Tanggung jawab katanya? Kata-kata yang masuk ke dalam daftar * Kata yang paling tidak ingin kudengar * akhirnya datang juga.
Lagipula tanggung jawab apanya? Ya aku memang asal masuk saja sih tapi.... Segitunya kah?
Apa akan ada polisi yang menjemputku sebentar lagi?
Masa mudaku benar-benar berakhir.
Tapi perasaan apa ini? Begitu dia menarikku. Hatiku memasang kuda-kuda kokoh. Seakan berkata
Jangan Tinggalkan Dia?
Apa-apaan dia ini, apakah kau ini kucing? Jikau kau adalah kucing aku bisa memakluminya. Dia adalah makhluk teratas dalam * Makhluk yang tidak bisa aku tinggalkan *.
Tapi kau ini bukan kucing, melainkan hantu. Mana ada hantu yang imut di dunia ini? Semua hantu maupun jenis astral lainnya yang aku tahu, tidak ada yang imut.
Mereka semua menakutkan.
"Apa yang dapat aku pertanggung jawabkan untukmu? Emmm sesajen atau dupa?"
"Bukan.... Aku tidak butuh semua itu!!!"
"Lalu apa?" Sembari memutar badannya
Saat aku memutar badan, mata kita bertemu. Walaupun hanya sekilas aku dapat melihat matanya yang berkaca-kaca.
Itu hilang dengan poninya yang menutup wajah.
"Ja"
"Ja???"
"Jadi..."
"Jadilah temanku"
Huh?
Teman katanya? Apakah semua itu anti sosial?. Sampai-sampai ingin berteman denganku? Lagipula kita baru bertemu.
Bahkan bagi diriku saja hanya beberapa orang. Yang pastinya dapat dihitung dengan jari.
Teman bagiku, sesuatu seperti itu memang hal yang mudah. Kau hanya perlu mengikuti dan menjadi berguna untuk mereka.
Sesuatu seperti itu ibarat burung dengan kerbau di buku cerita yang pernah kubaca. Apakah itu disebut pertemanan? atau sesuatu yang sederhana adanya? Apabila memang itu hal yang sederhana. Maka itu pasti adalah KETERGANTUNGAN.
Bagaimana jika suatu saat si burung atau si kerbau menularkan penyakit mereka satu sama lain. Apakah mungkin mereka akan tetap bersama?.
Atau malah akan menyimpan dendam dalam waktu yang lama?
Hal seperti jika kau sudah tidak berguna atau memberikan luka kau akan dibuang. Layakanya villain dari dunia Hero. Semua orang akan membencimu walau hanya dari obrolan mulut. Ember yang terlalu penuh.
Tanpa memperdulikan bagaimana sesungguhnya semua masalah bisa terjadi. Bagaimana keadaanmu, hatimu, sifatmu. Semua ketulusan tidak akan berguna.
Dunia ini paling tergantung pada mata dan telinga. Apakah tulang wajahmu bagus atau bagaimana perkataan orang lain terhadapmu.
Semuanya ditentukan melewati itu. Seperti saingan yang terdiri dari beberapa lapis.
Maka bagian yang paling atas adalah rupamu, dan popularitasmu.
Selalu seperti itu...
Maka jangan kaget jika saatnya air itu meluber keluar. Dirimu akan rata, terhempas dan tenggelam.
Karena mereka hanya mengikuti sebagaimana mestinya. Siapa yang menjadi HEROnya.
Satu hal yang mutlak adalah. JANGAN PERNAH BERLAWANAN DENGAN HERO.
"Untuk apa kau berteman denganku?" Tanyaku
"Selama ini aku selalu sendiri di rumah yang besar. Jadi aku merasa kesepian"
"Kesepian? Bukankah kau dapat menggaet satu atau dua pria tampan bahkan wanita imut dengan isi rumahmu?"
"Ya,itu ada alasannya"
"Apa?"
"Ya ada"
"...."
"Baiklah aku akan pergi" Berbalik menuju pintu
"Ah... Baiklah"
"Lalu?"
"Aku tidak dapat keluar dari sini"
"Hmm?"
"Semenjak aku kecil aku selalu di sini"
"Orang tuamu?"
"Tidak tahu"
"Lalu kenapa kau bisa di sini?"
"Aku tidak tahu sudah kubilang!!!" Mengerutkan dahinya
Ah, ternyata dia kesepian. Itu alasan paling sederhana untuk bergantung kepada yang lain.
Jika nanti dia mendapat yang baru dan lebih baik kualitasnya. Maka dia akan membuang yang sudah berkarat.
Tapi, ada yang aneh. Mana mungkin dia tidak punya siapapun sedari kecil?.
Apakah semua hantu akan kehilangan ingatan mereka?.
Apakah itu sebabnya banyak arwah penasaran dan mengganggu orang lain?.
Tapi mata yang ku tatap itu.
Aku tahu mata apa itu.
Mata yang sama dengan mataku.
Baiklah, sesekali akan kubiarkan pintu otakku terbuka untuk dimasuki orang asing.
Aku sudah siap mengusirnya jika gelagatnya membuatku tak nyaman.
Menendang bokongnya atau menyeretnya keluar dengan paksa.
Lalu menutup pintunya kembali.
"Baiklah" Sembari menunduk
"A, apa?"
"Aku bilang baiklah. Apa telingamu itu hanya pajangan?"
Seakan tak percaya dengan apa yang telah dia dengar. Gadis hantu itu meneteskan air mata. Air mata yang sangat deras. Mungkin jika diibaratkan air hujan, itu akan membuat satu kota terendam air dalam waktu beberapa jam.
"Terima kasih"
Dua kata yang dikemas dalam satu kalimat itu benar-benar menerbangkan Raif. Itu adalah kejadian yang belum pernah ia lihat sepanjang hidupnya. Perasaan itu...
Perasaan saat makhluk lain tersenyum kepadanya.
Perasaan yang tidak akan pernah bisa ia lupakan sampai habis masa hidupnya.
"Baiklah-baiklah lalu sekarang apa"
"Ummm itu...." Dengan bingung
"Besok datanglah lagi, aku akan menyambutmu dengan berbeda dari hari ini"
"Ba, baiklah aku akan kemari lagi besok"
"Janji?"
"Sangat janji"
Begitu saha aku meninggalkan rumah itu. Sampai seratus langkahpun binar matanya terus menguntai di rajutan ingatanku. Dia sangat naif, dipikirnya janji itu sesuatu yang penting?.
Bahkan mudah saja bagiku untuk mengkhianatinya.
Lebih tepatnya aku tidak pernah percaya pada apapun tanpa ada hitam diatas putih.
Untuk sekarang aku akan pulang dan lanjut belajar.
Lagipula aku sudah lelah menjadi orang bodoh.
Menjadi orang bodoh itu melelahkan....
Atau lebih tepatnya Orang Malas?
Ya, kupikir orang malas lebih cocok ketimbang orang bodoh.
....... ........ ........
Yaaa apa yang dipikirkan oleh Raif itu memang benar. Dia itu adalah orang bodoh.
Tidakk!!!
Lebih tepatnya mereka
Bahkan mereka belum berkenalan satu sama lain.
Sungguh bodoh.
Terimakasih bagi kalian yang sanggup membaca cerita ini :---). Author sangat terharu. Ini cerita pertama Author. Author akan lebih baik lagi kedepannya. Mohon dukungan semuanya. :)
ns 15.158.61.54da2