Jumat pagi pun tiba. Pukul empat dini hari. Di kamar Eka sudah bangun, disampingnya Siti masih tertidur pulas. Ia ingin segera mandi besar untuk menunaikan salat. Tapi ia tak tega Siti juga meninggalkan salat.
Eka menatap Siti, ia kasihan padanya. Pasti capek dan tentu ada rasa perih di kemaluannya usai disetubuhinya. Tapi bagaimana lagi, Siti istrinya, ia ingin jatahnya. Walau berusia 17 tahun Siti masih tak begitu mengerti soal hubungan seks menurutnya semalam. Tapi bagi Eka bersyukur Siti tak memberontak, malah amat menikmati.
Selimutnya pun disingkapkannya. Tubuh Siti pun terbuka. Hanya popok yang menjadi saksi penisnya memuncratkan sperma ke dalam vagina. Sr.... . Eka terkejut, ternyata istrinya mengompol. Entah mengapa. Mungkin Siti masih terbayang kenikmatan. Ataukah sebenarnya ia telah bangun dan tak kuat untuk ke kamar mandi.
“Siti, bangun yuk.” Ucap Eka sambil meraba popok yang melekat di tubuh Siti. Perlahan dibukanya popok itu, ia ingin melihat kondisi memek istri mudanya seusai digempurnya semalam.
Terpampanglah kondisinya. Popoknya basah dengan pipisnya, bercak darah pun tampak terserap popok perekat itu. Sementara area kewanitaan Siti tampak bercak darah yang tampak lengket di mulut vaginanya itu. Tak ada luka di luar, hanya sedikit lecet. “Oh, paling ini karena bulu-bulu area kelamin” gumam Eka.
Siti pun melek karena merasa kedininan. “Mas...” Siti berucap dan suaranya tampak terdengar lemas. “Mandi junub yuk sayang. Bareng saja. Terus salat, habis itu kamu istrihat lagi ga apa”
“i.. iya Mas...” Siti pun dibantu duduk oleh Eka. Tak langsung berdiri. Mereka berdua masih telanjang bulat dari semalam. Eka berdiri di samping dan membantu Siti berdiri dan merangkulnya. Tak sengaja Siti melirik ke arah kelamin suaminya. Pagi ini kelamin itu tegang.
Eka membopong istri mudanya itu ke dalam kamar mandi di dalam kamarnya. Didudukkannya di kloset duduk. Tepat dihadapan Siti, penis Eka menegang. Siti terbayang nikmatnya semalam. Walau capek, Siti mengelus kepunyaan suaminya itu. Eka membiarkannya. Eka sebenarnya ingin mencebokkan kelamin Siti, tapi kadung Siti mengelus kelaminnya dulu. Dibiarkannyalah bermain dengan kejantanannya itu. Tak lama, crt crt, air mani menyembur dari kelamin Eka.
“Mas, kok pipisnya kental? Dikit lagi? Tanya Siti dengan polosnya. Tangannya merasa lengket karena cairan itu.
“Sayang, cairaan seperti itulah yang membuat semalam kita nikmat. Cairan seperti itulah yang membawa spermaku bertemu sel telurmu di rahimmu. Tenanglah, aman Siti, kita sudah menikah. Aku tak akan menelantarkannmu.”
Siti tampak bingung. Memang ia pernah mendengar sperma saat pelajaran IPA bab repodruksi. Dan baru kali ini ia melihatnya langsung.
Tangan Eka pun masuk kearea selangkangan Siti, bidet pun menyemburkan air dan membasahi selangkangannya. Eka mengusap dan sedikit menggosoknya.
“Mas... perih” keluh Siti. “Mas cebokin dulu sayang ya, biar bersih. Mas mau tanggung jawab atas keperihan di sini Siti.” Mereka pun mandi di bawah sower. Saling mengusapkan sabun pula. Kesempatan Eka meraba dan meremas tubuh Siti terjadi. Eka sebenarnya ingin menyetubuhinya lagi. Tapi tak tega.
Eka pun membantu mengeringkan tubuh Siti. Siti pun digendongnya dan ditaruh di atas ranjang. “Siti, kamu pakai popok lagi saja ya. Kamu masih capek kan? Istirahat dulu saja hari ini. Nanti aku bilang ke Nur agar Laela tak banyak merepotkanmu hari ini.”
Eka pun memakaikan popok perekat ke Siti. Diangkatnya pinggul istrinya itu. Namun, sebelum ditutup Eka menyibakkan mulut vagina, benar, ada sedikit lecet.
“Sayang, nanti malam kita cukur ya bulu kemaluan kita” Siti tak paham mengapa suaminya ingin mencukur bulu kemaluannya. Ia hanya diam. Dipakaikan pulalah Siti gamis yang pas untuk di rumah.
Usai salat, Siti kembali tidur. Eka pun keluar kamar dan menemui istri pertamanya.
“Mas, mana Siti? Tumben dia belum bangun” tanya Eka. Ia tahu sebenarnya semalam di kamar Eka telah menggempurnya, Siti tentu tahu bagi seorang wanita yang pertama kali berhubungan seks bakal terasa sangat capek dan sedikit sakit.
“Sudah bangun kok. Tapi katanya lagi pengen tiduran dulu,” jawab Eka.
“Siti sakit Mas?”
“Ng ng nggak kok”
“O... semalam ada yang membobol keperawanan istrinya nih. Nikmat banget mesti tu,ehm... jadi pengen deh,” ucap Nur.
“St... sabar Nur. Tapi memang nikmat sekali dia. Amat polos, ia benar-benar tak tahu soal peranjangan Nur. Oh ya, Laela jangan merepotkan Siti ya hari ini.”
“Siap Mas... demi kebaikan Siti dan Mas, Nur rela. Juga rela dipertontonkan saat mas ngeseks dengannya”
“Ih, nakal kamu. Sabar, nanti ada waktunya” Eka pun mengecup kening istrinya.
“Yaudah, ini mas, sepiring porsi sarapan untuknya. Ucapkan terimakasih telah melayani suamiku di malam jumat ya Mas” goda Nur sambil memberikan piring dan gelas untuk sarapan Siti. Nur menyuruhnya agar Siti disuapi di kamar oleh Eka.
Di dalam kamar Siti hanya tiduran. Dirinya melamun merenungkan kenikmatan yang terjadi semalam. Terdengar pintu dibuka. Mas Eka masuk ke dalam kamar.
“Sayang, apa yang dirasakan?”
“Sedikit perih mas, ini juga aku jadi sering pipis dikit-dikit. Untung pakai popok jadi ga bolak balik kamar mandi Mas.”
“Semoga cepat pulih ya sayang. Biar kita bisa menikmati lagi” mendengar ucapan Eka ini Siti mengangguk. Ia belum begitu paham soal ranjang tapi ia rasa ingin kembali merasakannya.
Siti pun diposisikan duduk menyender. Ia masih tampak lemas, suapan sarapan pun masuk dan dikunyahnya perlahan.
“Mas, Mba Nur sendirian di bawah?” ia merasa ga enak tidak membantu istri pertama Eka itu.
“Iya, ga apa sayang. Ga usah khawatir. Aku tadi bilang kamu lagi ga enak badan. Ia paham kok sayang.”
Kecupan seusai makan pun mendarat dikening. Usapan di atas kepala Siti pun membuat hati Siti mleyot. Ia tak ingin ditinggal suaminya. Ia ingin berdua. Tapi suaminya harus berangkat mengajar.
Tok tok, pintu kamar Siti yang tengah sendirian di dalam terketuk. Pintu pun terbuka. Nur lah yang mengetuk itu. Nur khawatir dengan siswi yang menjadi istri kedua suaminya itu usai disetubuhi. Tapi Nur menahan pertanyaan bagaimana rasa disetubuhi.
“Siti sakit ya?”
“Iya, mba, ga enak badan.”
“Oh... yang dirasakan bagaimana?”
“Sakit mba di vagina. Pegal-pegal juga. Rasanya pengen dipijat sama Mba.”
“Nanti sore gimana? Atau nanti siang deh Mba pulang lebih awal.” Ucap Nur. Nur tak ingin membebani Siti hari ini lagi pula Jumat kegiatan sekolah selesai lebih awal. Siti hanya mengangguk.
Nur melihat wanita yang telah disetubuhi suaminya semalam ini kasihan. Sebenarnya ingin melihat kondisi kelaminnya usai digempur. Tapi rasanya ga etis karena Siti tampak kelelahan. Namun, ...
“Mba, tapi aku boleh minta tolong dulu ga sebelum Mba berangkat?”
“Ada apa Siti?”
“Gantikan popok Siti Mba. Sepertinya sudah penuh.”
Kebetulan sekali ini. Kesempatan menilik hasil suami mereka semalam. Nur pun membuka popok Siti. Terpampanglah vagina yang semalam dimasuki penis lelaki. Tampak sedikit lecet. “Wah, sangar sekali suamiku menggempurnya,” gumam Nur.
“Di sini ya yang sakit?” tanya Nur saat membersihkan vagina Siti dengan tisu basah. Siti hanya mengangguk. Nur berpikir ingin membuat istri tandingannya itu orgasme di hadapannya. Dan sengaja ia mengelap dengan perlahan dan menyentuh klistoris yang tampak menegang.
“Hm... mba... enak mba” racau Siti. Nur pun meneruskannya. Tampak berkedut area vagina Siti, dan tak lama cr... air orgasme Siti mengucur.
“Maaf ya Mba, Siti pipis di hadapan Mba.”
“Ga apa Siti, Mba yang salah, kelamaan membersihkannya” tak lama langsung dibersihkannya kembali dan Siti pun dipakaikan popok kembali.
Saat siang hari, Siti menemani Laela bermain di ruang keluarga. Siti duduk dan masih merasa sakit diselangkangannya. Ini mendorongnya mencari tahu di Google. Ia mengetik “Mengapa vagina sakit setelah dimasukin kelamin laki-laki.”
Ia terkejut, judul teratas yang munucl ialah “Penyebab sakit saat berhubungan intim.” Ia buka artikel itu. Ia baca. Dan benar, apa yang dilakukannya semaalam dengan suaminya ialah hubungan seks. Apa yang ia rasakan semalam dijabarkan di artikel itu. Ia tak menyangka kenikmatan itu ialah hubungan seks. Ia benar-benar baru tahu. Air matanya perlahan menetes. Ketidak tahuan ini membuatnya remuk. Bagaimana tidak diusia 17 tahun ia lebih dulu melakukannya ketimbang mengetahui ilmunya. Tak ada yang memberikan pelajarannya. Tapi semalam ia melakukan dengan suaminya yang menurutnya sudah tahu hal ini.
Saat itulah, Nur tiba di rumah.
“Lho, Siti? Kenapa menangis?”
Siti langsung memeluk guru saat ia sekolah itu. Nur mengintip ponsel Siti. Dan membuatnya pelukan makin erat.
“mm mba..., rasa sakit yang dirasakan Siti ternyata karena Mas Eka melakukan seks kepada Siti Mba... Siti takut” ucap siti dengan sedikit tersedu sedu
“Tak apa Siti, Mba juga dulu merasakan sakit ketika berhubungan badan. Perlahan Siti, nanti kamu akan terbiasa. Yakinlah, yang kedua dan seterusnya tidak akan sesakit yang pertama”
“Siti juga semalam berdarah, sepertinya sudah tidak perawan”
“Ga apa Siti, tandanya kamu telah menjadi istri seutuhnya bagi Mas Eka. Lagi pula yang memerawanin kita Mas Eka, suami kita sendiri Siti. Mas Eka tentu akan perhatian dengan Kita. Tenanglah. Mba siap kok menjawab pertanyaan Siti seputar hubungan suami istri, apa lagi suami kita sama. Ya, mungkin ada perlakuan berbeda Mas Eka kepada kita. Tapi tentu ada kesamaan. Inilah kondrat kita Siti, punya hasrat seksual. Aku dan Mas Eka punya Laela setelah kami berhubungan badan selama satu tahun. Kegiatan intim suami istri ini wajar sayang, ini yang akan mengantarkan kita menjadi seorang perempuan hamil dan memberikan momongan.”
Siti hanya bisa bersandar di pundak Nur dalam pelukan. Nur terus menenangkannya. Ia paham tak ada pelajaran di sekolah soal hubungan seks secara praktik, hanya reproduksi. Nur akan mengajarinya dan menjadikannya rujukan Siti bertanya.
“Selamat ya Siti, kamu telah menjadi wanita yang baik bagi suami. Semoga makin harmonis ya..” Air mata Nur pun ikut menetes.
Sore hari, Eka telah pulang. Nur menyalami suaminya. Ia menceritakan tangisan Siti tadi siang. Eka merasa sedikit bersalah. Nur lah yang menenangkan pula.
“Sudahlah Mas, ga usah disesali. Lagi pula sudah kodrat kami sebagai istri mas menerima hubungan intim dengan Mas. Jaga dan tuntun kami ke hal yang makin baik ya Mas.” Ucap Nur
Di dalam kamar, Siti sudah lebih segar walau rasa perih di kelaminnya masih terasa. Eka pun masuk begitu saja.
“Siti, masih sakit?”
“Masih Mas. Jangan dulu ya Mas malam ini.” Pinta Siti yang ketakutan jika malam ini akan disetubuhi suaminya lagi.
Eka pun kebingungan. Ia mencernanya hingga 10 detik.
“Oh..., tenanglah aku tak akan melakukannya malam ini. Nanti saja ketika kamu sudah siap lagi.”
Eka pun mengeluarkan krim penghilang bulu dari tasnya.
“Siti, tapi izinkan aku melihat vaginamu ya. Izinkan pula aku mencukur bulu di kemaluanmu agar mempercepat penyembuhan.”
Siti pun mengangguk dan langsung mengangkang. Siti masih pakai popok perekat sore ini. Begitu terpampang bulu jembut istrinya itu langsung saja dioleskan krim penghilang bulu. Siti merasa geli.
“Siti, kamu mau mengoleskannya juga di milikku?” tawar Eka agar Siti juga melakukan yang sama. Siti pun tak menolak tawaran itu. Eka pun segera menanggalkan celananya dan bagian bawahnya pun sudah telanjang. Penis miliknya terpampang di hadapan Siti.
Siti pun perlahan mengoleskan dan meratakan krim itu. Mereka sama-sama telanjang di bagian bawah sekitar sepuluh menit. Usai itu, mereka pun saling membilas kelamin mereka. Hasilnya kelamin Siti tampak lebih mulus dan menggoda bagai punya Laela. Dan miliki Eka makin tampak panjang dan tegar.
ns 15.158.61.13da2