Polosnya Bimo
Kost Velo Oyenj (Kamar Mandi)
“Ehhh ... Bim, lo belum pernah mandi bareng cewek, ya?” tanya Rani sambil menopang dagunya di pundakku.
DAG! DIG! DUG!
Jantungku berdetak dengan begitu kencangnya seiring dengan perlakuan Rani padaku. Aku dapat merasakan kenyalnya payudara gadis cantik itu yang sejak tadi menempel di kulitku. Apalagi puting payudaranya yang sudah sangat mengeras itu tergesek-gesek di lenganku.
“P-e-ernah lah gue mandi bareng cewek. S-a-a-ma-a mantan gue dulu,” jawabku terbata-bata dan berbohong padanya.
“Bohong kan lo sama gue. Lo kelihatan grogi gitu. Lo belum pernah kan mandi bareng cewek,” timpal Rani dengan berbisik dan tiba-tiba langsung mengemut kupingku.
“Egrhhh ... Ran!” teriakku kaget sekaligus geli.
“Hahaha ... lo beneran lucu, Bim. Gue suka banget,” ucap Rani yang tadinya hanya menempelkan payudara besarnya saja dan kini langsung memeluk tubuhku dengan eratnya.
Aku salah tingkah dengan sikap Rani yang begitu menggodaku. Kedua tanganku juga berada di daerah selangkanganku karena tidak ingin batang kontolku yang sudah tegak berdiri itu dilihat oleh gadis cantik itu.
“Gue tahu lo bohong, Bim. Lo bohong kan kalau udah pernah mandi bareng cewek se-sexy kayak gue gini,” bisik Rani dengan hembusan nafasnya itu begitu menggelitik nafsu birahiku.
“G-ak-k, kok. Gue pernah—”
“Sssssttttttt....” Rani langsung memotong ucapanku dengan menempelkan jari telunjuknya di mulutku. “Lo buktiin kalau lo pernah mandi bareng cewek ke gue, Bim,” ucap Rani dengan matanya itu penuh birahi dan mendorongku agar menjadi pria yang buas untuknya.
Aku benar-benar merasa canggung dengan situasi saat ini. Ditambah aku dengan bodohnya berpura-pura kalau sudah pernah mandi bersama seorang wanita. Padahal pegangan tangan saja aku belum pernah. Apalagi sampai melakukan hal seperti sekarang yang sedang aku lakukan bersama seorang gadis secantik Rani.
“Sial!” terikaku dalam hati.
Rani memunggungi diriku sambil bagian punggung putih tanpa cacat itu terlihat jelas di depan mataku. Aku sama sekali tidak tahu harus berbuat apa. Aku hanya terpaku dengan pandanganku menatap punggung Rani.
“Bim, diem aja? Katanya lo udah pernah mandi bareng cewek, mana?” tanya Rani dengan suara sensualnya.
“E-ee-e-e ... iya.” Aku gelagapan bingung.
Aku masa bodoh dan melakukan apa yang hanya pernah aku lihat di film bokep yang aku tonton. Dengan jantung dag, dig, dug, dan keberanian yang secuil di hatiku, aku kemudian mencoba memeluk tubuh Rani yang telah basah dan penuh sabun.
Tanganku mencari-cari bongkahan kembar di bagian dada Rani dan mulai meremasnya secara lembut. Terasa kenyal dan sangat boing-boing di tanganku. Aku baru tahu kalau ternyata payudara wanita selembut ini.
Aku meremas payudara Rani dengan remasan lembut menurutku. Namun ternyata remasanku itu terlalu kuat dan membuat Rani meringis.
“Owhhh ... Bim, lo kaku banget. Remes tetek gue pelan-pelan aja, Sayang,” ucap Rani sambil menengok ke arahku dengan tatapan menggodanya.
“I-y-a-a-a ... iya, Ran.”
Aku lalu mengurangi remasanku pada payudara Rani. Aku mencoba selembut mungkin untuk mengelus-elus dan memijat payudara wanita yang baru pertama kali aku rasakan.
“Shhh ... iya begitu, Bim. Shhh ... shhh ... shhh ... remes terus, Bim. Ahhh ... enak banget. Owhhh ... mainin putingnya juga. Shhh....” Rani mulai mendesah dan tubuhnya itu menyender pada tubuhku sampai pakaianku bagian depannya telah basah semua.
Rani begitu liar menurutku. Pantat semoknya itu malah tertempel dan bergoyang-goyang tepat di batang kontolku yang sudah berdiri tegak. Meskipun tidak secara langsung menempel di batang kontolku pantat semok Rani itu, tetapi tetap saja aku sangat turn on karena penisku itu terimpit-impit dengan kekenyalan bongkahan pantatnya.
Goyangan pantat bahenol Rani itu dilakukan secara memutar dan terkadang secara maju mundur hingga membuat batang kontolku tercekat karena saking nikmatnya.
“Ran,” panggilku pelan.
“Lo sange ya, Bim?”
“Ugrhhh ... Ran, kontol gue sakit banget,” ucapku entah dari mana ucapan kotor itu keluar begitu saja dari mulutku.
“Hehehe ... jadi si adek udah tegang dari tadi. Bilang dong,” ucap Rani lalu berbalik arah menghadapku dan mulai mempreteli pakaianku satu persatu dimulai dari baju yang aku pakai hingga aku telanjang bulat sama sepertinya.
DAG! DIG! DUG!
Jantungku benar-benar berdetak dengan hebatnya. Ini adalah pengalaman pertama kalinya untukku bertelanjang di depan mata seorang wanita dan bahkan berdekatan dalam jarak sedekat ini. Apalagi ditambah dengan seorang wanita yang se-sexy dan semontok Rani.
“WOW ... Bim! Kontol lo besar banget,” teriak Rani yang melihat batang kontolku +- berukuran 19 cm sudah tegak berdiri dan menyenggol paha dalamnya.
PLOK ... PLOK ... PLOK....
Rani dengan tangan lembutnya itu menggenggam batang kontolku dan memainkannya secara pelan. “AGRHHH....” Aku langsung meringis karena rasa nikmat itu seperti terkena sengatan listrik hingga menjalar ke seluruh tubuhku.
MUACHHH ... MUACHHH ... MUACHHH....
Aku yang sudah dalam keadaan sange berat kemudian melumat bibir Rani. Aku tidak tahu dari mana keberanianku itu muncul. Aku yang sama sekali tidak mempunyai pengalaman dalam mencium wanita pun saat itu aku hanya mengikuti insting nafsu binatangku saja.
“Hmphhh ... mpphhh ... pmphhh....” Aku memagut bibir bawah dan atas Rani secara lembut dan perlahan-lahan. Aku juga sesekali menjulurkan lidahku hingga dilawan dengan gadis cantik itu yang menjulurkan lidahnya juga.
Ciuman dengan Rani ternyata sangat lah nikmat. Cumbuanku dengan gadis cantik itu dilawannya sambil air liurku saling bertukar dengan air liurnya. Lidah gadis berusia 20 tahun itu juga bahkan masuk hingga ke dalam rongga mulutku dan bermain-main di sana.
MUACHHH … MUACHH … MUACHHH….
Tanganku tentu saja tidak tinggal diam. Kedua tanganku sudah menjalar ke seluruh tubuh Rani sambil menyentuh bagian-bagian sensitif wanita yang selama ini hanya bisa aku lihat dari menonton bokep saja.
Aku peluk tubuh Rani dengan erat sampai payudaranya itu tergesek-gesek di dadaku. Aku menggoyangkan tubuhku agar dapat memberikan rangsangan pada diriku karena aku pun sedikit demi sedikit menjadi sangat terangsang karena puting payudara Rani tergesek-gesek dengan puting milikku.
“Hmphhh ... ahhh ... Bim. Mphhh ... enak. Pmphhh....” Di sela-sela pagutanku pada bibir wanita cantik itu, Rani masih sempat-sempatnya mendesah nikmat.
Batang kontolku tentu saja tidak didiamkan oleh Rani. Sejak tadi dengan jari-jari lentiknya itu, benda keras yang sudah menegang di selangkanganku itu dikocoknya secara perlahan.
“Ahhh … Ran. Shhh … shhh … shhh … enakgrhhh….”
Perasaan nikmat saat batang kontolku itu digenggam lembut dengan tangan Rani benar-benar membuatku gila. Perasaan itu baru pertama kali aku rasakan, tetapi sudah membuatku seperti candu dan tidak mungkin melupakan perasaan nikmat yang aku rasakan seperti sekarang.
“Ahhh ... Bim. Shhh ... remes agak keras, Bim. Ougrhhh ... enak banget. Ugrhhh ... terus, terus remes tetek gue. Owhhh...” Rani melenguh dengan suara sexy-nya. Desahannya itu begitu memikat hatiku seperti aku tidak ingin gadis yang sedang kupeluk sekarang menjadi wanita pria lainnya.
Cumbuan yang berlangsung beberapa menit itu mulai berubah dengan rangsangan liar di tubuh Rani. Aku mencium seluruh wajah Rani dan turun hingga ke leher jenjangnya. Saat itu aku mengemut-emut leher gadis cantik itu sampai memberikan beberapa bekas merah di lehernya.
“Ran, lo sexy banget. Dari awal masuk sini gue udah sange banget lihat lo,” pujiku dengan berbisik di telinga Rani.
Memang aku akui, saat pertama kali melihat Rani di kos Velo Oyenj, aku sudah jatuh cinta padanya. Aku jatuh cinta dengan kemolekan tubuhsexy Rani yang sering aku jadikan bahan onaniku. Tapi sekarang, objek pemuas nafsuku malah berada di dekatku dan aku benar-benar memeluk tubuh wanita yang selama ini hanya ada dalam bayanganku saja.
“Ahhh ... Bim, lo gombal banget. Shhh ... shhh ... shhh ... terusin, Sayang. Ahhh ... tubuh gue mainin sesuka lo. Ugrhhh ... gue milik lo sekarang, Bimo,” timpal Rani di antara desahan sexy-nya.
Saat itu apa yang aku lakukan pada Rani berlangsung sangat lama sampai saat tanganku hanya bermain-main di area payudaranya saja itu digenggam oleh gadis cantik itu dan di arahkannya ke area selangkangannya.
“Pegang dong memek gue, Bim. Jangan dianggurin aja,” ucap Rani dengan wajah binalnya itu.
Bersambung….
Bagi kalian yang menyukai cerita karya tulisanku, bisa mendukungku agar tetap semangat dalam menulis dan berkarya dengan cara memberikan love pada ceritaku serta mem-follow akun penanaku. :)
Apabila kalian sudah tidak sabar untuk membaca kelanjutan ceritanya, kalian bisa membacanya langsung di Karyakarsa milik aku.
ns 15.158.61.51da2