1
Pagi yang cerah untuk ku, ya untuk ku.. Setidaknya ku masih berpikir begitu setelah melalui hari – hari yang suram. XOXO High School, siapa yang tak kenal sekolah itu? Sekolah elit yang mengagumkan sekali... Dipenuhi oleh cowok dan cewek keren, tapi itu tak termasuk dengan ku.
Pagi ini dengan seragam resmi sekolah itu aku memasuki gerbang sekolah dengan perlahan, oh lihatlah mobil – mobil keren itu, berlalu lalang di depanku. Untungnya saat ini tidak musim hujan sehingga kubangan air itu tak menyemprotkan air kepadaku. Aku mengehembuskan nafas dengan gusar, tiap hari harus dilalui dengan seperti ini. Membuatku muak.
Oke inilah kelasku XI.A. Merupakan keberuntungan bagiku karena yang berada di kelas ini juga orang – orang keren. Dan pelajaran yang membosankan dimulai......
Kring Kring Kring...........
Loncengpun berbunyi tanda bel istirahat, leganya hatiku, dengan langkah cepat ku berjalan menuju kantin mengisi perutku yang lapar yang tak diisi sejak semalam. Inilah baru sepenggal kisahku, dan oh aku belum memperkenalkan diriku,, namaku Jung Ji Bin yang sengsara...
**
Ji Bin pun berjalan menuju salah satu meja kosong yang terletak paling belakang. Ia diam dan cemberut, di matanya berkumpul cowok – cowok tampan dan terkenal di seluruh sekolah, mana ada cowok dan cewek jelek di sekolah ini? Gempar dibuatnya.
Ji bin duduk di meja paling pojok dan ujung, ia makan dengan santai dan sendirian. Sesuai dengan pernyataannya tadi, ia memang bukan orang – orang keren serta terkenal, ia pun bisa memasuki sekolah ini karena ia siswa berprestasi dari SMPnya dulu sehingga ia mendapat beasiswa. Tapi untungnya murid – murid disini tidak seperti di drama komersial yang sering ia nonton –kenyataannya jarang- dimana membully dan menyiksa murid seperti Ji Bin. Sungguh ia sangat bersyukur akan hal itu.
Ji Bin mengunyah makanannya pelan dan khidmat tak peduli dengan orang – orang disekitarnya. Pandangannya datar dan tak menunjukan keramah tamahan, di dalam hatinya ia hanya ingin cepat keluar dari sini. Kau tau salah satu alasannya untuk segera enyah? Kau akan tau segera.
Di depan Ji bin dipenuhi oleh cowok – cowok tampan. Awalnya ini adalah sekolah khusus cowok yang kemudian diganti menjadi sekolah campuran.
“Binnie!” panggil seseorang gadis lalu melambaikan tangannya. Disampingnya terdapat cowok tinggi berambut pirang blasteran lalu disusul dua orang lainnya, yang satu pendek tapi manis dan yang satunya lagi tinggi hampir menyamai si rambut pirang.
“ U-uhuk..” Ji Bin tersedak karena suara perempuan itu sangat lengking. Ia pun terbatuk – batuk. Empat orang itupun kini sudah duduk di meja Ji Bin.
“ Yak Lee Soo Rim! Mengapa kau berteriak seperti itu?” Marah Ji bin kepada gadis berambut cepol.
“ Hei, kau jangan memarahi dia. Sudah untung kau disapanya.” Jawab si berambut pirang tenang tapi tajam.
“ Hei kau si tiang listrik Kris, jangan ikut – ikutan ya. Mentang – mentang dia orang yang sangaaaaaaaaaaaaaaaattt spesial bagimu, kau seenaknya bicara seperti itu padaku,” kata Ji Bin tak suka, ia sungguh sangat kesal lelaki tinggi itu berkata pedas padanya.
“ Hei kau jangan seenaknya mengganti nama orang ya!” balas Kris tak suka.
“ Apa? Tak suka? Pergi aja sana!”
“ Apa kau bilang?” Geram Kris tak tahan kepada Ji Bin.
“ Oppa sudahlah..” Kata Soo Rim menenangkan dan mulai risih melihat pertengkaran tak sehat ini.
“ Soo Rim benar Kris kau gampang sekali marah..” Sahut Chanyeol bercanda dan diaangguki oleh Ra In.
“ Baby ~ dia duluan yang mulai..” jawab Kris manja. Efeknya muka Soo Rim memerah seketika. Ji Bin yang melihat adegan seperti itu memutar bolanya malas. Menjijikkan.
“ Ya, ya, ya sudah cukup bermesraannya ya. Aku mau pergi,” kata Ji Bin ketus lalu pergi dari kantin meninggalkan keempat orang itu.
“ Jawab saja kalau kau iri tak punya pacar. Haahahahahahhaha,” ucap Chanyeol tiba – tiba saat Ji Bin udah setengah jalan. Ji Bin sangat geram pada lelaki idiot itu, dia berhenti sejenak.
“ Huhh aku benci mereka!” ucap Ji Bin pelan.
Ji Bin pun segera berjalan secepat yang ia bisa menuju ke kelasnya. Tak menghiraukan sekitarnya sehingga ia melupakan sesuatu yang sangat penting sekarang.
“ Ah, kenapa aku tidak meminta bukuku pada si Park bodoh itu?” rutuk Ji Bin kesal pada dirinya, sungguh kalau mereka tadi tidak mengusik acara makan siang tadi mungkin ia tak akan melupakan hal yang satu ini.
“ Mau tak mau aku harus kembali ke kantin dan meminta bukuku. Kalau tidak demi buku yang sangat penting itu mau dibayar 100 jutapun aku tak mau,” kata Ji Bin lagi, ia membuang napas dengan gusar, dengan langkah terseok – seok ia berjalan kembali ke kantin.
Ji Bin POV
Di Kantin dapat dilihat para manusia itu menikmati makanan mereka sambil disuapi oleh pacar masing – masing. Melihat pemandangan itu entah kenapa membuatku menyesal kembali ke kantin lagi.
Kulangkahkan kakiku secepat mungkin, menuju mejaku tadi, ternyata mereka masih disana, dimana imageku? Hancur sudah karena Park Bodoh itu. Baiklah setidaknya mencegah daripada mengobati.
“ Hei Park, mana bukuku?” tanyaku tak sabaran dan tak sopannya.
“ Buku apa? Kurasa aku tak meminjam apapun darimu..” ucap Chanyeol tanpa beban sama sekali. What The Hello! Berapa IQ yang dimiliki si Park ini? Jelas – jelas ia yang meminjam buku itu sambil berlutut di depanku, okay mungkin terdengar berlebihan but it’s the fact.
“ Apa kau bilang? Jelas-jelas kau yang meminjam buku itu langsung di hadapanku dua hari yang lalu sepulang sekolah di kelasku, apa kau lupa huh Park?” ucapku sarat menahan emosi, jelas-jelas aku marah, mana ada orang yang langsung melupakan hutangnya begitu saja? Ya kecuali orang sinting persis seperti di depanku ini.
“ Tapi aku sudah memberikannya padamu, Jung......” balas Chanyeol tak kalah sengitnya. Kapan ia memberikannya padaku? Astaga mimpi apa aku semalam menghadapi orang seperti dia di hadapanku ini.
“ Jangan bercanda Park..” ucapku lalu membuang nafas dengan pelan dan melanjutkan bicara.” Aku membutuhkan buku itu, jika tidak habislah riwayatku Chanyeol, kumohon seriuslah berikan buku itu padaku...” ucapku mengalah, tak ada cara lain selain memohon karena jika tidak, percuma kau mengucapkan seribu kalimat jika hanya dibalas dengan kalimat ‘Aku sudah mengembalikannya’ berulang kali bahkan aku juga mengucapkan nama ‘Chanyeol’ bukan ‘Park’ seperti biasanya.
Melihat hal itu Soo Rim dan Ra In hanya bisa cengo melihatku sedangkan si Wu kalian taulah apa reaksinya. Bisa kulihat Park Bodoh itu tersenyum kemenangan, aku harus mengalah hari ini tapi tidak lain kali.
“ Okay,, karena kau telah memohon maka akan kuberitahu, bukumu sudah kuberikan pada Cheonsa tadi..” ucap Chanyeol cengengesan tanpa dosa.
1
2
3
“ APA??!! MATI KAU PARK CHANYEOL! TAK AKAN KUMAAFKAN!” Setelah itu hanya ada teriakan para murid – murid di kantin dan bunyi pukulan serta gelas – gelas pecah.
Tak....
“ Haahhh...” Kubuang nafasku dengan gusar dan seenaknya menendang kaleng di depanku, sungguh sial benar nasibku hari ini. Gara – gara Park Bodoh itu aku harus di panggil oleh Kim seosangnim karena aku menghabisi Chanyeol. Bisa kulihat Park itu menyeringai ketika ia bersaksi bahwa ia hanya mengatakan bahwa bukuku sudah dikembalikan tapi aku memukulinya. Hasilnya aku disuruh menyapu taman yang luasnya tak ketulungan itu.
Aku sedang menuju ke halte terdekat, sekarang aku duduk di kursi yang disediakan. Tanpa menunggu lama bus pun datang, aku segera menaikinya. Waktu sudah menunjukan jam enam sore, sudah dua jam aku disana menikmati hukuman yang seharusnya untuk si Park Bodoh itu.
Kalau dipikir-pikir, well mungkin aku sedikit berlebihan karena menghabisi si Park itu hingga mukanya hancur olehku. Tapi siapa yang tak langsung naik darahnya? Seenaknya memberikan bukuku ke orang lain dan orang lain itu tak juga memberitahuku, aku rela menjatuhkan harga diriku yang mahal itu hanya karena sebuah buku.
“ Hei Binnie dari mana saja~?” tanya Soo Rim kepadaku. Saat ini aku berada di pintu apartemen ku. Ya, suatu kebetulan juga apartemen Soo Rim bersebelahan dengan milikku.
“ Hanya menikmati sisa hidupku..” ucapku malas sedikit berlebihan.
“ Hei, jangan bicara begitu, Kim saem tak menghukummu kan?” ucap Soo Rim penasaran.
Aku hanya diam dan menggumamkan ‘aku masuk dulu’ ke Soo Rim dan setelah itu menutup pintu. Sungguh aku tak ingin berbicara dengan siapapun, tulangku terasa remuk dan kakiku terasa mau lumpuh. Sementara Soo Rim hanya mengangkat bahu tanda tak tahu menahu lalu menelpon oppa kesayangannya itu..
Hari ini adalah hari minggu berarti sekolah diliburkan. Saat ini adalah waktu yang tepat untuk membersihkan apartemenku yang sedikit berantakan ini lalu pergi mencari angin sejenak untuk menghilangkan segala beban pikiran.
Pekerjaanku membereskan rumah sudah selesai saatnya untuk pergi mencari udara segar. Aku hanya menggunakan kaos warna krem yang diselimuti jaket dan dicocokkan dengan celanaku yang berwarna coklat tak lupa topi berwarna krem cerah bertengger di kepalaku. Lama-lama aku menjadi monster krem kalau begitu.
Tiba-tiba Chanyeol dan Ra In datang dari arah berlawanan. “Waw, mau kemana kau Jung?” ucap si Park bodoh bersama Ra In.
Ra In yang melihatku berpakaian rapi tak tahan untuk bertanya. “ Ji Bin-ah kau mau kemana?” tanya Ra In langsung. Aku hanya memanyunkan bibirku mengapa setiap aku ingin bersenang – senang selalu saja terhambat?
“ Oh Tidak, aku hanya akan pergi dari sini..” ucapku sambil tersenyum. Park bodoh itu terlihat tak peduli sedangkan Ra In terlihat tidak mengerti dengan ucapanku. “Pergi untuk menghindar dari segala sesuatu yang membuatku sial,” ucapku kemudian sambil melirik Park itu, dapat kulihat Park itu tersinggung dan tak terima..
“ Hei apa kau bi-” Tak selesai protes dari Chanyeol aku segera melesat pergi sebelum ocehan Chanyeol tambah panjang, Ra In yang telah mengertipun hanya terkekeh pelan dan mereka berdua masuk ke apartemen Soo Rim setelah Ra In pamit kepadaku.
Syukurlah aku telah terlepas dari ‘sial’ itu. Aku langsung menuju halte bis untuk berjalan – jalan di Lottle World, jangan bilang kalau kalian berpikir aku ingin bermain, aku hanya ingin duduk sambil memakan ice cream bibi Seo.
Ternyata Lottle World lebih ramai dari perkiraanku, antreannya panjang sekali sehingga membuat aku pening dan mencari alternatif lain. Dengan langkah gontai aku berjalan tak tentu arah, ah aku jadi ingin ke cheodamdong. Ya walaupun bukan untuk berbelanja tapi setidaknya mungkin ada barang yang membuatku tertarik?
Sepertinya tak hanya Lotte Word yang ramai, disini juga ramai. Banyak remaja yang datang kesini untuk berbelanja, ada yang bersama pacar, orang tua, bahkan teman. Jarang sekali remaja seperti aku pergi hang out sendirian. Ah miris sekali.
Sambil memakan ice cream aku berjalan sambil melihat-lihat toko-toko di pinggir jalan. Ah sebentar lagi musim dingin jadi banyak toko yang menjual kebutuhan di musim dingin. Ada sarung tangan, topi, baju, jaket, sepatu, dan masih banyak lagi. Aku tak berniat untuk membeli apapun, lagi pula masih banyak koleksi baju musim dingin di rumah, terlalu membuang-buang uang jika membeli lagi.
Tapi, aku berhenti ketika melihat sebuah jaket menarik di sebuah etalase toko. Aku tarik kembali ucapanku, lagipula jaketku sudah banyak yang tua jadi beli satu tak apa kan? Aku pun masuk dan langsung di hujani oleh banyaknya pernak-pernik khas musim dingin tapi aku tak tertarik dan segera pergi mencari jaket itu. Nah itu dia, warna pink lembut dengan panjang selutut itulah targetku, aku berjalan dengan cepat karena takut akan ada orang lain yang mengambilnya.
Sekarang aku sudah mendapatkan jaketnya, lalu mengecek label harga, untunglah harganya tak terlalu mahal. Segera aku mengambilnya dan membawa jaket ini ke kasir lalu pergi pulang. Tapi karena terlalu semangatnya aku menabrak orang lain karena pengunjung disini terbilang ramai.
“ Ah, mianhae aku tak sengaja..” ucapku sedikit bersalah dan membungkukkan badan tapi tak ada respon sekali sehingga aku menegakkan tubuhku dan terkejut bukan main bahwa yang aku tabrak adalah -
“ Wu?”
-Kris...
**
ns 15.158.61.45da2