Chapter 2 - Hanifah Nur Hasanah1942Please respect copyright.PENANAOYtaCjU2VK
Aku hanya berdiri terdiam di ujung sofa. Terus terang aku gak tau apa yang harus aku lakukan. Bang Lukman pun pasti demikian. Dia juga duduk terdiam, hanya bantal sofa yang menutupi bagian bawah tubuhnya yang masih telanjang. Lalu, sambil berjalan pelan ke arah Shafa, aku panggil anak perempuanku dengan lembut..
“Shafa.. kamu kenapa bangun nak? Kaget ya? Bunda berisik ya?” Anakku hanya menggeleng lembut. “Terus adek kenapa? Kenapa belom bobo?”
“Aku mau cucu..” jawabnya singkat. Lalu aku melihat ke arah Bang Lukman. Kami sama-sama tersenyum lega. “Fiuuhh.. Bang.. kamu tunggu disini sebentar ya.. aku mau bikinin susunya Shafa. Kamu cari celanamu aja dulu.. pending bentar ya kerjaan.. hehehehe…” kataku sambil membuat gerakan nyepong… hiihihiii….
Tak lama kemudian, aku ke dapur untuk membuatkan susu. Setelah susunya siap, aku masuk kamar untuk menemani anak perempuanku ini tidur.
1942Please respect copyright.PENANAaDYluz42OZ
Sebenarnya aku agak risih-risih gimana gitu dengan kondisiku sekarang. Karena aku nggak pakai celana dalam, cuma lingerie tipis doang. Aku khawatir Shafa akan bertanya tentang kejadian yang mungkin dia sempat lihat tadi. Pingin aku bertanya, tapi takutnya malah dia gak ngerti dan salah faham. Ya sudahlah.. que sera sera aja…
“Unda…” panggil Shafa tiba-tiba.
“Ya nak?” jawabku.
“Om mana? dak ikut bobo cama unda?”
Aku tersenyum mendengar pertanyaan polosnya. “Shafa mau Om Lukman ikut disini juga? Nemenin Unda sama Shafa bobo?”Aku lihat bibirnya Shafa tersenyum disela-sela botol susunya.. hihihi.. lucu banget.. lalu dia mengangguk-anggukan kepalanya. “Yaudah kalo Shafa maunya gitu.. Unda panggil Om Lukman dulu ya nak…” Lalu aku berjalan ke arah pintu dan melongokkan kepalaku untuk memanggil Bang Lukman. “Bang..” Dia menengok ke arahku.
“Apa?” Bisiknya.
Aku melambaikan tanganku untuk memanggilnya. “Sini Bang.. anaknya minta ditemenin bobo nih.. cepetan..”
“Heh? Maksudnya gimana?” bisiknya lagi.
“Udah deh..” jawabku sambil tersenyum genit.. “..cepetan kesini! Aman banget iniii..” Lalu aku lihat dia bangun dari sofa.
1942Please respect copyright.PENANAxHpC36sxaa
Sumpah demi Awloh, aku baru bener-bener ngeliat dengan jelas perawakan tubuh Bang Lukman. Tubuh lelaki idaman para wanita.. ditambah batang kontolnya yang besar dibalik celana pendek yang sudah dia pakai, walaupun aku yakin itu belum ngaceng sempurna.. hihihi.. mau nggak mau, terlintas di benakku, kenapa dulu istrinya malah pingin cerai sama dia ya? Mm.. maksudku, secara finansial, Bang Lukman cukup aman banget.. terus secara fisik.. Ah sudahlah.. itu masa lalu.. yang penting, kontol mantan lakinya ini sekarang aku yang pake.. hahaha…
1942Please respect copyright.PENANAwMCGLmPcOj
Setelah Bang Lukman masuk ke kamar, dia langsung aku minta duduk di atas tempat tidurnya Shafa, dan bersandar di dinding di ujung headboard. Karena dia gak pakai celana dalam, makanya benda panjang dibalik celana pendeknya terlihat menyembul, seperti pengen berontak keluar. Yang aku lakukan hanya duduk di depannya dengan membelakangi lelaki perkasa ini, dan bersandar di tubuh tegapnya. Kedua tangan Bang Lukman langsung dia lingkarkan di perutku.
Aahhh… sudah lama aku tidak bermesraan seperti ini dengan laki-laki. Perbuatannya kepadaku semalaman ini, membuat aku merasa seperti perempuan seutuhnya lagi. Aku kembali bisa menikmati dan dinikmati laki-laki.. sudah lama aku tidak dicumbu seperti ini. Diluar dari semua rasaku untuk Mas Gunawan, aku merasa Bang Lukman bisa aku jadikan pelampiasan untuk sementara waktu ini.. gak tahu kedepannya gimana. Pokoknya aku ingin lagi merasa bisa disayangi dan menyayangi laki-laki.. walaupun Bang Lukman adalah teman suamiku.. dan persetan jugalah kalau suamiku tahu, toh dia juga sudah gak bisa apa-apa lagi.
Aku benar-benar jenuh dengan situasi rumah tanggaku. Dan ketika aku sepenuhnya menyadari semuanya, aku membelokkan setengah badanku untuk merasakan dekapan erat Bang Lukman, dan mengecup bibirnya. Bodo Amat disini ada Shafa yang menyaksikan perbuatan bundanya ini.
“Kamu kenapa?” tanya Bang Lukman. Mungkin dia merasakan ada sesuatu yang lain dari tindakanku tadi.
“Nggak apa-apa Bang…” jawabku manja. “Cuma… hmm..”
“Cuma apa?” potongnya.
“Gak papa. Aku cuma mau bilang, kalo aku senang ketemuan sama kamu tadi siang, aku gak nduga aja kita malah… mhh.. hihihihi…”
“Malah apa?” tanyanya lagi sambil tersenyum.
“Iyaa.. hihihi… aku gak duga aja, kalo kita malah ML. Aku gak nyangka. Aahh.. andai aja tadi aku gak jadi ketemuan sama kamu, mungkin aku nggak akan pernah ngerasain kamu Bang.”
Bang Lukman menciumi leher belakangku. Dan sambil tangannya meremas kedua payudaraku, dia berkata.. “Iya Fah.. seandainya tadi aku gak nganter kamu, mungkin aku juga gak akan pernah tahu kalo istrinya temenku ini, enak banget.. hehehe..” dia berkata begitu sambil menyelipkan telapak tangan kanannya ke arah selangkanganku yang tanpa penjagaan ini.. lalu dia mengelus dengan lembut alat kelaminku. Ada sensasi nikmat yang basah ketika dia memperlakukanku demikian. Lalu aku sedikit merenggangkan kedua kakiku.
“Enak gak Bang meki aku?” tanyaku lagi dengan manja.
“Enak banget… Hmm.. Boleh aku jujur Fah?”
“Iya.. boleh dong abangku….” jawabku sambil tersenyum. “Bang..” lanjutku, “..jangan berhenti.. di elus terus mekinya. Sambil diremes-remes Bang toket aku… hehehe..” Bang Lukman melanjutkan perbuatannya. “Kamu mau bilang apa tadi?”
“Janji jangan marah yaa…”
“Nggak sayaanggg….” jawabku manja.
“Hmmm…” Bang Lukman menarik nafas panjang. “Diluar dari apapun persahabatan dan perasaanku sama suamimu, aku tadi sempat berfikir. Pikiran gila sih.. tapi ya mau gimana.. itukan hanya di pikiranku..”
“Pikiran apa Bang? Kamu mikir apa?” tanyaku penasaran.
Lalu Bang Lukman meneruskan omongannya, sambil terus mengelus-elus vaginaku.. “Enggak.. aku tadi sempat mikir. Mikir jahat sih.. hmm.. aku mikir.. aku bersyukur lebih tepatnya. Aku bersyukur si Gunawan stroke. Karena kalau enggak, gak mungkin juga aku bisa nyobain memekmu...”
Aaahhh… senang sekali hatiku mendengar kata-kata Bang Lukman. Ternyata kami satu Frekuensi.. hehehee… lalu aku menjawabnya. “Iya Bang.. aku juga tadi berfikir gitu.. Baguslah dia stroke, jadi kita bisa kayak gini.. dan alhamdulilah juga kamu sekarang belom kawin lagi.. jadi nggak usah repot-repot mikirin istri di rumah ya Bang.. hehehehe…” Lalu Bang Lukman merespon kata-kataku dengan memalingkan wajahku seraya mengulum bibirku. Perbuatan kedua tangannya tetap dia lakukan dengan stabil.. aahhh… nikmat banget. Namun terlintas niatku untuk menggodanya.
“Bang.. kira-kira kamu mau lanjut ngerjain istrinya temenmu ini nggak?”
“Heh? Iyalah.. kenapa kamu nanya gitu?”
“Nggak apapa… cuma mau bilang.. suamiku ada di kamar sebelah lho.. kalo dia sampai dengar dan sampai tahu gimana?”
Bang Lukman tertawa.. “Heehhehe… Bodo amat! Salah sendiri dia stroke.. lumpuh pula. Meki istrinya kan jadi nganggur.. kasihan ini meki nggak ada yang nggenjot… terus, yang punya meki pasrah aja digenjot.. yaudah.. lanjut aja.. hahahaha…”
Aku tertawa mendengar jawabannya. Lalu dia gantian nanya, “Nah.. sekarang kamu..” katanya. “Ini kita mau ngewe lagi, tapi ada anakmu masih bangun. Terus kalo dia liat Bundanya lagi di ewe gimana?”
Aku kembali tertawa.. “Hehehehe… Bang. Aku aja masa bodo kamu ewe di rumah.. dan ada suaminya di kamar sebelah, apalagi cuma anak kecil nonton. Gak apapalaah Bang… hihihi…” Bang Lukman juga tertawa. Aku yakin, seandainya suamiku disebelah gak tidur, dia pasti mendengar suara tawa kami yang terdengar bahagia ini. Wkwkwkwk…
1942Please respect copyright.PENANA7LqvVQeqER
“Unda mau pipis ya?” tiba-tiba Shafa bertanya kepadaku. Aku sempat bingung, kenapa dia bertanya seperti itu. Namun sebelum aku sempat balik bertanya apa maksudnya, dia melanjutkan omongannya, “Unda dak pake nana? Meminya eliatan.”
Aku yang langsung paham maksud pertanyaannya, sempat tertawa sebentar. Lalu aku menjawab anakku itu, “Oooo… Nggak sayang.. Unda gak pakai celana dalam, bukan mau pipis. Tapi memi-nya Bunda tadi lagi diliat dan difoto-foto sama Om Lukman… Kata Om, Meminya Unda bagus..”
Bang Lukman tampak bingung dengan omongan Shafa. “Memi itu apa Fah?”
“Hehehe.. jadi gini bang.. biar suatu saat Shafa ngerti, sejak dini aku udah mulai ngajarin Shafa tentang anggota tubuhnya dan juga nama-namanyaa… gitu Bang..” Aku lihat Bang Lukman mengangguk-angguk. Lalu aku melanjutkan penjelasanku, “.. naahh… aku ngasih tau Shafa, kalau ini namanya Memey..” ujarku sambil menunjuk alat kelaminku, “..tapi dia bilangnya malah Memi..”
“Ooooo… Jadiii….” sahut Bang Lukman.
“Jadiii… Memi itu adalaahh.. meemm… mek!” kataku dengan cepat. “Memek itu adalaahh… lobang yang tadi kamu masukin pake kontol kamu.. Hahahaha..”
“Haha..ada-ada aja kamu.. terus Shafa nyebut kontol bapaknya apa?”
Aku tertawa geli mendengar pertanyaan Bang Lukman. “Hahahaha.. Baaang, punya bapaknya Shafa namanya.. titit.. bukan kontol, karena nggak sebesar punya kamu.. dan Shafa belum pernah lihat kontol sama sekali. Aku belum pernah ngajarin juga.. makanya dia belom tau kalau ada barang yang namanya kontol. Dan udah pasti belom ada namanya..”
“Oh.. hehehehe… terus, kapan kamu mau ajarin? Maksudku, kapan kamu mau kasih tau tentang kontol ke Shafa?”
Aku terdiam sejenak. Aku gak tau harus menjawab apa. “Hmm.. ga tau deh Bang.. Nggak dulu deh kayaknya.. belum waktunya..”
“Gak adil itu namanya..” Ujar Bang Lukman. “Di kenalin juga dong Bun.. biar dia gak bingung.. Kalo kamu mau, ngenalinnya pake punyaku aja..” tanya Bang Lukman lagi sambil menggesekkan kontolnya dipunggungku seraya tersenyum nakal.
1942Please respect copyright.PENANAijrOL2QQlg
Aku berfikir sebentar. Apakah pantas dan etis, kalau aku sebagai perempuan, sebagai seorang ibu lebih tepatnya, memperlihatkan, mengenalkan dan mengajarkan tentang alat kelamin laki-laki, apalagi sebesar punya Bang Lukman, kepada anak perempuan seusia Shafa? Dan parahnya lagi, barang itu bukan punya bapaknya.. Biar gimanapun, dia adalah anakku sendiri, Aku takutnya Shafa malah takut, dan akan bercerita ke entah siapa kalo dia ngeliat barangnya Bang Lukman.
“Fah..” lanjut Bang Lukman. “Kamu tadi bilang, katanya kamu oke-oke aja kalo kita ngewe di deket Shafa.. coba bayangin, kalo misalnya kita lagi ngewe, terus dia ngeliat kontolku, apa kira-kira yang ada dipikirannya? Kalau sampai dia bercerita ke orang lain gimana?”
Aku tersenyum. “Hmmm.. jangan sampe dikeluarin kontol kamu. Kamu buang pejunya di dalem memek aku aja…” kataku. “Naah.. kalo lagi nggak ada Shafa, baru kamu boleh nyemprotin peju kamu di muka aku… hihihhihi…”
“Hanifaahhh… aku serius..” sahut Bang Lukman, “..misalnya nih.. kamu lagi pengen nyepong, terus ada anakmu ngeliat.. kayak tadi misalnya, kamu mau bilang apa? Apa yang kamu bisa jelaskan ke Shafa tentang kontolku kalo dia tanya?”
Aku terdiam sejenak. Ada benarnya juga kata-kata Bang Lukman. Tapi ini adalah prinsip. Aku gak mau jadi orang yang mengenalkan alat kelamin laki-laki pada anak perempuanku yang masih kecil ini. Namun Bang Lukman mengingatkan aku, kalau Shafa tadi pasti sempat melihat perbuatan bundanya.
1942Please respect copyright.PENANA2vFtgNT5nM
Akhirnya dengan kesadaran seperti itu, aku bilang ke Bang Lukman.. “Bang, Aku tetep gak mau kasih tau Shafa, aku kan anak cewek… bundanya pula.. pamalik tau Bang..!” Kataku dengan manja. “Tapiii.. kalau kamu yang mau kasih tau, yaa… gapapa.. Kamu kan anak cowok, jadi wajar kalo kamu yang ngasih tau Shafa tentang barangmu.. aku bolehin kok. Tapi kamu harus bikin nama buat kontolmu ya Bang, biar Shafa gak salah nyebut didepan orang. Gimana?” Bang Lukman menjawabku dengan senyuman manisnya. Tak lama kemudian, dia menggeser posisi dudukku, dan dia berdiri di samping tempat tidur. Bang Lukman tersenyum mendengar persetujuanku. Lalu setelah dia mengecup bibirku, dia menarik nafas panjang.. heheheeh…
1942Please respect copyright.PENANAqtWjtyLZCB
“Bismillahirohmanirohiiimmm..” Aku dan Bang Lukman menyebut basmalah berbarengan.“Shafa..” kata Bang Lukman, “Om mau cerita, boleh yaa..” Aku lihat si Shafa ngeliatin Bang Lukman dengan excited, sementara bundanya ini tegang sekali.. gak tau apa yang mau dikatakan dan dilakukan sama teman bapaknya ini. “Jadi..” lanjut Bang Lukman, “Barusan, Om sama Bunda lagi ngomongin memi kamu sama meminya Bunda. Safha sama Bunda kan anak cewek.. kata Bunda, anak cewek kalo pipis, keluarnya dari Memi ya..?” Aku lihat Shafa mengangguk-angguk.
“Nahh..” lanjut Bang Lukman, “Bundanya Shafa tadi nanya, kalo anak cowok kayak Om, pipisnya keluar darimana.. Om kasih tau yaa..mmhh.. kalo anak cowok, pipisnya gak keluar dari memi..”
“Terus, keluar pipisnya darimana Om?” Aku sengaja pura-pura bertanya.
Aku lihat Bang Lukman tersenyum. “Kalo anak cowok, keluarnya dari sini Bun..” Bang Lukman berbicara seperti itu sambil menurunkan celana pendeknya. Dan tak lama kemudian, keluarlah kontol besarnya yang belum ngaceng sama sekali itu di hadapanku dan anak perempuanku. “Kalo anak cowok, pipisnya pakai yang kayak gini, sayang..” lanjutnya sambil menggenggam, mengocoknya dengan pelan, lalu mengarahkan dan memutar-mutarkan kontolnya ke depan muka Shafa. Aku lihat si Shafa malah tersenyum. Dan sumpah demi Awloh, ada yang mendesir di dada dan kelaminku ketika melihat senyuman Shafa.
Lalu Bang Lukman kembali melanjutkan pembicaraannya sambil terus mengurut dengan perlahan batang besarnya itu dengan gagah. “Nah.. Bundanya Shafa tadi lagi lihat ini sayang.. dia senang sekali sama ininya Om. Kalo buat Bunda, Om bilangnya ini.. Kon.. tol.. tapi kalo buat Shafa, panggil aja ini Koko ya naakk..” Aku lihat Shafa mengangguk-angguk sambil tersenyum senang.
Kemudian, dengan suara bergetar, aku minta Bang Lukman memajukan kontolnya lebih dekat ke arah Shafa, dan pada saat bersamaan, aku berlutut untuk mendekatkan wajah Shafa ke arah kontolnya Bang Lukman. Lalu aku suruh si Shafa menggenggam leher kontol Bang Lukman, seraya berkata.. “S.. Sa.. Salim dulu nak sam.. sama Koko-nya si Om.. kenalan dulu ya sayang..”
1942Please respect copyright.PENANAJAEKyTrthR
Tanpa ragu, Shafa memegang kontol Bang Lukman dan mengecup palkonnya, selayaknya dia sedang saliman tangan. Bang Lukman tertawa, sambil tangan kirinya mengelus lembut rambut Shafa. Sementara tangan kanannya menggenggam kontolnya sendiri, seraya merabakannya ke bibir Shafa sampai ke pipinya. Entah kenapa, birahiku timbul dengan liar ketika melihat adegan itu… aahhh… ini momen indah, pikirku. Lalu aku rekam dengan hapeku semua adegan erotis itu.
Dan jujur saja, aku senang dengan keadaan ini. Karena ternyata Shafa nggak takut atau kaget, melihat dan memegang kontol sebesar itu. Malah Bundanya yang gemeteran melihat pertemuan pertama Shafa dengan sebatang Kontol.
Apalagi kalau membayangkan, bahwa Shafa sebentar lagi juga akan melihat, kalau benda yang baru saja dia kenal itu akan menjadi lebih panjang, lebih besar, lebih gendut dan lebih mengeras dengan dihiasi urat-urat yang menonjol melingkarinya.. daaannnn.. parahnya, Shafa juga akan melihat, kalau benda yang menggantung di selangkangan teman bapaknya itu, akan masuk serta merojok-rojok selangkangan bundanyaa.. hmm.. nikmat sekali membayangkannya.. hahahahaa….
Lalu aku berbicara ke Shafa. “Sayang, kamu udah kenal kan sama ini?” tanyaku sambil menggenggam kontolnya Bang Lukman yang mulai membesar. Shafa mengangguk-angguk sambil tersenyum. “Naahh… sekarang gantian bunda yang mau kasih tau kamu. Kamu tadi udah minum susu kan?” Shafa mengangguk-angguk. “Naahh.. sebentar lagi, Bunda yang mau minum susu..”
“Nda mimik cucu juga?” tanyanya.
“Iya nak.. susu yang mau Bunda minum, keluarnya dari dalam Koko-nya Om Lukman.” kataku sambil mengocok dengan gemas kontolnya si Abang. “..tadi Shafa sempet lihat Bunda lagi mamam si koko kan? Itu Bunda lagi mau ngeluarin susunya.. tapi nanti kalo Shafa lihat Bunda negeluarin susunya Om, jangan cerita ke nenek ya? Karena nanti Bunda ngeluarin susunya Om, pakai mulut dan meminya Bunda..”
“Iya Ndaa…” jawabnya.
“Iyaa.. jangan cerita-cerita ke siapa-siapa..”
“Kalo ayah dikasih tau gak Bun?” tanya Bang Lukman menggodaku.
Aku tertawa sambil menjawab, “Kalo Ayahnya Shafa, nanti Bunda aja yang kasih tau… Bunda mau ngomong ke ayah, kalo kontolnya.. eh.. koko-nya temennya ini GEDE BANGET… hahahaha… udah gede, enak pula…”
Kemudian, aku bangkit berdiri dan melepas lingerie-ku. Kini aku dan Bang Lukman sudah telanjang bulat di depan Shafa.. hehehehe… Lalu Bang Lukman juga ikut berdiri. Sambil memeluknya, aku berkata kepada Bang Lukman. “Bang.. situasi udah aman terkendali.. udah bisa nih memeknya istri temenmu ini di pake lagi. Tapi sekarang di depan anaknya lhooo.. hihihhi..
“Yasud, aku nyuci memek dulu ya sayang.. sebentar. Kamu disini aja sama Shafa, kasih tau kegunaan kontolmu apa aja selain buat kencing.. oke sayang?”
“Siap.. tapi apa yang harus dijelasin ke bocah cilik kayak gini ya Fah?”1942Please respect copyright.PENANAAXMfb9KzVt
“Hihihi… ya ceritain aja, kalo kontol kamu nanti mau di masukin ke memek bundanya, buat ngeluarin susu kamu. Terus bilang, kalo kontol kamu juga bisa bikinin adek bayi buat dia. Daann, ceritain juga, kalo kontol kamu jauh lebih besar dan lebih hebat dan enak daripada titit bapaknya.. daan.. hmmm… bilang ke Shafa gak ya?”
“Bilangin apa?” tanya Bang Lukman bingung.
“Hmm.. bilangin aja deh.. gapapa juga..”
“Bilang apa?”
Aku merangkul leher Bang Lukman dan mengulum bibirnya. Lalu aku berkata, “Bilang sama Shafa Bang.. kalo Bundanya seneng banget memeknya bisa di ewe sama kontol sebesar punya kamu.. daann.. hmm.. ngerasa nyesel memi-nya pernah dimasukin titit bapaknya..”
Bang Lukman menatapku dalam. “Beneran?”
“Iyaa… beneran bilang gitu..”
“No.. maksudku, Kamu beneran nyesel kamu udah dikawinin Gunawan? Gitu?”
Aku balik menatap mata Bang Lukman dalam-dalam. “Iya Bang.. malam ini aku baru ketemu sama lelaki yang punya kontol gede. Kamu! Aku gak tau besok-besok akan gimana dan seperti apa, tapi yang jelas, malam ini kamulah laki-lakiku. Seumur hidup, aku hanya bisa membayangkan gimana rasanya di ewe sama kontol sebesar punya kamu. Awloh menjawab doaku, Bang.. karena kontol seperti punya kamulah yang aku bayangin selama ini. Dan ternyata… uuhh.. cocok banget sama memek aku… aku gak nyesel kamu ewe, Bang.” Bang Lukman tersenyum penuh arti. “Bilang gitu ya sayang… beneran lho iniiii…. sumpah demi Awloh!” lanjutku.
“Hahahaha…. Siap Bundaaa…” ujar Bang Lukman.
Segera setelah itu, aku beranjak menuju kamar mandi sambil telanjang bulat. Namun sebelum aku ke kamar mandi, aku sengaja menuju kamarku untuk melihat suamiku. Mau liat dia tidur apa enggak. Lalu aku melongok dari pintu yang aku buka sedikit. Iya.. Mas Gun tertidur pulas.. Alhamdulilah, ujarku dalam hati. Sekilas aku ingin menimbulkan rasa kasihan lagi dengan kondisinya. Namun perasaan itu segera hilang, karena tergantikan dengan rasa jijik yang luar biasa.. maksudku, melihatnya tergeletak tak berdaya seperti itu, malah makin membulatkan tekadku untuk menceraikan dan meninggalkan dia.
Terserahlah kalo adiknya mau ngurusin.. tapi yang jelas, aku udah capek.. udah bodo amat, udah bosan dan jenuh. Apalagi mengetahui, kalau malam ini, ada laki-laki gagah yang masih doyan sama aku. Aku bersyukur sama Awloh bahwa memekku masih bisa menikmati dan dinikmati oleh kontol laki-laki, biarpun bukan oleh titit suamiku.. tapi oleh kontol besar temannya sendiri..
Dengan nekat, aku masuk ke dalam kamar. Aku berjalan pelan ke samping suamiku, aku berlutut dan berbisik di telinganya. ‘Alhamdulilaahhh elo stroke, njing!’ kataku. ‘Gue mau bilang, kalo barusan, memek istri lo ini, di pake sama teman lo sendiri.Gue puas dientot sama Lukman! Apalagi ternyata, kontolnya temen lo itu, jauuuuh lebih besar daripada titit lo.. Jangan marah kalau malam ini, gue memutuskan, kalo gue lebih memilih si Lukman daripada elo.
Dan daripada mempertahankan rumah tangga kita, mendingan gue pacaran dan kumpul kebo sama temen lo. Kenapa begitu? Karena gue pengen, memek gue di ENTOT terus sama kontolnya temen lo!” Lalu, secara naluriah, aku meludah ke lantai.. ‘cuihh..’
Sekilas aku melihat matanya sedikit membuka, walau sebentar. Aku tersenyum melihatnya. Gak mau berlama-lama, aku segera beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan alat kelaminku. Aku udah gak sabar pengen di ewe lagi sama Bang Lukman. Walaupun kali ini di depan anakku sendiri..1942Please respect copyright.PENANAaHMe3GQrrk
1942Please respect copyright.PENANA49JQIJk5pT
Chapter 3.1 - Alat Kelamin Kami1942Please respect copyright.PENANAfp8gHaCByX
Ada sekitar 10 menit-an aku di kamar mandi. Setelah merasa bersih dan wangi, aku buru-buru beranjak ke kamarnya Shafa. Daannnn… Subhanallaahhhhh… aku hanya bisa berdiri termangu di depan pintu kamar. Bagaimana tidak? Bang Lukman sedang duduk di atas tempat tidur, kontolnya sudah menjulang tinggi. Sementara anakku duduk di hadapannya sambil memegang-megang batang besar yang sebentar lagi akan masuk ke liang kenikmatan milik bundanya. Lalu, dengan langkah pelan, aku masuk ke dalam kamar.
Lalu aku bertanya dengan suara yang sedikit gemetar. “Shafa.. kamu lagi apa? Itu Shafa lagi pegang-pegang apa nak?” Aku lihat Bang Lukman tersenyum.
“Agi egang koko, ndaaa….” jawab anak perempuanku itu.
“Aku dan Bang Lukman tersenyum melihat kelakuan si Shafa. “Shafa..” ujar Bang Lukman, ”..tadi Om kasih tau gimana nak? Kokonya Om mau ngapain? Kasih tau bunda dong…”
“Undaa..” sahut Shafa. “..kata Om, Om mau nayoh adek bebi pake koko-nya Om ke dalem memi-nya bunda.” Sumpah.. mendengar anakku berbicara seperti itu, ada cairan yang mengalir lembut dari dalam memekku.1942Please respect copyright.PENANAEo2pGlFU7d
“Iya.. Shafa mau adek bayi kaan? Naahh.. sekarang Shafa di tempat tidur dulu yaaa… Bunda sama Om mau bikinin dedek bayi dulu buat Shafa.. nurut ya naakk..” aku sengaja berbicara seperti itu karena aku udah gak tahan pengen di ewe sama Bang Lukman.. uuhhh…
“Oiya nak…” lanjutku. “Om tadi cerita nggak?” Aku lihat wajah Shafa terlihat bingung. “Bunda mau tanya, Om Lukman tadi cerita nggak kalau koko-nya lebih besar dan lebih panjang dari punya ayah?” Shafa menggeleng. Lalu sambil tersenyum, aku melanjutkan pembicaraanku dengan anak perempuanku itu. “Iya nak.. Bunda mau kasih tau kamu, kalau kontolnya Om.. eehh.. koko-nya Om, lebih besar dan lebih enak dari punya ayah kamu. Nah mulai sekarang, memi-nya Bunda cuma mau di masukin koko-nya Om aja… hihihi…”
“Macuk Memi unda?” tanya Shafa. Aku mengangangguk-angguk.
“Iya nakk… Sekarang, Om mau masukin koko-nya ke memi unda yaa….” Kemudian, aku segera mengajak Bang Lukman untuk pindah lokasi ke lantai yang beralaskan karpet tebal. Bang Lukman segera membaringkan tubuh atletisnya itu.
Tanpa mau berlama-lama, aku segera berlutut di hadapan selangkangan teman suamiku ini. Sekarang posisi mulutku hanya terpisah sekian milimeter saja dengan kepala kontol Bang Lukman yang mengkilat dan menggoda. Dia malah sengaja menempelkan kontolnya ke bibirku, lalu merabakannya ke pipi, kemudian ke seluruh wajahku. Ini seksi dan erotis banget, pikirku.
Aku hanya diam saja sambil tersenyum. Mataku terpejam merasakan dan menikmati setiap lekuk dan urat kontolnya Bang Lukman di wajahku. Sementara jari-jari tanganku bermain di kelentitku sendiri. Lalu, Bang Lukman memanggil namaku.. “Fah..”
“Ya Bang..” jawabku manja.
“Buka mulutmu sayang..”
Aku sengaja menggodanya. “Buat apa? Mau di apain?” ujarku sambil tersenyum genit.
Bang Lukman tidak menjawab. Aku langsung membenamkan kontolnya ke dalam mulutku yang memang sudah siap untuk menelan batang besar ini. Aahh.. kontolnya Bang Lukman terasa penuh mengisi rongga mulutku.
Aku lalu mengulumnya dengan beringas, sambil sesekali menjilati kepala kontolnya yang sudah terlihat mengkilat karena terkena air liurku. Tanganku juga ikut bekerja dengan mengocok batang besar berurat ini.1942Please respect copyright.PENANAhemBXK9mJU
1942Please respect copyright.PENANA9MVAZItijN
Sementara Bang Lukman mendesah keenakan sambil tangannya mengelus rambutku. Dan ketika aku sedikit menengadah untuk melihat wajahnya, Bang Lukman ternyata juga melihat ke arahku. Dan ketika kami saling bertukar senyum penuh arti. Aku sadar, Bang Lukman menyukai cara mulutku yang memanjakan kontolnya.
Dan dengan kesadaran itu, aku mulai menjilati lagi kontolnya, mulai dari lubang duburnya, perlahan naik.. naik.. naik.. dan ketika lidahku mencapai kepala kontolnya, dengan gerakan buas yang tiba-tiba, aku kembali mengulum keseluruhan kontol Bang Lukman sambil kedua tanganku mengocok, menggenggam dan memuntir batang kontol yang sekarang menjadi subyek dan fokusku. Bang Lukman mendesah keenakan..
Lalu dengan gerakan spontan yang erotis, Bang Lukman menarik tubuhku untuk dia peluk. Posisiku sekarang berada di samping tubuhnya yang atletis itu. Dia kulum bibirku.. dia sedot lidahku dalam-dalam kedalam mulutnya. Aku segera berusaha mengimbangi ciuman dan kuluman di mulut Bang Lukman sambil tetap menggenggam dan mengocok kontolnya..
Aku memagut bibirnya, dia makin liar dengan pergerakanku yang makin binal. Tiba-tiba terlintas sebuah ide di kepalaku. “Bang..” panggilku lembut.
“Ya Bun?”
“Buka mulutmu deh…” kataku lagi dengan nada manja namun terdengar tegas. Lalu tanpa berlama-lama, Bang Lukman segera membuka mulutnya. Aku sedikit menaikkan posisi kepalaku. Kemudian aku jatuhkan ludahku perlahan-lahan kedalam mulutnya Bang Lukman.
Dia menelan ludahku dengan sebegitu seksinya. “Lagi?” tanyaku. Bang Lukman kembali membuka mulutnya, dan aku segera mengulangi perbuatanku tadi. Di kali ketiga, secepatnya dia menelan ludahku, aku segera membungkam mulutnya dengan mulutku, dan aku mengulum bibirnya lagi.
1942Please respect copyright.PENANAKU5lOVOKjw
Sementara itu, selangkanganku yang menjepit paha kanan Bang Lukman, mulai aku gerakkan naik-turun, sehingga Bang Lukman mulai merasakan rangsangan birahi yang diperbuat memekku pada tubuhnya. “Memekmu udah basah Bun..” kata Bang Lukman yang aku sambut dengan anggukan kepala yang manja sekali. “Memeknya Bunda mau di masukkin kontolnya Om sekarang?” tanyanya lagi. Seketika, aku merasakan getaran-getaran kedut yang nikmat sekali pada memekku. Kemudian, aku mengambil posisi duduk diatas selangkangannya. Lalu aku mulai menggenggam kontol besarnya itu, dan langsung mengarahkannya ke memekku. Aku sedikit menaikkan pinggulku, untuk nantinya akan memudahkan Bang Lukman ketika dia siap menancapkan kontolnya.
Namun baru saja aku akan bersiap memasukkan kepala kontolnya Bang Lukman, terdengar ada suara memanggilku dari atas tempat tidur. Si Shafa.. “Unda agi mau apa?”
Hmm.. ini momennya, pikirku. Lalu aku berkata pada Shafa, “Nah.. ini Bunda mau ngeluarin susunya Om Lukman nak..” kataku.
“Elualinna pake apa nda?”
Aku tersenyum mendengar pertanyaan polos anakku ini. “Mmhh.. susunya Om kan adanya di dalem Koko-nya Om Lukman nak..” lanjutku. “..Nah, Bunda ngeluarinnya pake Memi-nya Bunda.. jadi kayak di peres-peres gitu..” Aku lihat Shafa mengangguk-angguk. Aku yakin dia gak ngerti. Tapi bodo amatlah.. hihihi….
Lalu aku memastikan Bang Lukman untuk tetap berbaring terlentang. Kemudian aku bilang, kalau aku pingin di atas. “Biarin aku yang kerja Bang.. kamu nikmatin aja Memi-nya istri temanmu ini ya Bang.. hihihii…”
Dan setelah Bang Lukman menemukan posisi nyamannya, aku segera duduk diatas perutnya, dengan posisi membelakanginya. Setelah posisi kontolnya hanya tinggal beberapa centimeter saja dari memekku, aku berkata pada Anakku.
“Shafa, Unda sekarang mau ngeluarin susu dari Koko-nya Om pakai memi-nya Bunda. Kamu diam aja yaa.. kamu main boneka aja, atau kalau kamu mau liat Unda juga gapapa..” kataku. Dan beberapa saat kemudian.. bleess.. Aacchhhh… sshhh… kontol besar Bang Lukman mulai aku masukin perlahan-lahan. Aku melirik ke arah Bang Lukman. “Bang.. kontolmu.. enak bangetthh…” ujarku sambil mendesah.1942Please respect copyright.PENANANjxeNERIob
Kemudian, aku menopangkan tanganku ke belakang, di atas dada bidangnya Bang Lukman. Sementara pinggulku mulai aku gerakkan maju mundur, dan terkadang aku membuat gerakan naik turun. Aku goyang dengan binalnya kontol besar yang sedang berada di dalam memekku ini. Sekilas aku lihat, Shafa sudah mulai bermain dengan bonekanya.. dia kadang memperhatikan Bundanya yang sedang memanjakan birahinya ini.
Kemudian, aku melirik ke belakangku.. aku melihat mata Bang Lukman terpejam. Dia benar-benar menikmati memekku ini. Tapi jujur aja, aku agak nggak terlalu perduli dengan Bang Lukman.. maksudku, aku pingin lebih bisa berfokus pada kenikmatanku sendiri. Jadi, sebisa mungkin aku ingin mendapatkan orgasmeku terlebih dahulu.
Akhirnya dengan kesadaran itu, aku membungkukkan tubuhku. Sekarang kedua tanganku bertopang di sisi dalam kakinya Bang Lukman, tubuhku berlekuk sedemikan rupa, sehingga sekilas aku melihat di cermin meja rias, tubuhku terlihat meliuk dengan seksinya..
Aaahh.. aku bangga sekali dengan tubuhku ini.. hiihihihi… dan dengan posisi seperti itu, otomatis pinggulku jadi agak sedikit naik ke atas. Posisi ini nyaman sekali buatku, karena kontolnya Bang Lukman jadi semakin bengkok di dalam memekku. Dan tak lama setelah itu, aku kembali menaik turunkan pinggulku, kali ini dengan semakin beringas dan liar. Untuk menyikapi pergerakanku, Bang Lukman mencengkeram bokongku dengan lembut. Aku tahu, dia begini supaya dia dapat mengontrol orgasmenya.
Tapi itu nggak lama. Bang Lukman lalu menyuruhku menungging. Aku dengan sigapnya, segera memposisikan tubuhku untuk tengkurap di depan Bang Lukman, yang pada saat bersamaan, sedikit bangkit untuk berlutut di belakangku.1942Please respect copyright.PENANAqeR9RYheDm
Dan itu dia lakukan tanpa mengeluarkan kontolnya dari dalam memekku… aahhh… hebat sekali lelaki ini, pikirku. Hal ini bisa terjadi karena, ya.. itu tadi.. kontolnya sangat panjang. Jadi gak akan terlepas keluar dari dalam memekku kalau lagi doggy.
Soo.. kami benar-benar nggak mau kehilangan momen nikmat ini. Lalu setelah posisi kami sempurna, aku kembali menaikkan pinggulku dan mengangkangkan kedua kakiku, seraya merebahkan dadaku. Tanpa berlama-lama, Bang Lukman dengan gilanya, memompa memekku dengan liar.
Dan dia bekerja dengan tanpa henti.. sebentar dia menancapkan dalam-dalam kontolnya, supaya liang dalam memekku merasakan kedutan-kedutan uratnya.. lalu dia kembali maju mundur dengan cepat.. begitu berulang-ulang.
Aku kagum dengan staminanya. Kemudian aku memalingkan wajahku ke arahnya. Aku tersenyum melihat wajahnya yang terlihat sedang dilanda kenikmatan birahi. “Enak Bang kontolmu?” tanyaku sambil sedikit terengah-engah. Bang Lukman tidak menjawab. Dia hanya mengangguk. “Memek istrinya temenmu ini enak, sayang?” kembali dia mengangguk-angguk. “Anaknya temenmu ngeliatin tuh Bang.. pengen cepet-cepet punya adek.. pejumu buang di dalem aja ya sayang.. Bundanya Shafa di hamilin aja.. aahhh.. Bang.. masyaawloohh…”
1942Please respect copyright.PENANAEjvetec557
Di saat aku mau menggodanya lagi, aku merasakan orgasmeku malah mulai mendera dengan hebatnya. Aahhh… nikmat sekali.. akhirnya aku bisa merasakan orgasme dengan kondisi memek yang masih di hujam bertubi-tubi oleh kontol yang besar… aaahhh… “Bang.. aku dapethh.. sshh..”
Di saat laju orgasme masih melandaku dengan hebat, Bang Lukman tiba-tiba juga bilang kalau dia mau keluar. “Ssshh… uuhh… buang di.. mana.. ini, Fah?” Dia sudah nggak kuat rupanya.
Lalu aku membuat gerakan kegel, yang malah makin membuat Bang Lukman belingsatan. “Aahh.. gila kamu Bun.. enak bangethh.. sshhhh..”
Kembali aku meliriknya sambil tersenyum manja. Bang Lukman bertanya lagi, “Udah di ujung ini Buunn.. aku buang dalem aja ya..” Aku tidak menjawab. Aku hanya kembali tersenyum, tapi kali ini sambil mengangguk-angguk menyetujui permintaannya. Tak lama kemudian.. dia meremas dan menarik kedua bongkahan pantatku sambil menekan pinggulnya semakin rapat dengan selangkanganku, otomatis itu membuat seluruh batang kontolnya masuk semakin dalam ke memekku. Kemudian… Aaahhhh… desah Bang Lukman panjang dengan nada puas.
1942Please respect copyright.PENANACuyrZnZGpx
Di dalam memekku, kontolnya terasa berkedut-kedut liar, semua urat dan ototnya terasa menegang.. dan terasa sekali kalau batang kontolnya menggendut. Tak lama kemudian, meledaklah bom peju itu di dalam memekku. Cairan yang banyak, panas dan kental, terasa membanjiri rongga dalam memekku.. Hihihihi.. Ada 5 kali dia mengejan keras untuk menuntaskan semprotan-semprotan pejunya..
Namun karena aku teringat janjiku pada Shafa, aku berbisik ke Bang Lukman. “Kira-kira masih ada gak Bang pejumu yang belum keluar?” Dia mengangguk. “Bunda mau mimik cucunya Om dong…” pintaku manja. Bang Lukman mungkin teringat omonganku dengan Shafa. Lalu dia mencabut kontol besarnya yang masih tertancap mantap dan lengket di dalam memek sempitku. Ada bunyi ‘plop’ pelan ketika kontolnya terlepas. Kami berdua tertawa penuh arti, karena mengingat kejadian yang sama tadi sore di dalam mobilnya Bang Lukman.
Aku sadar, ada banyak lelehan peju Bang Lukman yang keluar dari dalam memekku, tapi aku bilang ke Shafa. “Nak.. ini susunya Om udah keluar, Unda mau mimik yang dari Koko-nya Om yaaa…” langsung aku genggam kontolnya Bang Lukman seraya mengurut batang besar yang masih basah itu. Dan benar saja, masih ada cairan putih kental yang keluar dari dalamnya. “Nih cucunya nakk..” langsung aku menadahkan lidahku dibawah kontolnya Bang Lukman, untuk menerima semprotan-semprotan terakhir pejunya.. yaa.. sekedar memberitahu dia, kalau kesannya, cairan sperma ini memang beneran susu.. hahahaha….
Setelah aku memastikan tak ada lagi yang keluar, segera aku menghadapkan wajahku ke Shafa, dan membuka mulutku. Ada banyak pejunya Bang Lukman yang tertampung di dalam rongga mulutku. Aku lihat Shafa tersenyum. Kemudian aku telan semua cairan putih nan gurih itu… “Hmmm.. susunya Om enak bangeetthhh… Ahhhhh….” ujarku. Dan hanya karena gerak naluriahku sajalah, aku langsung mengulum lagi batang kontolnya Bang Lukman untuk membersihkannya.
Diluar dugaanku, Shafa bertanya. “Cucunya Om enak Nda?” Aku tersenyum mendengar pertanyaannya. Sambil demikian, aku malah iseng mengambil pejunya Bang Lukman yang ada di bibirku dan menorehkannya di bibir Shafa. “Iiiiihh.. acciinnn uunndaaa…” protesnya. Aku dan Bang Lukman tertawa terbahak-bahak.
“Kamu tuh..” ujar Bang Lukman. “..iseng banget. Kasihan tau si Shafa..” lanjutnya sambil menyeka bibir anakku itu dengan celana pendeknya. Lalu Bang Lukman menggendong Shafa. Gilak! Pikirku.. pemandangan di hadapanku ini seksi banget.
Shafa menyandarkan kepalanya di bahu Bang Lukman yang masih telanjang bulat, dengan batang kontol yang masih mengacung basah, tegak berdiri panjang dan gagah. Tak mau menyia-nyiakan hal ini, aku segera mengabadikan moment itu dengan hapeku. Dan hanya dengan naluri keibuan sajalah, aku akhirnya juga bangkit berdiri dan memeluk mereka.
“Asin ya nak cucu-nya Om?” tanyaku pada Shafa. “Tapi enak gak?” Aku lihat Shafa mengangguk-angguk. “Shafa mau lagi cucu-nya Om?”
“Mau..” jawab Shafa girang dengan suara kanak-kanaknya.
Lalu aku mengambil peju Bang Lukman yang masih ada di dalam memekku dengan 2 jariku. Lalu aku menyodorkannya ke mulut Shafa. Anakku itu langsung mengulum jari-jariku yang dilumuri sperma segar Bang Lukman yang sudah bercampur dengan cairan kenikmatan bundanya. “Enak sayang?” tanyaku. Shafa kembali mengangguk-angguk riang.
Sementara Bang Lukman memeluk aku dengan erat, lalu mengecup pipi Shafa, dan bibirku. Kemudian aku berkata pada Shafa, “Heehehhee… nanti Bunda mau keluarin cucu-nya Om lagi yaa..” kataku pada anakku itu. “Nanti kita minum berdua…”
Lalu aku berbisik kepada Bang Lukman, “Anakku yang masih kecil aja doyan sama peju kamu, Om.. gimana bundanya.. uuuhhh… hihihihihi…” Aku dan Bang Lukman tersenyum berbarengan.
1942Please respect copyright.PENANAlNuVCieSNk
Tak lama kemudian, aku duduk dipinggiran tempat tidur seraya mengangkangkan kedua kakiku. Bang Lukman yang baru saja membaringkan Shafa, segera berinisiatif untuk membersihkan memekku yang masih basah akibat cairan kenikmatan kami berdua, dengan menggunakan celana pendek yang tadi dia pakai untuk mengelap bibirnya Shafa. Setelah itu, Aku, Bang Lukman dan Shafa berbaring bertiga.. walaupun kondisi kami akward banget, yaa.. karena mungkin, aku dan Bang Lukman masih telanjang, tapi hal ini sudah lama tidak aku lakukan. Dulu, aku dan Mas Gun sering seperti ini untuk menidurkan Shafa.. walaupun gak telanjang yaaa....
Namun sudah setahun ini, aku hanya sendiri. Makanya, aku sangat senang dengan kehadiran Bang Lukman, yang menurutku, seperti menyalakan lagi api kehidupanku. Bahkan dia bernilai PLUS.. karena dia.. hihihi.. hmmm… karena dia.. punya kontol yang lebih besar dari suamiku yang lumpuh itu…
Lalu aku meminta Bang Lukman untuk berbaring dibelakangku. Dan menyuruhnya menyelipkan kontolnya ke belahan pantatku.
“Masih gede aja kontolmu, bang, padahal udah ngecrit dari tadi.. hihihihi..” ujarku.
“Biar kamu sama anakmu seneng!” katanya asal. Hehehehe…. Ada jeda sedikit yang membuatku agak terdiam sebentar, karena mengingat semua hal yang tadi aku lakukan bersama Bang Lukman. “Bun..” panggil Bang Lukman. “kenapa bengong?”
Aku tersenyum. “Nggak bengong kok.. cuma lagi ngebayangin pas tadi di doggy sama kamu. Enak banget…”
“Jangan bilang kamu belum pernah di doggy…” goda Bang Lukman.
“Hahahaha… ya udah lah baaanngg… tapi baru kali ini.. baru sama kamu, nge-doggy nya sempurna banget. Sampe aku ngerasa jadi kayak anjing beneran.. hahahaha…” Bang Lukman tertawa mendengar omonganku.
“Kenapa gitu?” tanyanya.
“Yaaa… mungkin karena kalo sama si Gunawan, pas dia nge-doggy, sering banget tititnya copot.. maksud akuuu.. tititnya sering keluar dari dalem memek aku. Beda sama kamu sayang.. kamu mah gak copot-copot.. hahaha.. malah makin nancep! Hihihihi….”
Lalu aku melihat jam, sudah pukul 1/2 1 pagi. Aku mengajak Bang Lukman untuk ke kamar mandi. Setelah ‘minta izin’ sama Shafa.. hehehehe… “Shafa, Bunda sama Om mau bersihin Memi sama Koko dulu yaa... Kamu disini dulu ya nak. Gak apapa kan sayang?” Shafa mengangguk-angguk sambil tersenyum.
Lalu dia bertanya, “teyus, ntal unda mimik cucu-nya Om agi?”
Aku tersenyum mendengar pertanyaan polosnya. “Iya sayang.. abis bunda sama Om mandi, bunda mau minum susunya Om lagi.. kamu mau?” Shafa mengangguk riang.
Lalu aku berkata pada Bang Lukman, “Bang.. anaknya kayaknya doyan banget tuh sama peju kamu.. hihihihi… pake lagi ya memek bundanya, biar aku sama anakku bisa minum peju kamu… hahahahahah…”
“Siap..”1942Please respect copyright.PENANAcCAfyrfNOw
Setelah bersih-bersih, Aku dan Bang Lukman yang masih telanjang bulat, berinisiatif untuk melihat suamiku yang tertidur pulas. Kami hanya senyam-senyum saja berdiri di samping tempat tidur. Bang Lukman memelukku dari belakang sambil meremas kedua toketku. Lalu dia berbisik di telingaku. “Fah.. setelah kamu merasakan kontolku, apa satu kata buat orang ini?”
Aku menjawab Bang Lukman sambil tersenyum. “Jijik!”
“Terus kamu maunya apa sama aku?” tanyanya lagi. Lalu aku memutar tubuhku menghadap Bang Lukman, seraya menjawab pertanyaannya dengan tegas, “DI ENTOT!” Lalu kami berpelukkan dan saling melebur bibir.
1942Please respect copyright.PENANAfDVSrCbmFc
Chapter 3.2 - Yang Tak Terduga1942Please respect copyright.PENANAsSI9B5H0fr
Paginya, aku bangun lebih dulu. Setelah sebelumnya aku sedikit merapihkan rumah, menyapu halaman dan sedikit menyiram tanaman, aku lalu membangunkan teman suamiku itu.. Setelah Bang Lukman bangun, aku membuatkannya kopi. Kemudian kami memutuskan untuk mandi bareng berdua. Shafa belum bangun. Didalam kamar mandi, aku sudah mulai melupakan keberadaan suamiku yang mungkin sudah bangun juga dikamarnya.. heheheh… bodo amat ah.. gak mikirin..
Setelah selesai mandi, aku baru ingat kalau aku belum mengambil handuk. Setelah ijin sebentar ke Bang Lukman, aku yang masih telanjang bulat dan basah segera keluar mengambil handuk. Tapi di sudut mataku, aku melihat Shafa sudah terbangun dari tidurnya. Setelah aku hampiri anakku itu, terlintas pikiran nakal di kepalaku. Aah.. seksi sekali kalau aku bisa menjalankan rencanaku itu. Lalu aku mengajak anakku untuk mandi bareng bertiga.. toh temennya suamiku itu juga udah fine-fine aja dengan keberadaan anakku.1942Please respect copyright.PENANABhdTerOcUg
Kami bertiga saling menyabuni dan membilas tubuh kami masing-masing. Lalu aku mulai menjalankan rencanaku. Aku meliuk-liukkan tubuh telanjangku ini. Aku ingin lagi merasakan keperkasaan kontol lelaki teman suamiku ini di depan anakku.
Lalu Bang Lukmanpun termakan rencanaku. Dia mulai tersenyum.. dia mulai terangsang.. dan yang jelas, aku dan anakku mulai melihat pergerakkan liar nan erotis di arah selangkangan lelaki gagah ini. Bahkan Shafa juga sempat melihat bagaimana Bang Lukman memeluk tubuhku dari belakang dengan mesranya, seraya menempelkan kontolnya di belahan pantatku. Saat itu tubuh kami masih bersabun, sehingga pantat licinku tak kuasa menahan desakan kontol Bang Lukman.
Dan akhirnya Shafa kembali menjadi saksi, bagaimana bundanya ini, dengan lincahnya, kembali menyelipkan kontol si Om masuk ke dalam memeknya dari belakang.. hihihi.. iyaa.. rencanaku berhasil. Kembali aku di ewe lagi..
Setelah kami bertiga selesai, kami menuju kamarnya Shafa. Di dalam kamar, Bang Lukman menyuruh aku dan Shafa duduk bersampingan di samping tempat tidur, sambil mengangkangkan kaki kami.. “Buat apa Om?” tanyaku sambil tersenyum, menyulut sebatang rokok dan melebarkan kangkanganku.
“Aku mau foto memek-memek kalian… hahahah…” Jawab Bang Lukman yang aku respon dengan tawa juga. “Keren banget kamu Fah..” lanjut Bang Lukman lagi.
“Keren kenapa Bang?”
Bang Lukman tersenyum sambil mengelus-elus dan mengecup memekku. “Udah umur segini.. udah punya anak juga.. tapi mekimu masih sempit.. imut kayak memeknya Shafa..” ujar Bang Lukman seraya mengelus memek mungil anakku.
Jujur.. aku tersanjung dengan pengakuan Bang Lukman. Lalu aku menjawabnya, “Yaaahhh.. mau gimana Bang.. pasti masih keliatan rapet dan terasa sempit.. Shafa dulu kan Caesar.. trus yang masuk-masuk ke memek aku selama ini kan tiii…. tiiit… hahahahah… tapi mungkin beberapa bulan ke depan, kalo yang masuk memekku adalah kontol kamu terus, memek aku bisa jadi longgar kali yaa… hahha.. amit-amit.. doain memekku jangan sampe longgar ya Baaanggg…” Kami berdua tertawa terbahak-bahak. “Eh Bang..” lanjutku.
“Kenapa nda?”
“Tadi kamu kan cium-cium meminya Undaa.. Kalo kamu sayang sama anaknya, Memi anaknya di cium juga dongg…” pintaku dengan nada manjaaa sekali.
“Heh? Beneran?” Tanya Bang Lukman, yang aku jawab dengan senyuman dan anggukkan. Dan tanpa mau berlama-lama, Bang Lukman segera mengecup dan menyiumi memek mungil Shafa.. sementara anakku itu segera merapatkan kakinya sambil ketawa-ketawa.. mungkin karena kegelian… hahahahahah….
1942Please respect copyright.PENANAuyYXpE7zvA
Setelah itu, Bang Lukman membimbingku berdiri, sambil menggendong Shafa. Lalu kami berpelukan. Setelah dia mengulum bibirku, dia berkata. “Kamu kira-kira mau nggak kalau aku ajak ke rumah… nginep di rumahku.. sama Shafa juga..”
Aku menatap matanya, mengecup bibirnya, mendekapkan tubuh telanjangku erat di tubuh telanjangnya, dan berkata.. “Iya.. aku mau... Jangankan nginep, disuruh tinggal di rumahmupun, aku mau. Dan Shafa juga pasti mau. Kenapa? Karena aku dan anakku udah ketagihan sama peju kamu, Om.. hihihi….” Lalu kami saling merekatkan lagi pelukan kami sambil memagutkan bibir.
Kontol Bang Lukman terasa gagah sekali berdiri di tengah jepitan perutnya dan bagian bawah dadaku. Sekilas aku melihat Shafa tersenyum melihat mulut dan lidah bundanya sedang dinikmati oleh bibir dan mulut lelaki yang bukan ayahnya ini. Ketelanjangan dan kepasrahan bundanya ini memang tidak dia mengerti, namun yang jelas, dia pasti tahu kalau rasa sayang bundanya yang sedang membuncah ini, diberikan sepenuhnya buat lelaki yang dia panggil akrab dengan sebutan ‘OM’ ini… aku yakin dia tau.
1942Please respect copyright.PENANAKRMo9959vg
“ASTAFIRULLAHALLAZIIIMMMMMM…..”
Tiba-tiba ada suara perempuan dari arah pintu kamar.. Secara spontan dan berbarengan, aku dan Bang Lukman menengok arah suara itu.. suara ibuku.. Bangsat.. kami kembali ketangkep basah…
1942Please respect copyright.PENANAO6srpo1ukF
Bersambung...
ns 15.158.61.23da2