***3258Please respect copyright.PENANAwRakXdwC9N
KONTEN INI GRATIS DAN TIDAK DIPERBOLEHKAN UNTUK DIPERJUALBELIKAN. DIUNGGAH OLEH MIRZAALI DI FORUM SEMPROT DAN PENANA.3258Please respect copyright.PENANAcRaWDGbROU
***
"Kamu itu gemuk."3258Please respect copyright.PENANA3nQNCAWZ27
"Aku itu gemuk."
Syifa itu ngga gemuk. Dia semok. Tapi semakin gue sugesti kalau dia itu gemuk dia akan semakin patuh sama gue.3258Please respect copyright.PENANApS5KoJzEet
"Kamu itu gemuk. Ulangi perkataanku.'
"Aku itu gemuk."3258Please respect copyright.PENANANutX114Gvq
Gue tersenyum melihat Syifa yang tanpa ragu mengulangi perkataan gue. Dari semua artikel dan penelitian tentang hipnotis yang gue baca-baca kebanyakan memang setuju kalau repetisi sugesti itu berguna. Walaupun tujuan situs-situs hipnotis itu bukan untuk cuci otak orang lain biar jadi budak sex sih, tapi intinya tetap sama.
Gue sengaja menyuruh Syifa untuk mengulangi perkataan gue karena dua hal. Yang pertama, semakin Syifa mengulangi perkataan gue, alam bawah sadarnya akan semakin percaya bahwa hal itu benar. Yang kedua, seseorang ngga bakalan ngomong sesuatu yang menurutnya salah. Kalau Syifa mengulangi perkataan gue bahwa dia gemuk, berarti dia percaya hal itu benar, walaupun mungkin dia ngga sepenuhnya yakin.
“Satu-satunya cara buat nurunin berat badan adalah ngikutin apa yang aku bilang.” “
Satu-satunya cara buat aku nurunin berat badan adalah dengan ngikutin instruksi kamu.”
“Bagus.”
Gue main aman dulu. Dari yang gue baca, ada beberapa cerita horor kegagalan sugesti hipnotis ini. Lo gak bisa maksa orang buat ngelakuin hal yang dia gak mau, dan maksain sugesti ke orang lain itu bisa berakibat buruk... baik buat lo, subjeknya, atau bahkan dua-duanya.
Yang paling penting, Syifa ngga boleh curiga sedikit pun. Syifa yang sekarang udah percaya sama gue seratus persen, mungkin bisa gue sugesti untuk nyepong kontol gue tiap pagi kalo itu adalah cara paling efektif buat nurunin berat badan. Tapi gue yakin otaknya nanti akan ngerasa ini hal aneh dan sugesti gue perlahan akan ke ‘reverse’ dan membuat Syifa jadi ngga percaya sama gue lagi.
Maka dari itu gue memilih melakukan semua ini secara pelan-pelan. Alon-alon asal kelakon.3258Please respect copyright.PENANAigr6hDPOdk
“Kamu percaya sama aku sepenuhnya. Ulangi.”
“Aku percaya sama kamu sepenuhnya.”
Tentu, pelan-pelan bukan berarti kayak siput. Apalagi dengan Syifa yang sangat terobsesi nurunin berat badan, gue udah bikin banyak banget kemajuan.
“Ada pertanyaan yang gak bakal kamu jawab?”
“Engga.”
“Kenapa?”
“Karena kamu pelatih aku. Kamu cuma butuh informasi buat bantu aku nurunin berat badan.”
“Kamu bakal ngelakuin apa aja buat nurunin berat badan, kan?”
“Iya.”
“Bagus.”
Gue mengambil nafas dalam-dalam. Waktunya ambil langkah pertama yang agak berisiko.
"Berapa sering kamu colmek dalam seminggu?"
Pupil mata Syifa melebar, dan muncul rona-rona merah di pipinya. Gw memang sengaja menggunakan kata-kata kotor dan vulgar seperti colmek, agar alam bawah sadarnya terbiasa mendengar hal itu.
"Beberapa kali seminggu."
“Kamu tau tepatnya berapa kali?”
“Engga tau. Kadang dua kali, kadang tiga.”
Gue kemudian mengambil lembaran kertas yang udah gue print sebelumnya di rumah.
“Baca ini,” perintah gue ke Syifa.
Syifa cuma menatap gue dengan pandangan kosong.
“Baca lembaran ini,” gue mengulangi sambil menunjuk lembaran kertas itu di hadapan Syifa.
Syifa tetep ngga bergerak.
Ah…
“Pegang hidungmu,” kata gue.
Tetep ngga ada respon dari Syifa.
Beberapa tutorial hipnotis memang ngebahas soal hal ini. Tiap orang punya reaksi beda-beda terhadap hipnotis—ada yang bicaranya jadi monoton kayak robot, ada yang langsung tidur nyenyak dan bahkan ngga merespon pertanyaan sama sekali.
Dan juga ada yang cuma bisa jawab pertanyaan, tapi ngga bisa bergerak.
Kasusnya jarang, tapi kayaknya Syifa salah satu yang tipenya seperti itu.
Sialan.
Seketika itu juga, banyak ide-ide yang udah gue buat jadi buyar. Gue udah mikir nanti bakal sugesti Syifa buat menguji sampel ‘formula diet’ terbaru (peju gue) atau olahraga pake ‘mesin latihan’ terbaru (kontol gue) atau dia gue suru mencopot bajunya sampai telanjang agar gue bisa catat progress dietnya selama ini.
Perubahan apapun yang gue lakukan ke Syifa cuma bisa dilakuin ketika ia sadar.
Tapi, seenggaknya seminggu terakhir ini membuat satu hal lebih jelas: perubahan di dunia nyata memang MUNGKIN terjadi. Semua tergantung bagaimana cara gue menyampaikan ke Syifa lewat sugesti.
“Lembaran ini,” lanjut gue, mencoba memanfaatkan situasi yang ada, “Jelasis persis berapa kalori yang terbakar saat kamu colmek.”
Gue tadinya berharap, pas Syifa baca isi lembaran ini, dia bakal nganggep lembaran ini sebagai fakta mutlak dan bakalan percaya sama yang tertulis di situ. Tapi Syifa malah cuma diem aja, ngga merespon perkataan gue.
"Kamu mau tau berapa kalori yang berkurang ketika kamu colmek?"
"Engga," jawab Syifa datar.
Gue mengusap-usap kepala gue pusing. Lagi-lagi ada hambatan dalam rencana gue. “Em…”
Tatapan Syifa yang nge-blank itu lama-lama mulai buat gue jadi kesel sendiri. Hypotherapy ini ngga berjalan selancar yang gue kira.
"Emm.. Kenapa ngga?" tanya gue.
"Karena untuk ngurangin berat badan itu utamanya diet."
Gue menghela napas. Emang bener sih. Malah, fakta itu sengaja gue edit dan hapus dari lembaran kertas yang gue print ini.
“Oke,” kata gue, mencoba mengatur ulang strategi. “Iya. Itu bener. Tapi, tiap usaha kecil itu ngaruh, kan?”
“Iya.”
“Nurunin berat badan itu delapan puluh persen dari pola makan, dan kita bakal mulai soal itu sebentar lagi, oke?”
“Iya.”
“Tapi kebanyakan orang susah ngikutin diet. Mayoritas bakalan gagal diet dan berat badan mereka tetap sama atau bahkan naik.”
Itu adalah salah satu fakta lain yang gue temuin dari research gue kemarin.
“Daripada mulai dengan sesuatu yang gede tapi mungkin gagal, mending kita mulai dari yang kecil tapi punya peluang berhasil, oke?”
“Iya.”
Jadi colmek bermanfaat untuk membakar kalori. Kamu percaya sama aku?"
"Iya. Aku percaya."
"Colmek itu berguna untuk ngurangin berat badan, dan colmek itu enak. Kalau sesuatu itu enak kamu lebih mudah ngelakuinnya kan?"
"Iya."
"Jadi, step pertama kamu untuk ngurangin berat badan adalah kamu akan mulai colmek sehari sekali. Paham?"
"Paham. Aku akan mulai colmek sehari sekali."
"Kamu biasa colmek pakai jari tangan atau benda lain?"
"Pakai jari doang."
Gw ngebayangin kalo Syifa di kamarnya diam-diam colmek, mendesah-desah kecil berharap Mamanya ga mendengar.
“Aku sebagai pelatihmu butuh detailnya agar kita bisa tahu berapa persis kalori yang kamu bakar,” ucap gue. “Kamu mau jelasin dengan detail gimana kamu colmek?”
“Iya,” ucap Syifa. Ia kemudian diam lagi, menunggu perintah gue selanjutnya.
Tenggorokan gue terasa kering.
Udah bertahun-tahun gue coli sambil ngebayangin Syifa yang lagi colmek. Sekarang, gue mendapat kesempatan untuk denger langsung dari Syifa secara detail gimana dia colmek.
Tanpa sadar, mulut gue mengucapkan kata-kata sendiri tanpa bisa gue rem, "Bisa nggak kamu rekam video kamu sendiri lagi colmek, biar aku bisa nilai tekniknya, pastiin kamu bakar kalori sebanyak mungkin?"
"Iya."
“Oke, jadi…”
Gue berhenti ngomong.
Gue udah kegoda banget, pengen banget. Siapa yang bakal nolak dapet videonya Syifa lagi colmek? Yang perlu gue lakuin adalah perintahin Syifa, dan dia bakal ngelakuinnya. Dia nanti bakal pergi ke kamarnya, colmek sambil direkam.
Tapi hal itu beresiko besar.
Itu ngga cuma sekedar resikonya besar. Itu rencana bodoh, dan ngga aman sama sekali.
Ya, bisa aja sih gue lakuin. Mungkin bakal berhasil. Sejak awal gue hipnotis Syifa udah cukup nurut banget—dia lakuin semua perintah gue, ceritain semua hal pribadi yang gue tanyain ke dia. Mungkin nanti dia bakal rekam video itu tanpa banyak tanya, terus di simpen di laptopnya, terus kasih tau gue gimana cara akses video itu pas dia lagi gue hipnotis.
Tapi, rasanya sih aman buat gue berasumsi kalau dia nggak pernah bikin video colmek sebelumnya. Soalnya kalau seseorang benci sama tubuhnya, kecil kemungkinan dia bakal tiba-tiba kepikiran buat ngerekamnya, kan?
Syifa yang baru di hipnotis beberapa sesi doang, lalu tiba-tiba ia merekam video colmeknya sendiri… Mau sepercaya apapun Syifa ke gue, pasti tetep dia akan jadi curiga kembali.
Jadi, walaupun gue udah kebelet ngeliat video Syifa colmek gue harus menahan diri.
Gue harus main pintar.
“Jelasin gimana kamu colmek.”
“Aku mainin kedua putingku pakai tangan sampai vaginaku basah, terus aku mainin klitorisku sampai aku orgasme.”
“Jelasin lebih detail gimana kamu mainin klitorismu.”
“Aku mainin klitorisku pelan-pelan, terus aku tingkatin kecepetannya. Kadang aku masukin satu atau dua jari ke dalem vagina biar lebih cepet orgasmenya.”
Gue memejamkan mata. Mengumpulkan ketegasan hati gue agar tetep stick to the plan. Ngedenger Syifa jelasin gimana cara dia colmek membuat rasa serakah dalam hati gue jadi tambah gede dan pengen suruh Syifa videoin dirinya colmek.
Dengan berat hati, gue akhirnya tetep berpegang teguh pada rencana awal gue.
"Colmek itu membakar kalori. Ulangi perkataanku."
"Colmek itu membakar kalori."
“Semakin sering kamu colmek, kamu akan membakar kalori lebih banyak. Ulangi.”
“Semakin sering aku colmek, aku akan membakar kalori lebih banyak.”
“Tidak seperti ngegym, colmek itu lebih enak. Jadi, kamu akan lebih konsisten colmek daripada ngegym. Ulangi.”
“Tidak seperti ngegym, colmek itu lebih enak. Jadi, aku akan lebih konsisten colmek daripada ngegym.”
“Kamu akan colmek sehari sekali. Ulangi.”
“Aku akan colmek sehari sekali.”
“Selagi kamu colmek..”
Gue agak ragu-ragu mengucapkan kata selanjutnya. Ini bagian paling berisiko dari rencana yang gue buat. Tapi kalau sugesti yang ini ngga berhasil, semua fantasi gue tentang Syifa bakal cuma jadi angan-angan belaka.
"Selagi kamu colmek, kamu akan bayangin badan kamu jadi kurus ketika colmek. Ulangi kata-kataku."
"Aku akan bayangin.."
Syifa kelihatan ragu mengulangi kalimat yang gw ucapin.
Shit.
Kayaknya terlalu jauh sekarang kalo gw hubungin colmek sama nurunin berat badan. Ngga masuk akal.
Gw langsung mengalihkan Syifa ke pertanyaan baru sebelum Syifa bertambah ragu.
"Yang kamu biasa bayangin ketika colmek apa?"
“Kontol,” ucap Syifa tanpa malu-malu. “Nyepong kontol. Ngentot. Toketku diremes-remes.”
Anjing! Syifa yang selama ini gw kira anak baik-baik dan polos ternyata punya fantasi cukup liar. Gue malah ngga usah ngajarin dia pake kata-kata kotor, dia udah ngucapin sendiri.
"Kenapa kamu kasih tau itu ke aku?"
"Soalnya aku percaya sama kamu," kata Syifa. "Kamu di sini buat bantu aku nurunin berat badan, dan kamu cuma bisa bantu kalau punya info yang lengkap."
“Kenapa tau apa yang kamu pikirkan pas colmek ngebantu aku sebagai trainermu?”
Syifa berpikir sebentar.
"Soalnya," jawabnya nggak lama kemudian, "motivasi itu penting. Tahu apa yang bikin aku termotivasi bakal bantu kamu jadi pelatih yang lebih baik. Semakin baik kamu sebagai pelatih, semakin besar kemungkinan kamu bisa bantu aku nurunin berat badan."
“Kamu termotivasi sama kontol?”
“Iya.”
“Kamu termotivasi untuk diet karena pengen nyepong kontol?”
“Iya.”
Syifa ngga ragu sama sekali dalam menjawab pertanyaan gue. Gue susah percaya kalo ternyata Syifa, temen gue dari kecil, yang keliatannya anak alim dan baik-baik ternyata adalah lonte haus kontol.
Gue kira didikan Tante Ratih akan membuat Syifa jadi cewek polos dan lebih mementingkan karir daripada laki-laki. Tapi yang terjadi justru sebaliknya, Syifa yang dilarang buat pacaran sebelum kerja sama Mamanya justru memendam fantasi yang liar.
“Setiap kali kamu colmek,” ucap gue pelan-pelan. “Kamu akan mikirin badan kamu yang jadi kurus. Kamu akan mikirin betapa seksinya badan kamu di mata para laki-laki. Kamu akan mikirin kalo kamu jadi kurus, mereka akan pengen kontolnya disepong sama kamu. Kamu akan colmek sambil bayangin kamu yang udah jadi kurus, lagi berlutut terus nyepong kontol. Kamu akan colmek sambil terus-terusan mikirin kalo kamu kurus, karena kalo kamu kurus kamu bakal bisa dapet kontol. Ulangi.”
Kontol gue udah ngaceng berat saat Syifa mengulangi perkataan gue itu. Suaranya kedengeran sangat erotis.
"Kamu akan terobsesi untuk turunin berat badan." ucap gw. "Semakin kamu fokus untuk nurunin berat badan, kamu akan lebih untuk beneran turunin berat badan kamu."
"Aku akan terobsesi untuk turunin berat badan."
"Kamu akan ngelakuin apapun yang aku suruh agar kamu bisa nuruin berat badan." Gw menyuruh Syifa untuk mengulangi kembali sugesti seperti sesi kemarin.
"Aku akan ngelakuin apapun yang kamu suruh agar aku bisa nuruin berat badan."
“Apa yang akan kamu pikirin pas colmek?”
“Tubuhku jadi kurus.”
“Kamu bakal colmek seberapa sering?”
“Sehari sekali.”
"Kamu terobsesi sama apa?"
"Nurunin berat badan."
"Sesi hipnotis ini penting banget buat bantu kamu nurunin berat badan, kan?"3258Please respect copyright.PENANALQ0AGDGjPM
"Iya."
"Dan karena kamu terobsesi buat nurunin berat badan, kamu nggak akan pernah sekalipun nolak buat di hipnotis, kan?"
"Ngga."
***3258Please respect copyright.PENANAUVDZ7dAu8N
CERITA INI GRATIS, TIDAK DIPERJUALBELIKAN. DIUPLOAD OLEH MIRZAALI KE FORUMSEMPROT DAN PENANA.3258Please respect copyright.PENANAvwvUECvFlh
***3258Please respect copyright.PENANAAGgOeNzSVx
Malemnya, gue makan malem bareng Syifa dan Tante Ratih seperti biasa. Terus setelah selesai makan, seperti biasa gue dan Syifa kebagian buat cuci piring. Tapi pas gue mau bangkit buat ikut Syifa ke dapur, Tante Ratih tiba-tiba nahan gue.
“Nggak usah ikut Syifa dulu. Kamu duduk dulu sini, Rif,” katanya, sambil menyuruh gue untuk duduk di kursi sebelahnya.
Perasaan gue langsung nggak enak. Jantung gue mulai deg-degan. Sial, jangan-jangan Tante tau soal gue ngehipnotis Syifa? Gawat banget kalau ketauan—gue bisa abis.
Gue kembali duduk di kursi. Sementara Syifa udah masuk ke dapur, ninggalin gue sendirian di meja sama Tante Ratih. Gue mencoba tenang, tapi Tante Ratih mulai ngomong lagi dengan suara yang bikin gue makin was-was.
“Tante mau ngomongin sesuatu sama kamu,” katanya, nadanya kalem tapi jelas.
Gue menelan ludah.
Tante Ratih kemudian majuin badannya dikit, terus lanjut ngomong dengan pelan,“Syifa..”
“Heem, Syifa?” tanya gue yang makin gugup.
“Iya,” ucap Tante Ratih. “Syifa, dia, emm…”
Syifa kenapa? Syifa bilang ke Tante kalo dia gue suruh colmek tiap hari? Syifa bilang kalo dia colmek sambil bayangin badannya jadi kurus?
Tante Ratih yang ngomongnya bertele-tele membuat gue tambah panik dalem hati. Walaupun dari luar gue tetep berusaha kalem.
“Dia bilang kalau kamu lagi bantuin dia nurunin berat badan.”
“Oh, Iya,” gue jawab santai. “Syifa minta ke aku kemarin itu, Tan.”
Tante Ratih memasang senyum manisnya, “Nah, jadi, Tante boleh minta di hipnotis juga ngga?”
***3258Please respect copyright.PENANAgRkEC0ooqL
KARYA INI DIBAGIKAN SECARA CUMA-CUMA DAN DILARANG DIPERJUALBELIKAN. DIUPLOAD OLEH MIRZAALI KE FORUM SEMPROT DAN PENANA.3258Please respect copyright.PENANAFmUt66aD7I
3258Please respect copyright.PENANAyLLgv8X27N