~ Lana Pov ~
20 Februari 2010
Dear diary,
Hari ini papa nggak pulang. Lagi. Padahal ini hari sabtu. Hari biasanya papa selalu pulang. Yah... meski besok pagi - pagi sebelum semua bangun dia sudah menghilang lagi. Aku tahu papa sibuk. Tapi tidak bisakah sedikit saja meluangkan waktu untuk menyapaku? :'(
Sejenak tanganku berhenti menulis. Memandang keluar jendela. Di luar hujan lebat bercampur petir masih menyambar - nyambar buas. Tidak sedikitpun menunjukkan tanda akan mereda.
"Huh...". Desahku menghela nafas.
Padahal hari ini aku ingin pergi dengan Vanny ke Mall yang baru buka di Megaland District. Sedikit bersenang - senang sekaligus melarikan diri dari kejenuhan.
"Papa... Ou.. Papa... Yuck!". Seru sebuah suara membuatku tersentak. "Hallo adik kecil. Sedang rindu pada Papa ya?". Tambahnya memandangku dengan tatapan mengejek.
"Nathan! Kembalikan bukuku!!". Ucapku bergerak mengambil buku bersampul merah muda dari tangan nathan.
Dan tepat setelah aku berhasil menarik paksa buku itu dari tangannya. Tiba - tiba saja pintu kamarku terbanting membuka dengan sangat keras. Membuat kami sama - sama memekik kaget.
Disana. Di depan pintu tampak seorang wanita sedang berdiri dengan sepasang mata merah yang menatapku penuh kebencian. Nafasnya yang terengah - engah membuat dada wanita itu naik turun dengan cepat. Dan tiba - tiba saja bibir wanita itu membentuk sebuah lengkung senyuman manis yang membuat alarm tanda bahaya melengking nyaring di telingaku.
"Lana.... Kemari.". Ucapnya dingin.
Aku hanya diam ditempat. Mencoba melirik nathan. Meminta bantuan. Yang dibalasnya dengan tatapan tidak peduli.
"Lana! Kamu tuli ya! Aku bilang kemari!!". Bentak wanita itu menunjuk ke arahku.
Kucoba melangkahkan kaki perlahan selangkah demi selangkah sambil sesekali melirik nathan yang bersikap seolah dia tidak ada disini.
"Oh.. Putriku yang cantik. kemari ! Aku ingin menunjukkan sesuatu yang menarik di gudang bawah tanah..."
Mendengar itu sontak aku berlari kearah nathan. Aku tidak ingin kesana! Aku tidak ingin keruang bawah tanah lagi!! Wanita jahat itu pasti akan mengunciku dibawah selama berhari - hari lagi sampai papa pulang kerumah nanti. Tidak! Aku tidak mau!!!
Aku memeluk lengan nathan dengan putus asa. Mengabaikan matanya yang memandangku dengan takut dan bingung. Juga rasa sakit yang menusuk - nusuk dikepalaku.
"Nathan. Please help me. Please....". Rengekku setengah menangis.
"LANA!! MAMA BILANG IKUT!!!". Teriak wanita itu histeris kembali menarik rambutku dengan begitu keras hingga membuatku terjengkang kebelakang.
Sedetik kemudian dia sudah memegang lengan dan menyeretku keluar kamar. Sedangkan aku hanya bisa mencoba meronta dengan sia - sia. Menendang. Mencakar. Menggigit. Yang dibalas dengan tawa mennyeramkan oleh wanita itu.
"Nathan! Tolong aku! Nathan!!! Please help me!"
"Nathan!!! Help!!"
Disini begitu Dingin. Sempit. Gelap. Tanpa sedikitpun cahaya. Aku tidak menyukai ini. Dapat kurasakan keringat dingin mulai membasahi bajuku. Tubuhku semakin bergetar hebat mengikuti irama detak jantungku yang bertalu - talu. Nafasku terasa sesak dan terengah - engah. Menyakitkan.
Aku terus memukul - mukul papan kayu didepanku. Yang mungkin adalah pintu. Sambil mencoba memanggil nathan dan wanita itu. Memohon agar salah satu dari mereka mau mengeluarkanku dari tempat mengerikan ini.
"Nathan.... tolong aku.. Please...". Bisikku lemah diantara isak tangis yang menggema.
Dapat kudengar wanita itu tertawa puas dari balik pintu. Kemudian dia mengetuknya tiga kali dan berbisik rendah padaku.
"Nah sweety. Kali ini mari kita bermain permainan yang bernama Bertahan Hidup"
***
"NO!!!!!!!!!!!!"
Tubuhku tiba - tiba tersentak bangun dengan nafas yang tidak teratur. Bergetar hebat. Ketakutan. Membuat keringat dingin turun membasahi piyama yang kupakai.
Dengan waspada kuedarkan pandangan mengelilingi seluruh penjuru ruangan. Memastikan bahwa aku sedang berada di apartemen kecil yang kutinggali saat ini. Bukannya kamar bernuansa hijau tosca yang ada dimimpiku. Sambil menghembuskan nafas lega kuhempaskan tubuh kembali dan menutup kedua mata dengan lengan. Merasakan detak jantungku yang mulai kembali tenang.
Tadi hanya mimpi buruk. Atau lebih tepatnya sebagian kenangan buruk dari masa lalu. Aku tahu itu. Hanya saja semuanya tampak begitu nyata. Hingga terasa sangat mengerikan. Rasanya seolah – olah aku kembali berada di neraka itu lagi.
Selain itu. Ini benar - benar hal yang aneh. Aku ingat sekali. Sudah lama mimpi itu tidak mendatangi tidurku. Membuatku dapat hidup sedikit lebih normal. Tapi kenapa sejak 2 bulan yang lalu semua mimpi itu tiba – tiba kembali datang menghantuiku.
"Sekarang pukul 05.30 Waktunya berangkat!"
Alarm di Smartphoneku tiba - tiba berbunyi nyaring. Mengingatkan bahwa aku harusnya sudah berangkat kesekolah untuk mengajar. Bukan malah tiduran dikasur dengan tenang. Ya tuhan! Aku bisa telat!!
Dengan tergesa - gesa aku berlari ke kamar mandi. Membersihkan diri. Lalu menyambar pakaian paling atas. Tidak peduli betapa tidak matchingnya mereka. Yang ada dipikiranku sekarang hanya satu. Jangan sampai telat!!
Aduh..! Tapi tidak mungkin tidak telat!! Setengah jam lagi kelas dimulai!! Sedangkan saat ini bus kota pasti sudah berangkat dan bus berikutnya baru tiba jam 7 nanti!!!
"Maaf saya telat!". Ucapku membuka pintu kelas dengan agak keras. Membuat seisi ruangan terpekik kaget.
Aku mengangkat kepala dengan nafas masih terengah - engah. Lalu memandang guru yang berdiri di depan kelas dengan tatapan bertanya. Siapa dia? Bukankah ini jam pelajaranku?
"Oh halo miss lana. Lama tidak berjumpa". Seru suara ramah dari arah belakang kelas.
Kutolehkan kepala lambat – lambat. Memandang linda/ Partnerku mengajar dengan pandangan geli. Apa katanya tadi? Sudah lama? Hahaha, dia pasti sedang bercanda. Bukankah kemarin kita juga bertemu.
"Siapa dia?". Tanyaku berbisik pelan.
Linda hanya tersenyum kecil dan menggandeng tanganku keluar kelas. Aneh. Ada apa sih ini. Pikirku bingung.
"Dia miss veiya. Guru pengganti untuk mata pelajaran ini"
Aku benar - benar tidak mengerti apa yang dikatakannya. Bukankah ada aku sebagai guru di pelajaran ini. Jadi mengapa dia menjadi penggantiku? Tidak mungkin kan aku dipecat hanya karena telat 5 menit sekali ini?
"Lana. Beberapa hari yang lalu kepala sekolah berpesan padaku untuk memintamu datang ke kantornya jika kamu datang ke sekolah lagi".
"Aku benar - benar tidak mengerti apa yang kamu bicarakan. Bukankah aku selalu datang kesekolah. Tepat waktu. Tidak pernah telat. Masa hanya karena...". Aku terdiam sejenak, merasakan ada sesuatu yang aneh dari ucapan linda. "Eh. tunggu dulu. Kamu bilang kepala sekolah berpesan padamu beberapa hari yang lalu? Tepatnya kapan? Bukankah kita baru saja bertemu dengannya kemarin? Membahas tentang tour?"
Linda tampak terkesiap kaget.
"Astaga lana. Itu sudah 1 bulan yang lalu. Acara tour sudah selesai!"
"....."
Mendadak suara linda makin lama makin mengecil. Hanya kalimat "Itu sudah 1 bulan yang lalu" yang kudengar dengan jelas. Sedangkan sisanya menjadi gema tidak jelas yang mengusik telingaku.
Dengan gontai kulangkahkan kaki menuju ruang kepala sekolah. Tidak mempedulikan linda yang masih berusaha berbicara padaku. Otakku terasa begitu hampa dan kosong. Meski kata - katanya tadi masih terus berdenging di telingaku seperti lalat yang mengerumuni tempat sampah.
Bagaimana bisa aku 1 bulan tidak datang? Bukankah kemarin kami baru saja rapat dengan kepala sekolah dan guru - guru lainnya membahas tentang rekreasi tour yang cocok dan berwawasan edukasi untuk anak - anak. Bagaimana bisa 1 bulan berlalu dalam 1 malam?
5 menit kemudian. Langkahku terhenti didepan sebuah ruangan bercat biru dengan pintu sewarna kayu maple. Dengan lemah aku mengetuk pintu itu. Mendengar suara seorang wanita mempersilahkanku untuk masuk dan duduk di kursi merah didepannya.
"Lana. kamu tahu apa kesalahanmu?!"
Aku hanya menggeleng.
"Kamu sudah absen selama sebulan tanpa kabar sedikitpun! Dan bagi saya itu adalah hal yang sangat tidak bertanggung jawab"
"..."
"Sebenarnya saya sangat menyukai kinerjamu yang baik dan rajin. Hanya saja akhir - akhir ini kamu terlihat sangat berbeda. Mengantuk dikelas. Tidak fokus pada pelajaran. Dan sekarang kamu absen tanpa kabar selama sebulan!!"
Sengaja. Aku menundukkan kepala dalam - dalam. Benar - benar tidak mengerti harus berkata apa. Otakku terasa seperti tong yang kosong melompong.
"Jadi sejak 1 minggu lalu saya memutuskan untuk mendapatkan guru baru dan memberhentikanmu"
Kepalaku tersentak kaget. Memandang wanita di depanku dengan tatapan tidak percaya. Dapat kurasakan air mata merebak. Menetes di wajahku. Aku di pecat. Bagaimana bisa?! Aku dipecat atas kesalahan yang tidak kuingat pernah aku lakukan!
"Mam please... tolong jangan"
"Maaf lana. Saya benar - benar minta maaf". Potong wanita itu dengan raut wajah sedih.
Saat itu lututku terasa begitu lemas. Bumi seolah berhenti berputar. Menjatuhkanku ke dalam ruang hampa udara yang gelap. Sepi dan kosong.
Aku dipecat. Hanya 1 kalimat kecil itulah yang saat ini terngiang diotakku. Berulang - ulang seperti radio rusak tanpa tombol stop maupun pause. Perlahan kutengadahkan kepala kelangit yang tidak kusadari sudah mulai gelap. Bahkan hujan rintik - rintik sudah membuat tubuhku basah. Kemudian kupejamkan mata dengan putus asa.
Jika boleh berharap. Aku benar - benar berharap saat ini aku sedang tertidur dan ini adalah mimpi buruk. Kemudian beberapa saat lagi aku akan terbangun. Dan keadaan menjadi seperti semula. Bahkan kalau bisa lebih baik.
Ya. Andaisaja ini hanya sebuah mimpi buruk yang akan berakhir saat aku terbangun. Bukannya sebuah kenyataan yang akan membawaku ke dalam mimpi terburuk dalam hidupku.
***
ns 15.158.61.20da2