siti, yakinlah kenikmatan akan kita dapatkan saat milikku ini masuk ketubuhmu,” ucap Eka dan Siti hanya diam membingung. Masuk kemana kelamin laki-laki ini?
Eka pun menghentikan elusan Siti kepada penis yang menegang ini. “Siti kamu siap?” Ya, terjawab sudah penis sudah menodong vagina Siti. Kebingungan Siti akan kemasuk mana barang suaminya itu ketubuhnya sudah terjawab. Lagi-lagi ia menahan napas. Tapi Eka pun membantunya menenangkan dengan menarik napas dan menghembuskan dengan perlahan.
Siti telah rileks. Dimintanya pun menarik napas panjang. Dan penis Eka didorong masuk ke mulut vagina Siti. Siti merem seperti kesakitan. Siti tak tahan, “Mas...” Eka paham jika ini menyakitkan.
Tarikan napas pun dilakukan Siti, dan penis kini lebih ditekan hingga setengah penis Eka berhasil masuk ke dalam vagina. Napas pun dihembuskan Siti. Eka memeluk istrinya. Menenangkannya.
Amat sempit vaginanya. Maklum ini pertama kalinya dimasukkan. Siti tak menyangka lubang vaginanya yang baginya kecil muat dimasukin penis suaminya.
Perlahan Eka pun menggenjot istrinya. Pelan-pelan. Eka tak berani dengan tempo yang cepat. Siti pun kembali kenikmatan, mendesah. Vagina yang basah membantu penis makin masuk lebih dalam.
Kenikmatan Siti kembali bangkit... “Sh... mas... enak banget mas... Mas.... sh...”. Tak diduga Siti kembali orgasme. Sementara Eka belum mencapai puncaknya.
Genjotan berlanjut walau Siti telah terkulai lemas.
“Mas, Siti capek. Tapi kalau mas belum lanjutkan Mas. Siti sudha cukup menikmati. Nikmati saja Mas,” ucap Siti. Sebenarnya ia tak begitu paham ini kegiatan apa yang begitu nikmat. Tapi sungguh enak. Tak perlu jelas baginya nama kegiatan ini.
Tak lama dari itu, Eka pun menembakkan spermanya ke rahim Siti. Crt crt crt. Kedutan penis dan kehangatan akan adanya cairan di dalam rahim Siti membuatnya terkejut. “Mas?” “Iya Siti, sudah”
Siti tak tahu bila yang keluar itu ialah sperma. Sel dari laki-laki yang bisa membuatnya hamil jika bertemu sel telur di dalam rahimnya. Penis Eka tak segera dikeluarkan, dibenamkannya sekitar satu menit di dalam vagina istri mudanya itu.
Saat dikeluarkan, cairan sperma itu keluar sedikit dari mulut vagina Siti. Sedikit darah pun keluar dari sana. Eka pun mengelap penisnya di popok yang menjadi alas mereka bersenggama. Dipastikannya tak ada mani yang tersisa di ujung penisnya. Eka pun pipis sedikit di popok itu. Popok itu pun dikenakan pada sang istri. Menutup area kewanitaannya.
Usai berhubungan badan, Eka memposisikan istrinya tidur dengan nyaman. Dipeluknya. Mereka tetap telanjang dan hanya berselimut saja. Di dalam selimut mereka berpeluk.
“Shr....” Suara air mengalir terdengar. Tak lain tak bukan Siti ngompol. Maklum memang naluri alami baik setelah berhubungan ialah pipis agar kotoran tak bersarang.
ns 15.158.61.12da2