Desa Cipogoh
Kantor Desa (Prolog)
“Huhhh ... gue harus nyelesain beberapa kerjaan lagi,” ucap seorang pria sambil menghela nafas dari merapikan file-file yang ada di atas mejanya.
Tiba-tiba seorang pria tua datang dan menepuk pundak pria yang sedang duduk di depan meja komputernya dan berkata, “Kerjaan di desa kita memang banyak Ren karena kurangnya SDM di desa ini.”
“Pak—” Rendi mencoba berdiri, namun di tahan oleh pria tua itu.
“Kalau udah selesai dengan kerjaan kamu, temenin istrimu, Ren. Kasihan di rumah sendirian,” ucap pria tua itu memotong ucapan Rendi.
“Iya, Pak Aryo. Saya juga mau cepet-cepet pulang. Kasihan Yuli sendirian di rumah. Sepertinya juga istri saya belum begitu terbiasa tinggal di desa ini,” timpal Rendi dengan tersenyum sopan.
“Tapi saya denger-denger istri kamu sudah mulai berbaur dengan masyarakat desa sini meskipun kamu dan keluarga kamu masih baru tinggal di desa ini,” ucap Pak Aryo yang merupakan kepala desa dari Desa Cipogoh.
Rendi tertawa senang mendengar ucapan Pak Aryo. Ketika pria itu memutuskan pindah dari kota ke desa, banyak pertimbangan yang dipikirkannya. Dari pendidikan anaknya, istrinya yang mungkin tidak terbiasa dengan lingkungan pedesaan, dan kendala-kendala lainnya yang menjadi pertimbangan pria itu. Namun pada akhirnya keluarga kecil Rendi mencoba untuk tinggal di Desa Cipogoh karena suatu alasan lainnya.
*******
Rumah (Prolog)
SLURP ... SLURP ... SLURP....
“Ahhh ... ahhh ... ahhh ... Pak. Ougrhhh ... sudah! Shhh ... owhhh ... uwhhh ... berhenti, stop! Ugrhhh....”
Seorang wanita cantik dalam posisi menungging berdiri dengan bagian tubuh atasnya itu membungkuk mendesah di sela-sela batang kontol yang berada di dalam mulut manisnya. Lobang memeknya juga sedang dihantam benda keras hingga membuat tubuh wanita berambut panjang itu ikut terentak-entak ke depan.
PLOK ... PLOK ... PLOK....
“Hehehe ... si Lonte ngulumnya tambah jago aja.”
“Sepertinya ini Lonte mulai suka dengan batang kontol.”
Para pria yang sudah dalam keadaan bertelanjang dan memperlihatkan perut buncit mereka mengomentari wanita yang sudah mereka entot sejak tadi. Beberapa pria di sana duduk sambil merokok dan minum minuman beralkohol, menunggu gilirannya agar dapat menancapkan batang kontol mereka di dalam lobang kenikmatan milik wanita cantik itu.
“Kenapa kamu malu-malu, Yuli? Gak perlu kamu sembunyiin lagi! Semua orang di sini sudah tahu dari cara kamu ngulum kontol, kalau kamu itu seorang Lonte sekarang,” ucap pria yang batang kontolnya sedang di kulum oleh Yuli.
Yuli menatap sayu pria berperut buncit dan mempunyai kumis tipis di wajahnya. Dari tubuh wanita cantik itu sudah keluar banyaknya peluh karena hasil pergulatan batang kontol di lobang memeknya sejak tadi.
SLURP ... SLURP ... SLURP....
“Coba gue lihat toket Lonte ini,” ucap salah satu pria yang ada di sana sambil mengambil posisi tepat di bawah payudara Yuli yang menggantung indah.
“Kenapa? Lonte pengen banget kontol lagi, ya?” tanya pria yang dikulum batang kontolnya oleh Yuli sambil tersenyum menyeringai.
Yuli menatap sayu batang kontol yang ada di depan matanya. Wanita cantik itu terpikirkan bagaimana awal mula semua ini terjadi padanya. Nafsu birahinya menjadi menggebu-gebu sejak menjadi wanita lonte pria itu.
Sejak hari di mana lobang memek Yuli menerima batang kontol pria itu, wanita cantik berambut panjang itu sudah tahu bagaimana akhir dirinya. Hari-harinya dipenuhi dengan hasrat sex yang tidak dapat dia kendalikan.
*******
Desa Cipogoh
Rendi dan Yuli adalah sepasang suami istri yang sudah menikah selama 12 tahun dan mempunyai seorang anak berumur 9 tahun bernama Dimas. Mereka memutuskan pindah tempat tinggal dari kota ke desa karena diundang oleh Kakak Rendi yang bernama Maya
Maya mengajak adiknya itu untuk tinggal di Desa Cipogoh karena dia sendiri telah beberapa tahun tinggal di desa yang terkenal dengan pertaniannya itu. Wanita berambut pendek itu menceritakan setiap pengalamannya tinggal di Desa Cipogoh. Hingga akhirnya Rendi yang tertarik mendengar cerita dari kakaknya pindah ke desa tersebut.
“Rumahnya memang cukup jadul. Tapi pasti kamu nyaman tinggal di sini, Ren,” ucap Maya yang berada di belakang Rendi.
“Mbak Maya, makasih, ya,” ucap Yuli dengan senyum manisnya.
“Hahaha ... sama-sama Yuli. Di sini semua warganya gotong-royong. Jadi kalau kamu butuh apa-apa, tinggal bilang aja. Nanti pasti dibantuin,” timpal Maya dengan memegang tangan adik iparnya.
“Terima kasih Pak Aryo karena sudah menyambut keluarga kecil saya,” ucap Rendi dengan sopan.
“Hehehe ... selamat datang di Desa Cipogoh, Pak Rendi. Semoga kalian betah tinggal di sini, ya,” timpal Pak Aryo dengan senyum kecil di wajahnya.
Para warga Desa Cipogoh menyambut hangat kedatangan keluarga baru mereka. Mereka tersenyum sambil berbasa-basi pada Rendi dan Yuli. Mereka bertanya tentang hal-hal kecil tentang kehidupan di kota dan hal-hal lainnya.
Rendi dan Yuli tentu saja dengan tangan terbuka meladeni setiap orang yang mengajak mengobrol dengan mereka. Sampai tidak pasangan itu ketahui kalau ada beberapa pasang mata yang sudah melihat mereka dengan senyum jahatnya.
“Semoga adik kamu suka tinggal di sini, Maya,” ucap Pak Aryo dengan memeluk pinggang wanita berambut pendek itu.
“Hehehe ... semoga saja, Pak,” timpal Maya dengan raut wajahnya yang sudah memerah sambil melihat adiknya dari kejauhan yang sedang mengobrol dengan warga Desa Cipogoh.
*******
Balai Desa (Malam Hari)
Para warga Desa Cipogoh sibuk merayakan kedatangan Rendi dan Yuli karena menjadi keluarga baru mereka. Makanan dan minuman ditepar begitu saja di atas meja makan yang berbentuk panjang. Tak pria dan tak juga wanita tertawa senang dengan senyum merekah di wajah mereka karena merasakan suasana di balai desa tersebut yang begitu meriah. Bahkan anak kecil yang seumuran dengan Dimas sibuk menanyakan ini itu tentang kehidupan perkotaan kepada anak Rendi dan Yuli itu.
“Hahaha ... sudah lama kita tidak kumpul-kumpul kayak gini,” ucap salah satu warga Desa Cipogoh kemudian menegak minuman yang dipegangnya.
“Iya, iya, iya. Untungnya tadi sempat dibersihkan dulu balai desanya. Kalau gak pasti masih penuh debu semua,” timpal seorang pria dengan wajahnya sudah memerah karena sedikit mabuk.
“Rendi dan Yuli kalau ada apa-apa atau perlu bantuan bilang saja ke Pak Aryo. Pasti nanti dibantuin dengan warga desa sini.”
“Terima kasih, Pak. Pasti nanti saya akan bilang kalau ada kesulitan yang saya tidak bisa ngelakuinnya,” jawab Rendi dengan menggaruk belakang kepalanya dengan tangan kanannya.
“Gak perlu khawatir, Rendi-Yuli. Di Desa Cipogoh semuanya sudah seperti keluarga. Semua orang yang ada di sini ataupun yang tidak bisa datang ke sini sekarang adalah suami-istri. Kita semua satu keluarga,” ucap Pak Aryo dengan senyum kecil di wajahnya yang penuh arti.
Rendi dan Yuli terdiam sejenak mendengar ucapan Pak Aryo. Kalimat terakhirnya itu sangat ambigu dan membuat mereka berpikir.
“Ohhh ... ya, Mbak Maya. Apa Mbak sudah punya pacar?” tanya Rendi yang melihat kakak perempuannya ada di depannya dengan tampang polos.
“Mbak gak ada pacar, Rendi. Bukannya kamu sudah denger dari Pak Aryo kalau warga Desa Cipogoh itu satu keluarga,” jawab Maya dengan melirik ke arah Pak Aryo.
“Hehehe ... aku kira Mbak udah punya pacar atau pasangan. Soalnya lama gak denger kabar Mbak, tiba-tiba diajak tinggal di desa ini,” timpal Rendi yang sudah mulai sedikit mabuk.
“Bukannya Mbak gak mau cari pasangan, Rendi. Tapi kalau masalah itu ... hmm ... Mbak banyak pilihan,” ucap Maya tersenyum penuh arti sambil menyapu pandangannya pada para pria yang ada di ruangan balai desa tersebut.
Suasana di Balai Desa Cipogoh semakin malam malah menjadi semakin meriah. Minuman alkohol lokal yang terbuat dari fermentasi itu membuat mereka yang meminumnya menjadi cepat mabuk. Ditambah lagi dengan iringan musik dangdut yang ada di ruangan itu, membuat para warga Desa Cipogoh yang ada di sana semakin bersenang-senang.
“Yuli ini diminum lagi,” ucap seorang pria sambil menuangkan minuman alkohol di gelas istri Rendi.
“Makasih, Pak. Tapi ini minumannya beda sama yang biasa saya minum,” timpal Yuli dengan raut wajahnya sudah memerah seperti Maya. “Minumannya buat badan makin panas,” lanjut Yuli sambil melihat gelas yang ada di tangannya.
“Kamu suka, Yuli?”
“Suka, Pak.”
“Kalau begitu kita nikmatin malam ini sampai pagi.”
HAHAHA....
Para warga Desa Cipogoh itu terus berpesta meriah dengan makanan, minuman, dan iringan musik dangdut. Sampai akhirnya Rendi yang tidak kuat dan mabuk tumbang tidak sadarkan diri di balai desa tersebut.
“Ren, Rendi. Ayo pulang,” ucap Yuli sambil menggoyangkan tubuh suaminya dan pandangannya mulai kliyengan.
“Hehehe ... sepertinya Mas Rendi udah gak sadar, Yuli. Kamu pindah aja ke kamar itu,” ucap Pak Aryo sambil menunjuk kamar tidak jauh dari ruangan pesta tersebut.
Yuli sudah merasakan hal aneh di tubuhnya sejak meminum minuman alkohol yang diberikan padanya itu. Dia sempat ingin menolak meneruskan pesta tersebut dan berniat pulang bersama Rendi dan Dimas. Tetapi perasaan tidak enaknya kepada warga Desa Cipogoh karena sudah menyambutnya dengan begitu meriah, akhirnya Yuli memilih untuk lebih lama tinggal di balai desa tersebut.
Badan Yuli juga sekarang terasa sangat panas, lebih panas daripada sebelumnya. Sejak tadi dia sudah menggerakkan tubuhnya ke sana ke mari seperti tidak nyaman sekali dengan pakaian yang dipakainya.
“Kamu gpp, Yuli?” tanya Pak Aryo yang tiba-tiba berada di belakang tubuh istri Rendi sambil memegang pundaknya.
“AAAHHHHHHH ... MAAF,” teriak Yuli seperti mendesah yang kaget karena badannya itu menjadi sangat sensitif.
“Hehehe ... gpp, Yuli. Kamu bawa aja suami dan anak kamu ke ruangan itu. Di sana sudah ada kasurnya, kok,” timpal Pak Aryo tersenyum menyeringai.
Yuli merasakan hal aneh dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Tetapi dia tidak tahu apa itu. Ketika dia menyapu sekelilingnya untuk mencari keberadaan kakak iparnya, tetapi Maya tidak berada di ruangan itu.
“Apa Mbak Maya sudah pulang, ya?” tanya Yuli dalam hatinya.
Bersambung....
Bagi kalian yang menyukai cerita karya tulisanku, bisa mendukungku agar tetap semangat dalam menulis dan berkarya dengan cara memberikan love pada ceritaku serta mem-follow akun penanaku. :)
Apabila kalian sudah tidak sabar untuk membaca kelanjutan ceritanya, kalian bisa membacanya langsung di Karyakarsa milik aku.
ns 15.158.61.48da2