Bunga Desa
Rumah (Pagi Hari)
Yuli sedang menjadi ibu rumah tangga yang baik untuk suami dan anaknya. Wanita cantik itu tengah sibuk membersihkan rumahnya yang beberapa hari lalu baru ditempatinya. Saat dia sedang menyapu halaman depan rumahnya, tiba-tiba saja datang seseorang yang menyapanya.
“Yuli, lagi sibuk, ya?” tanya Maya yang hari itu terlihat sangat lah menakjubkan.
Maya saat itu menggunakan kaos ketat berwarna putih hingga bra berwarna merahnya terlihat dengan jelas. Kakak ipar Yuli itu juga hanya mengenakan celana pendek yang super ketat sampai pantat semoknya mengecap dengan jelas.
Yuli terdiam sejenak melihat Maya yang berpenampilan seperti itu. Ingatannya kembali teringat tentang kejadian beberapa hari lalu di balai desa yang terjadi pada dirinya dan juga kakak iparnya itu.
“Gak kok, Mbak. Ini sebentar lagi selesai,” jawab Yuli tersenyum ramah.
“Ohhh ... kalau gitu kamu mau bantuin aku bersihin balai desa, gak? Di sana lagi kekurangan orang untuk bantu-bantu.”
“Bisa, Mbak. Tapi aku beres-beres sebentar lagi, ya. Tinggal dikit lagi, kok. Sudah selesai aku langsung ke sana.”
“Gpp, Yuli. Aku tunggu aja. Gak perlu buru-buru, kok.”
Selesai dari pekerjaannya, Yuli mengikuti Maya dengan berjalan di belakang kakak iparnya itu. Saat menuju balai desa tempat pesta kedatangannya beberapa hari yang lalu, lagi-lagi Yuli teringat bagaimana tubuhnya itu dipeluk oleh seorang pria dengan sangat lembut dan sampai melakukan hubungan sex yang begitu liar.
Cumbuan, hubungan intim, dan bahkan ketika klimaksnya itu dia dapatkan masih terbayang jelas di ingatannya. Tetapi Yuli sama sekali tidak tahu siapa pria itu. Dia meyakini kalau orang yang berhubungan badan dengannya malam itu adalah suaminya sendiri. Namun masih ada keraguan di hati wanita cantik itu dan dia belum yakin sepenuhnya.
“Yuli, kamu suka anak kecil?” tanya Maya tiba-tiba menengok ke belakang dan melihat Yuli dengan tatapan penuh arti.
“Ehhh ... iya?” Yuli kaget dan bingung dengan maksud pertanyaan kakak iparnya itu.
“Anak, apa kamu mau kasih adek lagi buat, Dimas?” Maya kembali bertanya pada Yuli. Namun pipi wanita berambut pendek itu memerah seperti sedang memikirkan sesuatu.
Yuli terdiam sejenak sebelum menjawab pertanyaan Maya, “Ya, aku juga pengen kasih adek buat Dimas, Mbak. Tapi banyak hal yang harus dipikirin dan masih banyak alasan lainnya. Mungkin ketika nanti ada waktu yang tepat, aku dengan Rendi masih pengen punya anak.”
“Hehehe ... anak-anak Desa Cipogoh adalah harta karun di desa ini. Jadi kamu gak perlu takut tentang hal makanan, pendidikan, dan lainnya. Semua orang di desa ini pasti bantu sama lain, kok.”
“Beneran, Mbak?” tanya Yuli yang memperlihatkan ketertarikannya dari ucapan Maya.
Yuli dan Maya berjalan bersama-sama sampai mereka berada di depan balai Desa Cipogoh. Saat itu kakak perempuan Rendi itu masih berada di depan Maya. Dia melihat adik iparnya itu dengan ekspresi yang begitu nakal.
“Ya! Sejujurnya bukan hal yang mudah Yuli karena di desa ini kekurangan perempuan. Tapi meskipun kamu melahirkan nanti, pasti semua warga di desa ini akan bantu kamu. Selama kamu mau nerimanya, tidak akan ada hal yang buat kamu kesusahan di Desa Cipogoh,” ucap Maya yang sudah di kelilingi oleh para pria yang tinggal di Desa Cipogoh.
“Ehhh ... Mbak?” Yuli bingung karena suasana di balai desa tersebut sangat lah aneh. Apalagi ditambah dengan Maya yang sudah dikelilingi oleh para pria dan tidak ada satu pun perempuan di balai desa tersebut.
*******
Desa Cipogoh
Di lain tempat, Dimas sedang belajar bersama anak-anak seusianya. Tetapi salah satu dari teman sekolah Dimas itu ada yang bertanya apakah ibu Dimas terlihat sangat lah sexy atau tidak.
Dimas bingung dengan pertanyaan teman-temannya itu. Tetapi anak dari Rendi dan Yuli itu menjawab tidak dan ibunya hanya lah ibu rumah tangga biasa.
Di lain tempat juga Rendi bersama Pak Aryo dan beberapa perangkat Desa Cipogoh memasuki ruangan yang dipenuhi dengan file-file yang menumpuk.
“Wow, banyak banget berkasnya, Pak Aryo?” tanya Rendi yang melihat tumpukan kertas di depan matanya.
“Ya begitu lah, Ren. Banyak berkas yang harus diberesin. Hahaha....” Pak Aryo tertawa sambil menepuk-nepuk pundak Rendi.
“Ahhh ... butuh waktu berapa lama saya harus beresin ini semua,” ucap Rendi pada diri sendiri dengan menghela nafas.
“Yah, kamu gak harus selesain sekarang, kok. Tapi kalau bisa ini berkas secepatnya udah diberesin semua,” ucap salah satu perangkat Desa Cipogoh yang berdiri di samping Pak Aryo.
“Kamu sepertinya harus sampai sore di ruangan ini deh, Ren. Hitung-hitung sebagai ritual pendatang baru di Desa Cipogoh,” ucap Pak Aryo dengan senyum misteriusnya.
*******
Balai Desa
SLURP ... SLURP ... SLURP....
“Aaaaaaa ... jangan! Tolong lepasin aku! Aaaaaaa ... Lepasin, lepasin, lepasin! Jangan dipegang! Tolong ... aaaaaaa....” Yuli berteriak dengan pakaiannya itu sudah setengah terbuka. Bra berwarna hitam yang dipakainya dengan pola bunga itu sudah terlihat dan payudara wanita cantik itu sedang diremas-remas oleh kedua pria yang sedang mengapitnya.
“Hehehe ... kamu kelihatan sexy banget, Yuli,” ucap Pak Aryo dengan berdiri di depan Yuli yang sudah setengah telanjang.
“P-a-ak-k Aryo ... tolong saya, Pak!” teriak Yuli berharap pria itu menolongnya.
Pak Aryo hanya diam saja dan mengidahkan ucapan Yuli. Beberapa saat kemudian Maya datang dan langsung memeluk pria tua itu dengan manjanya.
“Mbak Maya, tolong saya, Mbak!”
“Gak perlu takut, Yul. Ini semua untuk kepentingan Desa Cipogoh. Nikmatin aja, pasti kamu juga akan suka dengan semuanya, kok.”
“Mbak, kenapa? Mbak Maya, TOLONG!”
SLURP ... SLURP ... SLURP....
Tubuh Yuli yang diapit oleh dua pria itu dipermainkan dengan payudara besarnya diremas-remas. Mereka juga menjilati seluruh bagian tubuh wanita cantik itu sehingga menjadi lengket penuh cairan. Celana istri Rendi itu sudah melorot hingga ke pahanya sampai dengan mudah kedua tangan pria itu merogoh lobang memek Yuli yang sudah mulai basah.
“Gue suka banget sama toket besar Yuli ini. Udah pas dari lihat ini Lonte gue pengen ngemut tetek besarnya,” ucap salah satu pria yang mengapit Yuli dengan sudah tidak memakai apa pun lagi di tubuhnya.
“AGRHHH ... RENDI, TOLONG! SAYANG! AKU GAK MAU, AKU GAK MAU! LEPASIN AKU! TOLONG!” teriak Yuli sambil mencoba melepaskan cengkeraman kedua pria itu di tubuhnya.
Maya melepaskan satu persatu pakaiannya hingga yang tersisa di tubuhnya itu hanya lah lingrie berwarna hitam yang sangat sexy. Wanita berambut pendek itu kemudian berjongkok sambil di sekelilingnya itu terdapat beberapa batang kontol yang bisa dihisapnya kapan saja.
“Hehehe ... awalnya aku sama seperti kamu, Yul. Teriak minta tolong dan tidak mau hal itu terjadi. Tapi semuanya akan baik-baik aja, kok. Sebentar lagi kamu akan menjadi candu dengan batang-batang kontol perkasa pria ini,” ucap Maya dengan melihat Yuli yang sedang dijamah tubuhnya oleh dua orang pria sambil memegang batang kontol yang ada di kiri dan kanan wajahnya.
Yuli benar-benar tidak tahu apa yang terjadi sekarang. Pikirannya tiba-tiba menjadi kosong dan kejadian malam itu teringat kembali saat melihat kakak iparnya begitu menikmati batang-batang kontol besar itu.
SLURP ... SLURP ... SLURP....
“Sini kontolnya! Siniin kontol kalian!” ucap Maya yang mulai menjilati batang kontol yang dipegangnya.
PLAK ... PLAK ... PLAK....
“Sini, May. Pantat kamu hadep kontol aku sini!” perintah salah satu pria yang mengelilingi Maya sambil menampar-nampar pantat semok wanita cantik itu. “Gue entot memek Lonte ini. Gue buat lo teriak sampe mohon-mohon untuk dientot!” sambungnya sambil meremas-remas bongkahan pantat sexy kakak Rendi.
“Ahhh ... entot Maya cepet! Owhhh ... buat Maya gila dengan kontol kalian. Ahhh ... ahhh ... ahhh ... buat Maya Lonte nangis, cepet! Ugrhhh....” Maya menungging dengan batang kontol pria itu berada tepat di depan liang kewanitaannya. Beberapa saat kemudian dia berteriak keras dengan desahan yang begitu sexy karena batang kontol itu langsung bersarang seluruhnya di dalam lobang memeknya. “AGRHHH ... NGENTOT! KONTOL! KONTOLNYA ENAK BANGET. UGRHHH....”
Bersambung....
Bagi kalian yang menyukai cerita karya tulisanku, bisa mendukungku agar tetap semangat dalam menulis dan berkarya dengan cara memberikan love pada ceritaku serta mem-follow akun penanaku. :)
Apabila kalian sudah tidak sabar untuk membaca kelanjutan ceritanya, kalian bisa membacanya langsung di Karyakarsa milik aku.
ns 15.158.61.54da2