Suasana terlihat begitu ramai di sebuah rumah makan, puluhan orang asyik bercengkrama bersama kolega, sahabat, maupun pasangan sambil menyantap hidangan yang telah disajikan di atas meja. Riuh suara pengunjung berbanding lurus dengan kesibukan para pekerja rumah makan, ada yang sibuk menyelesaikan order masakan, ada yang sibuk melayani pengunjung yang baru saja datang, ada juga yang sibuk melayani pembeli yang hendak melakukan pembayaran di depan meja kasir. 13678Please respect copyright.PENANAN5dc7Q997j
Ayu Hapsari, 22 tahun, terlihat hilir mudik menyajikan makanan yang telah selesai di masak oleh sang juru masak kepada para pengunjung. Langkah gadis itu terlihat gesit, lelah yang dia rasakan tidak terlihat pada raut wajahnya meskipun sudah sejak pagi hari dia mulai bekerja. Beberapa kali Ayu terlihat mengelap keringat yang menempel di keningnya, senyum seolah tak pernah lepas dari bibirnya, Disamping itu yang diharuskan oleh sang majikan pada Ayu saat melakukan pekerjaan tapi juga karena Ayu begitu murah mengumbar senyumnya.
"Yu, coba Kamu lihat meja nomor 21, sepertinya mereka sudah akan pergi." Perintah Mbak Sinta , wanita paruh baya berusia 32 tahun kepada Ayu.
"Baik Mbak." Jawab Ayu sambil bergegas menuju meja nomor 21, sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Mbak Sinta, keponakan sang pemilik rumah makan yang bertugas sebagai manajer.
Sementara itu di dapur, seorang pria berusia 33 tahun sibuk memberi perintah kepada beberapa pekerja dapur yang menyelesaikan orderan masakan, sesekalai terdengar dia berteriak saat ada yang kurang tepat dengan apa yang dilakukan oleh pekerja dapur, tatapan matanya tajam seolah siap menerkam siapa saja. Pak Baroto, merupakan juru masak yang juga adalah suami dari Mbak Sinta. Setelah melalang buana di seantero Asia sebagai juru masak di berbagai macam hotel mewah, Pak Baroto akhirnya bersedia pulang ke Indonesia untuk mengurusi rumah makan yang dikelola oleh istrinya. 13678Please respect copyright.PENANAnbUfiSYWxp
Tugas Pak Baroto sedikit lebih ringan karena rumah makan tersebut sudah memiliki beberapa koki handal, dia hanya ikut memasak jika ada pelanggan khusus atau saat pengunjung membludak di akhir pekan, selain situasi itu Pak Baroto hanya bertugas mengawasi sekaligus memberikan instruksi kepada para koki dan pekerja dapur. Pengalaman dan kualitas Pak Baroto sebagai seorang juru masak handal cukup untuk membuat para pekerja lain "takut" saat menghadapi tatapan tajam Pak Baroto.
Rumah makan "The East" adalah rumah makan modern yang didirikan oleh Anwar Hambali, seorang pria tua, yang terkenal karena kekayaannya. Meskipun baru berdiri kurang dari satu tahun tapi The East sudah berhasil menggaet ratusan pengunjung setiap minggunya. Variasi masakan yang beragam, ditambah rasa masakan yang cocok untuk semua lidah, apalagi lokasi strategis rumah makan yang berada tepat di jantung pusat kota cukup membuat The East melejit dalam waktu singkat menggeser pamor rumah makan lain.
Anwar Hambali memang terkenal sebagai seorang pengusaha handal, mental usahanya ditempa sejak kecil. Lahir dari sebuah keluarga yang jauh dari kata berkecukupan membuat Anwar terasah mentalnya dalam berusaha meniti kesuksesan. Insting bisnisnya seperti terasah di jalanan, dia bisa menakar bisnis apa yang menguntungkan dan bisnis apa yang tidak menjanjikan hanya dari pengamatannya saja. Mungkin ini sebuah anugerah, tapi mungkin juga sebagai kutukan karena insting bisnis wahid ini juga diaplikasikana Anwar dalam hidup. 13678Please respect copyright.PENANAnes42dzsPe
Usianya sudah hampir 65 tahun, tapi orang tua itu masih betah melajang. Sepanjang hidup yang dia pikirkan adalah hanya masalah uang, seolah uang adalah segalanya. Baginya apapun di dunia ini bisa dilabeli dengan urutan angka-angka, termasuk soal harga diri dan cinta. Maka tak heran jika saat ini Anwar mulai kebingungan mewariskan kerajaan bisnisnya kepada siapa, seorang pria tua lajang tanpa pendamping hidup dan keturunan.
Beruntung ada Sinta, satu-satunya keponakan Anwar Hambali, dia adalah putri tunggal Rohati Hambali, adik kandungnya. Di pundak Sinta lah kini Anwar mulai mencoba memasrahkan bisnis-bisnisnya, selain bisnis restoran, Anwar juga mulai memberikan penugasan kepada Sinta untuk mengusrusi bisnis apartement, retail, dan ekspedisi. Sinta tidak bisa menolak keinginan sang Paman, karena sepanjang hidupnya seluruh kebutuhan hidup dia bersama sang Ibu dibiayai oleh sang Paman. 13678Please respect copyright.PENANAtNyVgNKtwO
Balas jasa yang tidak bisa dia tolak, beruntung sang suami, Baroto Adriyan, bisa memahami situasi ini. Meskipun wataknya keras dan kaku tapi Baroto mengijinkan istrinya untuk membantu mengurusi bisnis sang Paman, bahkan akhirnya dia juga ikut masuk dalam bisnis tersebut, kembali pulang ke Indonesia dan menolak jabatan sebagai manajer restoran mewah di Las Vegas.
*****
"Pastikan semuanya bersih ! Saya tidak ingin melihat ada bekas noda minyak, bumbu, atau apapun itu di atas meja!" Perintah Baroto kepada 4 orang karyawan yang bertugas membersihkan dapur saat rumah makan closing padsa malam hari.
"Baik Chef." Jawab mereka kompak kemudian mulai melaksanakan tugas yang diberikan oleh Baroto.
"Sudah beres Mas?" Tanya Sinta yang baru saja memasuki dapur.
"Tinggal sedikit lagi, ada apa?"
"Nggak ada apa-apa, cuma kangen ini." Ucap Sinta sambil mengelus selangkangan Baroto. Baroto terkejut dan seketika matanya melotot menanggapi godaan istrinya itu.
Sang istri hanya tersenyum nakal seolah mata tajam Baroto tidak menyurutkan hasrat seksualnya untuk segera dipuaskan. Sinta memang memiliki hasrat sex yang menggebu-gebu, dulu saat masih lajang, puluhan pria berhasil dia taklukan tak hanya dalam urusan hati tapi juga dalam urusan ranjang. Baroto lah satu-satunya pria yang bisa "menaklukan" keliarannya di atas ranjang.
"Kau tak lihat Aku masih sibuk di sini?" Protes Baroto pada godaan nakal sang istri.
"Aku cuma butuh 15 menit saja Mas..." Ucap Sinta, kali ini tangannya dengan sengaja meremas kemaluan Baroto dari luar, membuat pria itu kembali menahan nafas. Baroto langsung menyeret keluar sang istri dari area dapur, dia tidak ingin kenakalan sang istri disaksikan oleh para karyawan dapur.
"Saya akan cek 10 menit lagi, pastikan semuanya bersih!" Kata Baroto sambil menyeret Sinta keluar ruangan.
Baroto mengajak sang istri masuk ke dalam kamar mandi karyawan yang terletak di bagian ujung belakang restoran, tempat favorit mereka untuk melepaskan hasrat seksual saat jam-jam kerja. Tak terhitung sudah berapa kali lenguhan dan erangan keduanya terdengar dari dalam kamar mandi itu. Beberapa karyawan sebenarnya sempat memergoki mereka berdua keluar dari dalam kamar mandi bersamaan dengan penampilan kusut, tapi tidak ada satupun karyawan restoran yang berani membicarakan tentang apa yang terjadi di dalam kamar mandi. Ketakutan akan kehilangan pekerjaan membuat mereka mengunci rapat-rapat mulut terhadap tingkah pasutri ini yang tak lain adalah atasan mereka.
"Kau ini selalu saja...." Gerutu Baroto saat sudah berada di dalam kamar mandi bersama Sinta.
"Hihihihi...Salah sendiri kenapa tadi pagi Aku nggak Kamu kasih minum spermamu..." Ucap Sinta mengingatkan suaminya tentang morning sex tadi pagi setelah bangun tidur.
"Ah sudahlah...Ayo buruan, Aku ingin segera pulang setelah ini." Kata Baroto sambil membuka resleting celananya, mengeluarkan penis jumbonya ke hadapan Sinta yag sudah jongkok, bersiap mengulum penis sang suami.
"Aku paling suka kalo Kamu jutek kayak gini Mas...Hihihihi...Emmmhhhhhh....."
Sinta mulai menjulurkan lidahnya, menyapu seluruh permukaan lubang kencing Baroto, kemudian memasukkan seluruh kepala penis sang suami ke dalam mulutnya. Tubuh Baroto mulai menegang, rangsangan mulut Sinta pada batang penisnya perlahan mulai membakar birahi pria gagah tersebut. Kedua tangannya meremas rambut Sinta kemudian menggerakkan kepala istrinya itu maju mundur mengikuti irama pinggulnya yang bergerak, merangsek ke dalam mulut sang istri.
"Aaaaacchhhh....Fuck...! Aaaaacchhh....!" Erang Baroto saat dengan sengaja Sinta menyedot kuat-kuat ujung penisnya.
"Eeemccchhhhh!!!! Aaaaarrrgghhttt!!" Sinta mengerang, matanya melotot saat Baroto memaksa seluruh batang penisnya merangsek ke dalam mulut Sinta, membuat kerongkongan wanita cantik itu tersedak dan hampir mengeluarkan seluruh isi perutnya keluar.
"Haaaaaahhh!! Ayo Mas, masukin." Ucap Sinta sambil berdiri dan menyodorkan pantatnya ke hadapan penis Baroto.
"Pegangan situ Mah." Kata Baroto menunjuk permukaan pintu kamar mandi, tanga Baroto kemudian dengan tangkas melorotkan celana dalam Sinta ke bawah.
PLAAAK!!!
PLAAAAAK!!!
"Auuuww!! Pelan Mas! Sakit tau!" protes Sinta pada Baroto saat sang suami menampar keras pantatnya dari belakang.
Baroto tak menghiraukan protes istrinya, pria itu mengarahkan punggung Sinta agar lebih membungkuk, membuat gumpalan padat pantat Sinta menyembul, menantang birahi Baroto untuk segera dipuaskan.
"Aaaacchhhhg Maaass!!!" Erang Sinta saat penis Baroto mulai menerobos masuk ke dalam vaginanya.
Kasar, keras, dan cepat, begitulah cara Baroto menyetubuhi Sinta setiap hari, sejak dulu saat masih pacaran. Erangan Sinta selalu berhasil mebuat libido pria itu semakin meninggi, menagih untuk bisa dipuaskan. Sinta bukannya enggan untuk bermain kasar, tapi justru itu yang membuat dia tergila-gila kepada Baroto. Untuk pertama kalinya dalam hidup, ada pria yang bisa meladeni kebinalannya dalam urusan sex, bahkan tak hanya sekedar meladeni, tapi Baroto juga berhasil menaklukan hegemoni serta superioritas Sinta dalam urusan sex. Ya, hanya Baroto selama ini yang bisa menaklukan Sinta untuk urusan syahwat.
"Aaaaachhhh..Maaas!!! Aaaacchggghhh...!!!"
Sinta terus mengerang nikmat, sementara Baroto terus menggerakkan pinggulnya maju mundur dengan kecepatan tinggi. Baroto merasakan lubang istrinya semakin basah dan becek, penetrasi cepatnya semakim mudah untuk dilakukan. Baroto semakin mempercepat sodokannya, kedua tangannya meremas pinggul serta pantat sang istri sambil sesekali menamparnya.
"Aaaaacchhhh....Aaaaacchhh...Yah Mas...Habisin Mas!! Habisin!!" Sinta mulai meracau tak karuan, kepalanya ikut bergerak liar mengikuti hentakan pinggul sang suami dari belakang.
"Eewwmmcchhh!! Suka Mah..?? Hmmm...??" Goda Baroto, satu tanganya menjambak rambut Sinta dengan kasar dari belakang, membuat kepala wanita cantik itu mendongak ke atas.
"Aaaachhhh...Iyaah Mas..!! Aku suka kontol Mas...!!! Aaaacchgghhh!! Fuck!!!!" Sinta seperti kesetanan, hantaman penis Baroto dari belakang dengan kecepatan tinggi berhasil membuat wanita cantik itu sebentar lagi akan mendapatkan orgasme.
"Maaass!!! Aakuh mau nyampek!!! Aaaacchhhh Maasss!!!!" Ucap Sinta binal. Baroto hanya tersenyum simpul, untuk kesekian kalinya dia berhasil membuat sang istri kalah untuk urusan sex.
"Mass...Aku mau Kamu keluarin juga pejuhmu...Aaaacchhh!!!" Ucap Sinta, dia ingin merasakan hangatnya semburan sperma sang suami mengingat tadi pagi sang suami mengerjainya dengan tidak mengeluarkan spermanya saat melakukan persetubuhan.
"Hmmm...Mau dikeluarin dimana...? Hmmm..?" Goda Baroto, seolah menggelitik birahi Sinta yang sudah benar-benar terbakar.
"Aaaarghhttt Maasss!! Keluarin pejumu!!! Aaaaacchggtt!! Maaass...Aku keluar...Aaacchhhhggttt!!!"
Erangan Sinta bebarengan dengan reaksi tubuhnya yang mengejang hebat, Sinta mendapatkan orgasmenya. Baroto menghentikan gerakan pinggulnya dia memegangi pinggul sang istri agar tubuhnya tidak jatuh ke lantai kamar mandi. Baroto tau jika saat ini lutut dan kaki Sinta lemas akibat orgasme hebat yang baru saja diterimanya.
"Aaaaahhhh....Aaaahhh....Kamu selalu bisa bikin Aku lemes kayak gini Mas...." Ucap Sinta manja.
"Udahan nih...?" Kata Baroto dengan senyum tersungging di bibirnya.
"Ihhh...Nggak mau!! Keluarin dulu ih peju Kamu Mas! Tadi pagi udah dikerjain, masak sekarang dikerjain lagi sih...?!" Protes Sinta dengan mimik muka cemberut.
"Hehehehe...Iya...Iya...gitu aja ngambek." Kata Baroto sambil melepaskan penisnya dari dalam vagina Sinta.
"Kok dilepas..?" Tanya Sinta.
"Katanya mau minum peju....?" Jawab Baroto santai.
Sinta segera kembali jongkok di bawah tubuh Baroto, tanpa menunggu waktu wanita cantik itu langsung mengulum penis sang suami. Seperti sudah menahan rasa lapar sekian lama, Sinta melahap seluruh batang penis Baroto, menghisap, menjilatinya dengan buas. Baroto begitu menikmati keliaran oral sex yang diberikan oleh sang istri.
"Oooocchhhh...Nakal banget Kamu Mah...Fuck!" Erang Baroto menikmati kuluman Sinta pada batang penisnya.
"Eeeemmcchhh...Aaaahhhhg...Ayo Mas keluarin pejumu..." Goda Sinta sambil sesekali menjilati lubang kencing penis Baroto dengan ujung lidahnya.
"Aaahhhh....Mah...Aaaaahhh..." Baroto mulai merasakan desakan yang memaksa untuk segera dikeluarkan dari dalam penisnya.
"Ayo Mass...Muncratin yang banyak....Aaaaahh...."
"Lepasin Mah...Aaaahh..."
Baroto mengambil alih batang penis dengan tangannya sendiri, sesaat dia kocok batang penisnya yang sudah basah akibat air liur Sinta. Sang istri sudah bersiap menerima semburan sperma, Sinta memposisikan wajahnya tepat di hadapan ujung penis Baroto, mulutnya juga terbuka lebar, siap menampung cairan dari dalam penis sang suami.
"AAAAARRGHHTTT!!! AAAAACHHH!!!!"
CROOOT...!!!
CROOOT!!!
CROOOT!!
"Emmchhhhh Maaass....Aaaachhh...."
"Haaaah....Haaaahh...." Nafas Baroto menderu, lututnya sedikit lemas hingga memaksa tangannya bersandar pada tembok kamar mandi. Di bawah, wajah Sinta sudah belepotan dengan cairan sperma, senyumnya mengembang, akhirnya dia bisa kembali merasakan cairan kental milik sang suami.
"Eeeemmcchhhh...Enak Mas pejumu...." Puji Sinta sambil mengerlingkan mata.
"Haaaahhh...Ayo Mah, kita harus keluar dari sini....Gerah banget." Ucap Baroto sambil mencoba menata nafasnya yang sesekali masih tersenggal akibat ejakulasi barusan.
"Iya Mas...Tapi nanti lanjut lagi di rumah ya..." Kata Sinta manja.
"Hmmm...Yakin masih kuat?" Goda Baroto menanggapi permintaan sang istri.
"Iihhhh Kamu mesti gitu deh Mas..."
"Heeeehee...Udah yuk keluar, anak-anak dapur pasti udah mau pulang nih." Keduanya bergegas merapikan pakaian kemudian keluar dari dalam kamar mandi dan kembali ke dapur.
13678Please respect copyright.PENANAEF1WEiMfIf
BERSAMBUNG
Cerita "ISTRI MUDA" sudah tersedia dalam format PDF FULL version dan bisa kalian dapatkan di
KARYAKARSA13678Please respect copyright.PENANAJBB0BdYxBc
TRAKTEER13678Please respect copyright.PENANASNfWZKnamA