“ Tari….Tari…
“ Tari, kamu sudah pulang” kudengar suara kak Yani berteriak memanggilku berulang kali.
“ Iya, kak..ada apa kak ?” tanyaku pada kak yani keluar dari kamar.
“ Yuk kita makan malam “ ajaknya kepadaku yang memperbaiki rambut yang sedikit berantakan.
“ Iya, kak “ sahutku sambil berjalan di belakangnya.
Setelah berada di meja makan, aku heran karena Kak Hani tidak ada. Padahal tadi siang Kak Hani ada
“Kak, kak Hani kemana, kok tidak ada bersama kita?” tanyaku sambil duduk dan mulai mengambil makanan.
“ Kak Hani tadi ke kantor dapat panggilan tiba - tiba. Dan sekarang belum pulang”
“ Ini biasa, ada - ada saja panggilan tiba - tiba “ sungutnya.
“ ters pulangnya kapan, Kak “ tanyaku lagi kepada Kak Yani yang menyendok nasi ke piringnya.
“ Ya mungkin larut malam “ jawabnya.
Akhirnya aku tak banyak tanya lagi, aku menghabiskan makanan, kami menyelingi obrolan untuk menghilangkan hening diantara aku dan kak Yani.
Setelah makan aku membereskan bekas makanan yang dibantu oleh Kak Yani. saat aku sudah selesai dan akan menuju kamar entah mengapa tiba - tiba saja tubuhku terasa oleng.
Untung saja Kak Yani segera menangkapku agar tidak jatuh.
Aku sangat terkejut langsung saja mengalungkan tanganku ke leher Kak Yani mencari pegangan. Saat pandangan kami beradu, jantung berdetak dengan cepat. Ku tatap wajah tampan milik kak Yani yang tengah menggendongku. Perlahan kurasakan hembusan nafas kak yani.
Entah kenapa tiba - tiba saja wajah Kak Yani mendekati wajahku da kurasakan bibirnya mengecup bibirku.
Aku bagaikan terhipnotis aku membalas kecupan bibirnya.
Perlahan - lahan berubah menjadi saling lumatan.
“ Mmmppphhh…..mmmhhh…aku makin membalas kecupan dari bibir Kak Yani hingga saling memagut bibir dengan penuh birahi.
Aku bagaikan mendapat pasokan oksigen dari saling melumat itu, membuatku tersadar dan melepaskan pagutannya pada bibir Kak Yani.
“Haaa…haa..haa…, aku melihat Kak Yani dengan mata yang merah mungkin dia menahan nafsunya yang sudah bergejolak.
Aku hanya tersenyum, dan kembali menyambut kecupan dan lumatan bibir Kak Yani. kami kembali berciuman dengan penuh dengan penuh kehangatan.
Kak Yani membimbingku masuk kedalam kamarku. Di dalam kamar, Kak Yani membaringkan aku ke atas kasur dengan posisi masih berciuman dengan posisi Kak Yani berada diatas menindih tubuhku.
Kak Yani melepas cuman, lalu sebentar menuju pintu dan menutupnya.
Setelah kembali dia menatapku dengan penuh nafsu.
Dia kembali menindih tubuh padatku dan melumat bibirku yang tipis dan lembut. tanganku tidak mau ketinggalan kini mencari pekerjaan. Tanganku mengarah ke selangkangannya yang masih tertutup celana boxer.
Karena nafsuku yang suda mulai naik, aku mulai mengelus pentungan Kak Yani, membuatnya mengerang nikmat sedangkan tangannya telah bersarang ke balik baju kaosku dan merogoh payudara yang masih terbungkus oleh bra.
Dia menaikkan braku dan meremas payudaraku yang juga memilin ujungnya yang kenyal.
Aku yang menikmati permainan jari Kak Yani disana segera melepas pagutan kami dan mengeluarkan desahan - desahan nikmat merasakan kenakalan tangan Kak Yani pada kedua payudara yang mengeras pada utingnya.
“ Aaahh..uuhhmmm, Kak…”
Kak Yani yang melihatku mendesah keenakan langsung menhujamiku dengan ciuman pada leher jenjangku dan menjalar turun ke bawah.Hingga akhirnya Kak Yani melepaskan baju kaosku. Setelah pakaianku terlepas Kak Yani melihat dan memandangi keindahan tubuhku.966Please respect copyright.PENANAmCbk26Nv5t
“ Tubuh begitu indah dipandang Tari, lebih indah dari milik kakakmu.” katanya memuji tubuhku. Pujian itu membuatku semakin bernafsu dan kembali melumat bibir Kak Yani.
Dalam ciuman kami, aku mencoba membuka celana boxer Kak Yani yang masih melekat di tubuhnya. Aku mencari - cari kontol yang telah mengeras dan menggelitik area kenikmatanku.
Begitu aku dapat kontol itu aku segera memegangnya yang sebelumya celana boxer dan celana dalam kak Yani sudah lepas dari tubuhnya.
Aku menggenggam kontol miliknya dan mengurut - urutnya.
Bibir Kak Yani kini melumat daun telingaku, memberikan rangsangan, lalu menjalar turun ke arah leher dan menjilatinya.
Sentuhan Kak Yani kini berada pada kedua payudaraku. Perlahan disedotnya payudaraku dengan penuh nafsu. Dia seperti bayi yang menyusu pada ibunya. Sambil meremas dan memilin utingku yang satunya lagi hingga membuat tubuhku melengkung merasakan nikmat.
“ Aaaahhh…eengghhhh….ahhh…” desahku sabil menutup mata menikmati sentuhan - sentuhan dari bibir kak Yani.
Yang lebih membuatku mendesah nikmat, saat tangan Kak Yani merangsek masuk ke dalam celana dalamku dan menjamah liang vaginaku.
Dia menggesekkan jarinya sebentar lalu kembali memainkan pinggiran liang vagina.
Tanpa berhenti disitu, Kak Yani menggesekkan jarinya di dalam sana dengan cepat dan memelintir daging kecil yang berada di dalam sana. Dia menyedot, menjilat dan menggigit uting payudaraku sambil terus menggesekkan jarinya di liang vaginaku.
Setelah puas mempermainkan tubuhku sensitifku, Kak Yani mengarahkan kontolnya ke wajahku dengan posisiku berada di samping wajahku. Kulihat kontol miliknya sudah mengeras dan siap untuk memasuki diriku.
Kak Yani tersenyum, melihat aku yang seakan terpukau memperhatikan kontol miliknya yang besar dan berotot.
“ Mainkan Tari,, ayooo, berikan sentuhan lembutmu pada kontolkuku” Kak Yani menyuruhku untuk memainkan kontol dengan tangan halusku.
Aku yang mendapatkan arahan langsung saja memainkan kontol itu dan segera memasukkan ke dalam mulutku. Mulutku seakan penuh dengan kontol milik Kak Yani.
Perlahan - lahan kumasukkan kedalam hingga rasanya sudah mencapai tenggorokan.
Aku merasakan mulutku tak mampu menampung semua kontol milik Kak Yani. Karena masih tersisa ¼ lagi yang belum masuk kedalam mulutku.
“ Ahhh……ya….kocokin sekarang Tar…..yahhh…enak mulut kamu ….ahhh….ahhh…oohhh….uuuchhh…”
Aku merasa senang mendapat pujian dari kak Yani, membuat aku semakin semangat untuk mempermainkan kontolnya.
Aku mengocok kontolnya yang berada di dalam mulutku sambil mengurut - urutnya.
Tidak melupakan dua bola yang bergelantungan juga menjadi sasaranku mainan tanganku.
Merasa dengan posisiku yang masih berbaring, aku segera merubahnya dan menghadap ke kontol Kak Yani yang setengah duduk menghadap kearahku. Lama aku mengulum kotol milik Kak Yani, membuat mulutku terasa pegal.
Kak Yani yang mengetahuinya, menyuruhku duduk di ujung ranjang sambil membuka lebar kedua kakiku. Aku segera mengiyakannya.
Kak Yani kini berjongkok menghadap ke arahku dan menaikkan kedua kaki ke pundaknya dan membuka lebar kedua pahaku hingga memperlihatkan liang vaginaku yang ada di bawah sana. Kak Yani segera menjilati daging kecil yang mirip kacang.
“ EGggghhhh….aaahhh….Kak…..Uhhh…..” Kak Yani terus saja menjilati seperti dia tengah menjilati es cream .
Tidak lupa juga dia menghisap dan memutar mutar lidahnya di dalam sana, membuatku tak karuan merasakan nikmatnya lidah Kak Yani. Aku menahan kepala Kak Yani agar tidak bergeser dari sana dan membuatku merasakan sesuatu yang seakan ingin keluar.
“ Aahhh….Kak……aku ingin keluar..aku sudah tidak kuat….ouuhh…kak”
Kak Yani tidak memperdulikan jeritanku, dia malah liar mempermainkan liang vaginaku, kali ini sambil memasukkan jarinya dan menjilatinya terus.
Aku tak mampu lagi menahan, akhirnya menyemburkan cairan.
Kak Yani menyuruhku mempermainkan kontol miliknya lagi. Mengurutnya karena dia ingin mengeluarkan cairannya juga.
Aku menuruti keinginan Kak Yani. Aku ambil kontol itu dan ku urut - urut menggunakan tanganku. Memainkan ujungnya yang. Aku juga memainkan ujungnya yang ada lubang kecil dengan menggesekkan jari halusku.
Sambil menjilati ujungnya dan memasukkan ke dalam mulut. Setengah jam telah aku permainkan kontol milik Kak Yani, hingga akhirnya dia menyemprotkan lahar hangatnya yang sangat banyak.
Uuch…..ohhh…..yaaa…..enaakkk……ahhh…..aku keluarrr…966Please respect copyright.PENANAj4JMKuWE5E
Crot…t crott…crott..crott.
Lima semprotan keluar dan memenuhi mulutku. Akupun segera menelan dan menjilati entungan Kak Yani.
“ Terima kasih Tari, kamu sudah memberikan pelayanan padaku. Kamu sungguh nikmat berbeda dengan kakakmu” ucapnya.
“ Iya kak, aku juga puas dengan permainan Kak Yani. Walaupun kakak, belum sampai memasuki ku. Tapi ini sangat nikmat rasanya” balasku kepada Kak Yani.
“ Kakak sebenarnya ingin memasukimu, tapi kakak takut nanti kamu akan menyesal” ujarnya.
“ Lain kali saja kak, aku tidak ingin menyakiti hati kak Hani. Sebenarnya aku juga ingin merasakan “
“ Kakak tahu kamu menginginkannya, tapi nanti saja melakukannya saat kamu sudah siap” tambahnya sambil mengecup bibirku.
“ Aku takut kalau Kak Hani mengetahuinya, Kak” ucapku.966Please respect copyright.PENANAKI1DHxrGbu
“ kakakmu tidak akan tahu selama kita menyimpan rahasia ini” katanya.
Akhirnya kami kembali saling berciuman, sebelum Kak Yani keluar dari dalam kamarku.
Setelah malam itu, Kak Yani tidak pernah lagi menyentuhku. mungkin karena sibuk bekerja. Dia sering pulang tengah malam. Begitu pula dengan Kak Hani, sehingga membuatku merasa kesepian di rumah besar itu.
966Please respect copyright.PENANAuoQ2KhFGbn