Om Rian adalah saudara kandung dari mama. Dia sering main ke rumah kami. Om Rian memiliki wajah ganteng, kulit putih bersih. Tingginya kalau aku perkirakan hanya 165 cm.
Hari itu Om Rian akan mengajak aku untuk ke rumah tante, adik perempuan mama. Rumah Tante Mawar berada di luar kota dan ditempuh dengan naik mobil memakan waktu sekitar 12 jam lamanya.
Katanya Tante Dian memanggil aku, ada yang ingin dibicarakan soal sekolah.
Om Rian membawa mobil. Walaupun mobil itu agak sedikit tua.
“ Om, pelan - pelan saja bawa mobilnya “ pintaku pada Om Rian yang sedang menyetir.
“ Ya kalau pelan, bisa - bisa kita nyampe di rumah tante kamu tuh besok siang “ ungkap Om Rian yang melirik ke arahku. Aku sempat melihat lirikannya itu, namun tidak terlalu mempersoalkannya.
Lelah juga di atas mobil. namun tanda - tanda untuk sampai ke tujuan belum ada.Waktu magrib sudah tiba.
“ Kita istirahat dulu di warung makan, baru kita lanjutkan perjalanan “ ungkap om Rian padaku.
Aku hanya mengangguk tanda setuju. Ya memang perutku sudah keroncongan dari tadi pinta untuk diisi.
Om Rian memarkirkan mobilnya di halaman sebuah warung makan yang ada di kabupaten Pinrang.
Di dalam warung makan ternyata sudah ramai. Ya warung makan ini memang merupakan warung makan favorit bagi mereka yang melakukan perjalan luar kota.
Aku dan Om Rian mengambil meja yang ada paling sudut. karena hanya itu yang tersisa.
“ Kamu mau makan apa Put “ Om Rian menawariku sambil menyerahkan daftar menu.
“ Aku makan nasi rawon saja deh om, minumnya es teh “ kataku pada pelayan yang mencatat pesanan kami pada selembar kertas.
“ Put, sekarang kamu sudah duduk dibangkuy kelas berapa ?” tanya Om rian padaku.
“ Kelas 10 SMA, om “ jawabku sambil melihat orang - orang yang tengah menikmati makanan mereka.
“ Waktu cepat banget ya berlalu. Dulu sewaktu om sering nginap di rumah kamu. Putri tuh masih bocah” tawa Om Rian mengingat masa kecilku.
“ Aduh om Rian nih. Itu dulu sekarang Putri sudah gede “ ungkapku.
“ Iya deh, sekarang kamu sudah gadis, cantik persis ibu kamu “ sela Om Rian yang melihatku.
“ Idih om kok lihat gitu sih “ protesku saat om Rian melirik gunung kembarku yang membusung karena ukurannya yang besar.
Om Rian jadi kikuk karena kedapatan oleh melihat pada susuku.
“ Pasti kamu sudah mulai pacaran ya ?” tanya Om Rian
“ Pacar, pacar. Belum bisa Om “ elakku.
“ Saya minta sama kamu, apa yang terjadi pada keluargamu tidak akan mengganggu sekolah kamu Put” nasehat Om Rian padaku.
Dadaku terasa sesak mendengar perkataan Om Rian. Ya kondisi keluarga ku yang hancur telah membuatku menjadi gadis yang suka bergaul dengan siapa saja. Bahkan telah berani melakukan oral seks.
Aku hanya tunduk mendengar ucapan Om Rian.
Tiba - tiba saja hatiku terasa begitu sakit, bila mengingat perlakuan bapak pada kami.
“ Hey kamu menangis ya ?” Om Rian memegang pundakku.
“ Maafin Om kalau telah menyinggung perasaanmu Put “ berusaha menenangkan aku.
“ Gak papa om. “ singkatku pada Om Rian.
“ Kamu harus sabar dan tetap melanjutkan sekolah “ Om Rian mencoba mengingatkan aku.
“ Iya Om “ singkatku padanya.
“ Silahkan menikmati hidangannya Pak, dek “ pelayan rumah makan mempersilahkan.
“ Terima kasih dek “ ucap Om Rian pada pelayan itu.
Aku tanpa basa basi langsung menyantap nasi rawon yang kupesan.
“ Pelan - pelan makannya Put “ tegur om Rian yang melihatku makan dengan tergesa - gesa
“ Kamu bisa tambah kok, kalau masih kurang “ ujar Om Rian padaku.
“ Terima kasih Om “ jawabku sambil terus menyantap makanan.
Om Rian hanya tersenyum melihatku.
Tak terasa pukul 21.oo. Om menyetir dengan pelan. Karena kondisi jalan yang berlubang.
“ Kalau gini, bisa - bisa siang baru nyampe om “ kataku pada Om Rian.
“ Mungkin. Kondisi jalan begini dari dulu. Tidak pernah di benahi “ gerutu Om Rian.
Hoaah hoah
beberapa kali aku menguap menahan kantuk yang menyerangku.
“ Kamu tidurlah dulu “ suruh Om Rian padaku.
“ Atau kita cari penginapan saja ya, biar bisa istirahat nanti subuh baru kita lanjutkan perjalanan “ imbuh Om Rian padaku.
“ Terserah Om sajalah “ menyerahkan pada Om Rian yang hanya tersenyum.
“ Ya udah kita cari penginapan saja. Kasihan kamu kalau tidurnya sambil duduk “ ucap Om Rian padaku.
Mobil terus melaju dan memasuki kabupaten ketiga. Om membelokkan mobilnya menuju ke salah satu penginapan yang ada di sisi kiri jalan.
“ Put, bangun kita nginapnya disini saja “ Om Rian membangunkan aku.
“ Ini dimana Om?’ tanyaku padanya.
Ini kabupaten ketiga” jawabnya sambil memarkirkan mobil.
Kami turun dari mobil dan masuk ke dalam penginapan. Om Rian menuju resepsionis untuk membooking dua kamar.
“ Ngapain sih Om pesan dua kamar. Satu sajalah “ protesku padanya.
“ Kamu itu ya, mana bisa, kamu tuh cewek. Masa mau tidur sama Om kamu ?” kata Om Rian.
“ Sudah pesan dua mba “ pesan Om Rian. Karyawan itu menyerahkan dua kunci kamar.
Kebetulan kamar kami bersebelahan.
Kami pun naik ke atas menuju ke kamar masing - masing.
“ Malam Putri, tidur yang nyenyak ya “ Om Rian mengucapkan selamat tidur padaku
Di dalam kamar aku tidak bisa memejamkan mataku.
Membayangkan apa yang akan dikatakan tante Mawar padaku jika sudah berada di rumahnya nanti .
Tiba - tiba aku merasakan ingin buang air kecil. Karena kamar mandinya berada diluar. Terpaksa aku harus keluar kamar. Saat aku akan menuju ke kamar kecil. Pintu kamarku diketuk dari luar
Tok
Tok
Aku segera membuka pintu. Tampak Om Rian di depan pintu. dengan senyuman manisnya.
“ Kamu belum tidur kan ?” tanyanya padaku
Aku hanya mengangguk. “ Ada apa Om ?” tanyaku pada Om Rian.
Ada sesuatu yang ingin om obrolin dengan kamu “ urainya padaku yang melirik ke arah susuku. yang saat itu aku sudah mengganti memakai baju tidur.
“ Sebentar ya Om, saya ke toilet dulu “ pintaku pada Om untuk.
“ Om masuk aja dulu, tidak enak nanti ada yang melihat “ imbuh ku padanya.
Selang beberapa lama. Aku kembali ke dalam kamar.
“ Mau bicara apa om ?” tanya ku pada Om Rian duduk di kursi sambil menghisap sebatang rokok.
“ Putri, sebagai om kamu. Hanya ingin mengingatkan kamu jangan terpengaruh dengan kehancuran keluarga kamu “ pelan Om Rian
“ Om tahu ini sangat sulit buat Putri “ lanjutnya.
Hik hik hik
Aku menangis tersedu.
Om Rian mendekatiku.
“ Putri trauma om, jika mengingat perlakuan bapak pada kami “ tuturku disela tangisku.
Menangislah jika kamu ingin menangis, nak “ Om Rian mengelus rambutku. Kurasakan nyaman diperlakukan begitu.
“ Om, kenapa ini harus terjadi pada keluargaku, pada ibu yang selama ini berusaha menjadi istri yang baik “
“ Apa kami tidak berhak merasakan kebahagiaan “ tanyaku sambil memandang Om Rian.
“ Semuanya telah menjadi garis takdir Tuhan, nak “ kata Om Rian yang masih mengelus kepalaku.
Aku yang merasa nyaman meletakkan kepalaku di dada Om Rian dan memeluknya.
“ Om “ keluhku padanya
“ Jadilah seorang Putri yang berhati lapang dan tegar “ Om Rian menyemangatiku.
“ Aku sayang kamu Put “ tiba - tiba ucapan sayang meluncur dari mulut Om Rian
“ Ah “ aku kaget mendengar kata itu.1661Please respect copyright.PENANACIZjhEJfJO
Om Rian mendongakkan kepalaku ke arah wajahnya.
“ Kenapa bukankah saya Om kamu, tentulah saya akan menyayangi keponakan aku “ lanjut Om Rian padaku.
“ Oh, om. Aku sangat senang mendengarnya “ merapatkan pelukanku pada Om Rian.
Kedua susuku yang besar padat berisi terhimpit oleh dada Om Rian.
Ku dengar Om Rian mendesah lirih.
“ Om, aku bahagia bisa bersama om malam ini “ kataku padanya.
“ Aku meraih bibir Om dengan tanganku. Mempermainkan jari - jariku di bibir tebalnya
“ Put, jangan begitu “ cegah Om Rian yang tampaknya tidak tahan jika bibirnya di raba.
“ Om, malam ini dingin banget “ kataku sambil terus masuk dalam pelukannya.
Om Rian hanya membalas pelukan. Aku yakin Om Rian tidak tahan merasakan himpitan susuku pada dadanya.
“ Tiba - tiba Om Rian melepaskan pelukannya. “ Sebaiknya kamu tidur “ Om Rian menyuruhku lalu berdiri dari pinggiran ranjang.
“ Om “ aku mencegah Om Rian dan memburu dengan pelukan erat
Om Rian berusaha lepas.
“ Ingat Put, aku ini Om kamu. Kakak dari ibumu “ Mengingatkan padaku.
“ Apa yang kau inginkan itu tidak akan terjadi.”
“ Tidurlah, besok pagi - pagi buta kita lanjutkan perjalanan “ Om Rian mendorongku.
Aku bagaikan tersadar. Lalu melepaskan pelukan ku pada Om Rian
“ Maafkan aku Om !” meminta maaf padanya.
Om Rian tersenyum. “ Tidak papa nak. Tidurlah “ sahutnya sambil keluar dari kamarku.
1661Please respect copyright.PENANA4rMW69uUvp