~Hades/ Hyde Pov~
Jam sudah menunjukkan pukul 01.00 dini hari. Waktu dimana sebagian besar anak manusia masih terlelap dalam tidur. Terbuai mimpi. Membuat jalanan yang semula ramai menjadi sepi seperti tak berpenghuni.
Yah.Walaupun hal itu tampaknya tidak berlaku bagi tempat bernama "EDEN DISTRICT" yang berada tepat di jantung sebuah kota. Tempat yang dipenuhi hingar bingar musik disco yang memekakkan telinga. Wanita - wanita berpakaian minim dan sexy melambaikan tangan menggoda lelaki hidung belang yang tampak berdompet tebal. Juga remaja dari berbagai kalangan yang datang sekedar untuk melepaskan penat. Mencari hiburan.
"Maaf tuan. Anda ingin memesan apa?". ucap wanita berbaju pelayan mencuri pandang ke arahku dengan gugup.
"Sebotol brandy dan seporsi besar kentang goreng tanpa mayonaise"
"Ada lagi tuan?"
Dengan sebuah senyuman enggan aku menggelengkan kepala. Membuat wajahnya yang semula antusias menjadi kecewa.
"Tunggu". Sergahku, kemudian berkata manis. "Bagaimana kalau nanti aku menjemputmu setelah jam kerja?".
Pelayan itu memandangku dengan tatapan tidak percaya. Kemudian mengangguk senang dan memberikanku nomer handphonenya.
Setelah gadis itu pergi. Dengan malas kutolehkan kepala ke arena pool dancing. Tersenyum sedikit melihat bagaimana antusiasnya bocah - bocah berumur sekitar 18an di depan sana. Menari - nari di sekitar Si penari striptis sambil mengacungkan lembaran uang padanya. Ish. Uang masih minta orang tua aja sok !
"Hei. Ini pesananmu. Boleh berkenalan?". Ucap seseorang mengalihkanku.
Di depan meja tampak seorang wanita sedang tersenyum manis sambil membawa semua pesananku dalam sebuah nampan. Aku yakin 100% dia bukan pelayan disini. Baju dan perhiasannya yang terlalu mewah telah menegaskan hal itu.
Kuakui wajahnya memang lumayan cantik. Badannya yang seperti gitar spanyol juga tampak begitu menggoda. Hanya saja aku merasa ada sesuatu yang membuatku tidak tertarik padanya. Sengaja kupandang wanita itu dari bawah ke atas dan sebaliknya. Berlama - lama. And that's it! Rambut merah dan tindikan dihidung. Bukan typeku.
Wanita itu terbatuk pelan dengan sengaja. Mencoba memancing perhatianku.
"Maaf. Tapi aku sedang menunggu seseorang.". Jawabku pura - pura menyesal.
"Oh ya? Siapa? Pacarmu?"
Aku terdiam, bingung harus menjawab apa. Well, karena memang sebenarnya aku tidak sedang menunggu siapapun. Sampai kemudian kulihat seorang laki - laki berwajah tampan khas asia berjalan sambil melambaikan tangan kearahku.
"Yup. Itu pacarku!!". Seruku menunjuk garry dan memberinya sebuah kiss bay. Hahaha. Dia datang di saat yang tepat. Pikirku senang.
Sejenak wanita itu mengerjap tidak percaya. Memandangku jijik dan pergi sambil memaki pelan. Dasar homo, begitu katanya.
Maaf saja ya. Aku bukan homo. Laki - laki tampan berwajah asia itu adalah Garry. Sahabat baikku sejak kecil. Kami belajar di TK, SD, SMP, SMA bahkan Universitas yang sama meski berbeda fakultas. Aku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis sedangkan Garry di Fakultas Hukum.
"Halo Hades Lucifer Smith. Sahabatku yang tidak ada duanya!". Ucapnya memeluk tubuh sambil menepuk punggungku sekilas. "Siapa tadi?"
"Orang nggak penting". Jawabku enggan.
Mendengarnya garry hanya tersenyum kecil. Tidak peduli sambil menyambar sepiring kentang goreng di meja. Melambaikan tangan pada pelayan terdekat, memesan segelas Soda.
"Kalau hanya untuk segelas soda bukankah di Minimarket sana juga ada. Ngapain kemari?". Ejekku sinis.
Dia hanya mengangkat kedua bahunya dengan malas sambil terus mengunyah kentang goreng di piringku yang hanya tinggal setengah.
"By the way. Sejak kapan kamu tiba? Kenapa tidak memberiku kabar? Kan aku bisa menjemputmu di bandara!"
"Rencana mendadak. Papa tiba - tiba memindahkanku kesini. "
"Oh...."
Kuletakkan rokok yang entah keberapa kalinya hari ini kedalam asbak dan menyalakan yang baru. Menghisapnya dalam - dalam dan mendesah saat merasakan sensasi ringan dari nikotin memenuhi paru - paruku. Tidak peduli garry yang sedang menatapku dengan pandangan tidak suka.
"Kau masih melakukannya?"
"Wha....t ?"
"Merokok! Kau tahu? Merokok membunuhmu! Dan itu sudah rokok keberapa!!". Serunya sarkatis mengalihkan pandangan ke asbak dimeja lalu menatapku lagi sambil menyeringai. "Athena pasti tidak suka melihatmu mati lebih cepat!"
Aku tersentak kaget sekaligus tersedak mendengarnya.
"Please garry. Jangan bawa - bawa nama Si Menyebalkan!"
"hei. Jangan begitu. Dia kan kakakmu. Juga tunanganku.". Balas garry dengan nada geli sekaligus memuja yang tampak nyata.
Sengaja kutolehkan kepala lambat - lambat. Menatap garry dengan kagum dan tidak percaya. Bagaimana bisa seorang pengacara muda yang sukses dan kaya sepertinya jatuh cinta pada kakakku. Athena yang ceroboh, pemalas, dan cerewet.
"Man..! She is older than you.."
"1 tahun bukan masalah!"
"Dia itu Si Menyebalkan!! Kakakku!!!"
"Bukankah itu bagus?". Jawabnya enteng.
"But she has a daughter!!"
"Luna manis kok"
Aku terdiam sejenak. Tidak bisa menyangkal satu hal itu. Luna. Putri kakakku dengan seorang pria rusia yang tidak bertanggung jawab memang sangat manis dan menggemaskan. Rambutnya yang berwarna pirang pasir begitu lembut dan indah. Matanya yang sewarna langit biru berkilau seperti mata boneka. Sedangkan pipinya yang tembam selalu dihiasi dua lesung pipi kapanpun dia berbicara dan tertawa. Sekarang bayangkan, bagaimana berkata tidak untuk gadis kecil semanis itu?
Ok. kembali ke topik. Aku tidak akan mempermasalahkan andai saja garry hanya menyukai Luna. Tapi jatuh cinta pada kakakku dan bertunangan dengannya adalah hal yang benar - benar berbeda!! Membayangkannya saja aku tidak pernah!!
"You're sick man"
"Yeah. Sick of love"
"Yuck!! I'm leaving! Bye!!"
Dengan sengaja kupasang tampang mual yang berlebihan padanya kemudian mengambil kunci mobil dimeja dan berjalan menjauh. Mengabaikan garry yang tertawa terbahak - bahak sambil berteriak bahwa athena sudah tahu aku ada disini. Dia juga yang menyuruh garry mencariku dan memintaku pulang ke Rumah Utama. Atau besok pagi athena akan berada di depan apartemenku dengan sebuah bom waktu yang siap meledak. Well, Sial.
Tergesa – gesa kulangkahkan kaki, menabrak beberapa pasangan yang sedang berdansa tanpa merasa bersalah. Bahkan menjatuhkan beberapa dari mereka. Dan aku tidak peduli. Yang kuinginkan hanya sampai di rumah sebelum athena nekat mendatangi apartemenku dan mengomel selama berjam - jam tanpa henti.
"BRUK!!!"
"What the hell are you doing!!". Bentakku keras. Melepaskan jaketku dan melemparnya kelantai dengan kasar.
Aku mengangkat kepala keatas. Ingin memaki pelayan itu yang dengan cerobohnya menumpahkan soup panas kearahku.
Namun kemudian yang dapat kulakukan hanya terdiam. Lidahku terasa begitu kelu. Tubuhku membeku. Mataku terpaku pada sesosok seorang gadis di depan sana. Terpesona.
Kucoba mengerjapkan mata beberapa kali. Memastikan bahwa gadis itu bukanlah bayangan gila yang dihasilkan otakku. Sampai kemudian dia berbalik menatapku dengan pandangan begitu angkuh. Argh...! Matanya, bibirnya, hidungnya, rambutnya, tubuhnya. Semuanya tampak terukir begitu indah. Layaknya kecantikan Dewi Aphrodite yang sempurna.
"Say Sorry"
"...".
"Sir, Are you deaf? I said SAY SORRY!". Ulangnya dengan angkuh dan penuh penekanan.
Sejenak aku tersentak dan memandang gadis itu dengan tatapan kaget. Darahku mulai terasa panas. Deaf? Tuli? Dia bilang aku tuli!! Tanpa sadar aku menggeram pelan, merasakan emosi perlahan mengambil alih otakku.
"What!! Kamu menyuruhku minta maaf!! Kamu yang nabrak bahkan menjatuhkan soup panas dan aku yang harus minta maaf?!!"Seruku tidak mau kalah.
Gadis itu tertawa sinis sambil berkata dengan nada merendahkan. "Semua orang disini tahu anda yang menabrak saya bukan sebaliknya. Anda ini buta atau terlalu besar kepala untuk sekedar bilang maaf?"
Dengan 2 buah langkah besar aku maju kearahnya. Mengangkat sebelah tangan tinggi - tinggi. Sekedar ingin memberinya sedikit pelajaran. Dan kemudian kurasakan semuanya bergerak dengan tiba - tiba. Gadis itu sudah ada di depanku. Menarik sebelah tanganku yang tidak terangkat sambil menendang tulang keringku dengan keras. Memiting lengan dan membantingku ke lantai di iringi bunyi debam yang sangat menyakitkan.
Kemudian tanpa aba - aba dia menendangku kembali kelantai dan menginjakkan kakinya yang dibalut stiletto heel berwarna hitam mengkilat ke dadaku. Matanya yang menatapku angkuh tampak begitu membara.
"Say sorry". Ucapnya tersenyum dingin.
"Sorry". Ugh. Sial!! Hm... Dari bawah sini dia tampak begitu so damn sexy. Tapi tetap saja.
"Good job"
Gadis itu mengangkat kakinya dari dadaku dengan enggan. Kemudian berjalan kearah jaketku yang masih tergeletak dilantai. Mengambil dompet dan menarik beberapa lembar uang dari dalamnya.
"Ini untuk ganti rugi". Ucapnya sambil memandangku jijik dan berjalan pergi.
Oh! Shit! Belum pernah seumur hidup aku dipermalukan bahkan direndahkan serendah ini. Terutama oleh seorang gadis. Athena adalah sebuah pengecualian. Sial! Tapi gadis tadi benar - benar hebat. Tangguh sekaligus mempesona. Well. Tapi juga benar - benar sial. Aku yang sial....
***
"Hades Bagaimana kabar terbaru tentang kesepakatan dengan Jarvis Co.? Semuanya lancar?"
"Easy Pa. Semuanya sudah beres"
Dengan lelah kuletakkan Handphone di meja. Berjalan kesofa hitam di sebelah kanan ruangan. Kemudian merebahkan tubuh disana. Mencoba meregangkan otot - otot yang sekaku baja.
Uh... Nyamannya. Sudah 3 bulan ini aku di pindah ke salah satu kantor Divisi Keamanan Cabang Asia Tenggara dari NY. Dengan pekerjaan menggunung seperti sampah yang tidak terurus, Meeting tertunda dan berbagai hal merepotkan. Tanpa asisten. Tanpa sekretaris. Hebat bukan!?
Membuatku jadi berpikir. Sebenarnya apa yang dilakukan zeus selama ini. Sehingga pekerjaan yang seharusnya sepele menjadi rumit dan bertumpuk seperti ini. Cih!
"Good Morning Mr. Hyde. Maaf mengganggu anda tapi Ms. Athena mengharapkan anda untuk datang ke kantornya dalam waktu 10 menit". Suara paula. Asisten kakakku, terdengar dari Intercom dimeja.
Hah..., Ada apa lagi?! Dengan malas kulangkahkan kaki menuju gedung seberang di Divisi Agency & Production House. Kantor kakakku. Athena.
Gedung tempatku bekerja saat ini adalah Sebuah Perusahaan Super Besar yang bergerak di berbagai bidang dan tersebar di seluruh penjuru dunia bernama OLYMPUS Co. Perusahaan yang terdiri dari 2 Gedung Kembar super megah dengan sebuah jembatan kaca disetiap 5 lantai sebagai penghubungnya ini adalah milik Papa Mamaku.
Dan kalau boleh kusombongkan, Perusahaan Papa adalah Perusahaan impian tempat siapapun ingin bekerja. Apalagi dengan berbagai fasilitas yang disediakan, Tunjangan kesehatan, Ruangan santai di lantai 3 dan kafetaria gratis. Bahkan disini kami diberi kebebasan untuk menata ruangan dengan sesuka hati. Kebijakan dari Papa agar semua karyawannya betah dan dapat bekerja semaksimal mungkin.
By the way. Athena dan Ares, kedua kakakku juga bekerja disini. Ares di Divisi Keamanan. Di gedung yang sama tapi 3 lantai diatasku. Sedangkan kantor milik Athena berada 3 lantai dibawah kantor pribadi milik papa. Di gedung seberang.
"Hallo Onee_san. Whats up?". Seruku setengah tertawa saat melihat wanita berambut pirang itu sedang duduk bersimpuh dilantai. Dikelilingi berkas - berkas berantakan yang menggunung disekitarnya. Dasar Athena. Bagaimana bisa manusia semalas dia terlahir sebagai wanita. hadeh...!
"Oh Halo Hades!! Bisakah aku meminta tolong padamu?". Tanyanya cepat tanpa memandangku.
Tanpa sadar aku mendesah kesal. "Apa lagi? Bukankah aku sudah membantumu menyalin 1/2 dari sampah itu!?"
"Bukan itu!". Sahutnya sinis masih tetap terpaku pada berkas dan laptop di depannya.
"So?"
"Aku..."
"UNCLE HADES!!!!!!". Potong sebuah seruan jenaka mengalihkan pandanganku dari athena. By the way, Gadis kecil cantik, imut dan lucu ini adalah keponakanku. Artemis Laluna Smith/ Luna.
"Hello my sweety". Seruku otomatis melebarkan tangan meraup Luna kedalam pelukan. "Do you miss me?"
Sebagai jawaban Luna menganggukkan kepala dengan antusias dan memelukku lebih erat. Eh. tunggu dulu.... .
"Nee..., Onee_san. Bukankah seharusnya Luna sekarang ada disekolah?" . Tanyaku curiga, membuat athena terbatuk pelan.
"Erm... Begini adikku yang baik. Berhubung kerjaanku yang bisa kamu lihat sendiri masih bertumpuk setinggi mount everest. Dan aku tidak mungkin meminta bantuan pada Si Menyebalkan Ares".
Untuk yang satu ini aku setuju. Sejak kecil sedikitpun aku tidak pernah menyukai sikap Ares yang dingin dan egois. Apalagi ditambah kejadian yang membuat athena hampir kehilangan nyawa beberapa tahun lalu.
"Jadi?".
Sebagai jawaban athena hanya berhehe pelan dan menatapku dengan pandangan memohon.
"Kamu memintaku mengantar Luna". Potongku mengerti. Pasti memang itu. Apalagi kalau bukan?! Dasar pemalas!
Athena segera memasang senyum ceria dan menganggukkan kepala. Membuatku menghela nafas mengingat hampir setiap hari dia menyuruhku mengantar jemput putri cantiknya. Sebenarnya disini yang ibunya Luna dia atau aku sih! Tapi...
"Ya sudahlah.."
Tanpa banyak kata aku menunduk mengambil tas ransel mungil dari atas meja dan berjalan keluar sambil menggendong luna menuju tempat parkir keluarga di lantai basement.
"Uncle! Disekolah ada guru baru yang cantik sekali lo! Seperti seorang putri!!". Seru bibir mungilnya ditengah perjalanan.
"Oh ya? Seperti putri? Ah, pasti lebih cantik putri kecil uncle yang satu ini!". ucapku melucu yang dibalas luna dengan tawa merdu. Hm... Menyenangkan!
10 menit kemudian mobil yang kami kendarai sudah terparkir rapi di depan sekolah Luna yang letaknya tidak terlalu jauh dari kantor. Dan berjalan menggandeng tangannya yang mungil masuk kedalam sekolah.
Jika saja keluarga kami bukan Keluarga Konglomerat yang selalu disorot media. Mungkin saat ini siapapun yang melihatku pasti mengira aku adalah seorang ayah yang sedang berjalan dengan putri kecilnya yang cantik jelita. Apalagi dengan beberapa kemiripan yang kami miliki. Tapi disini kukatakan padamu bahwa aku adalah seorang One Night Stand yang tidak berkomitmen pada cinta dan segala pernak - perniknya. Apalagi menjalin sebuah hubungan tetap dan menikah.
"Uncle!! Itu Ms. Lana!!". Seru luna menggeliat melepaskan genggamanku.
Aku mengawasi tubuh mungilnya yang berlari kearah seorang wanita yang berdiri didepan kelas bernuansa merah jambu dari kejauhan. Sambil bersandar di dinding kuamati seseorang yang di sebutnya Ms. Lana dengan tertarik. Oh wow...Wanita itu benar - benar cantik.
Rambutnya yang tampak halus di tata dalam sebuah kepangan longgar tanpa variasi. Sedangkan matanya yang sewarna madu di hiasi kacamata oval berbingkai hitam. Old fashion but still beautiful. Apalagi dengan tubuh yang se.... Eh ! Tunggu dulu!!
Tanpa sadar aku berdiri mendekat. Dan memandangnya lekat - lekat. Aku mengenal wanita itu. Holy Shit!! Dia pelayan bar yang waktu itu menumpahkan soup panas ke bajuku!!
***
ns 15.158.61.20da2