Kenangan merupakan sebuah kejadian yang tak terlupakan di masa lalu, baik itu buruk ataupun indah. Dan kenangan itulah yang membuat seseorang berpikir untuk mengubah diri mereka menjadi lebih baik di masa yang akan datang setelah belajar dari hal tersebut.
Tapi apa seseorang sepertiku dapat berubah? Padahal aku sama sekali tidak mempunyai sebuah kenangan sedikitpun di masa lalu.
Yang ada hanyalah sebuah ingatan sesudah kecelakaan 6 tahun lalu yang tidak ingin aku ingat. Bahkan aku tidak menganggap ingatan itu sebagai kenangan. Itu lebih seperti sebuah memori yang isinya penuh dengan sampah.
Waktu kecil, saat aku sudah diperbolehkan dokter dan orang tua untuk pergi ke sekolah. Aku dijauhi semua orang akibat luka bakar di wajahku ini yang terlihat mengerikan dan orang-orang di sekitar melihatku dengan pandangan aneh mereka dari jauh. Yah, mata itulah yang membuatku trauma sampai-sampai aku tidak masuk sekolah dan hanya berada di dalam kamar selama 1 minggu.
Ketika aku lulus dan mencoba untuk sekolah di SMP Kagoshima yang berada jaub di Kota Kagoshima agar aku tidak bertemu dengan orang-orang yang satu SD denganku. Tapi tetap saja, semua orang yang ketemui selalu merasa takut akan kehadiranku, seakan-akan mereka menganggapku sebagai pengganggu dalam hidup mereka.
Yah, sepintas aku juga berpikir begitu dalam hati karena aku tahu bahwa sebagian manusia di dunia saat memandang orang asing, yang pertama kali mereka lihat dan nilai adalah penampilan. Jadi aku tidak bisa menyalahkan para normie itu sepenuhnya.
Sambil memikirkan hal itu, entah kenapa atmosfir di sekitarku mulai memanas sehingga badanku mengeluarkan sedikit keringat. Aku sadar kalau keadaan di sekitarku cukup ribut sehingga membuatku gerah.
Hah... mungkin karena suasana kelas yang ribut, dan itu berdampak sekali untuk orang-orang sepertiku.
Aku harus cepat-cepat pergi ke rumah dan bermain galge seharian penuh.
Dengan raut wajah sedikit serius. Nagasaki-sensei mengakhiri pelajaran lebih awal daripada biasanya. “Oke pelajaran untuk hari ini sudah cukup.”
Sepertinya Nagasaki-sensei terlalu cepat untuk mengakhiri pelajaran, mungkin dia ada keperluan. Lebih cepat lebih baik dan aku bisa main galge setelah ini.
Setelah Nagasaki-sensei keluar dari kelas. Aku bergegas mengemasi barang-barangku ke dalam tas. Terlihat semua murid sibuk dengan urusannya sendiri dan ada juga beberapa murid yang berkumpul, entah apa yang mereka bahas.
Aku langsung pergi keluar dari kelas menuju ke rumah untuk pulang bermain galge seharian. Sesampainya di koridor, terlihat para siswa berkeliaran seperti sedang berada di sebuah kebun binatang dengan jumlah pengunjung relatif sedang.
Itu hanyalah perumpamaan seorang penyendiri sepertiku, jadi tidak usah dipikirkan.
Aku berjalan di tangga untuk menuju ke lantai 1. Saat sudah setengah jalan di tangga, entah kenapa firasatku mengatakan kalau aku sedang diikuti oleh seseorang.
Tanpa memedulikan hal itu, aku lanjut berjalan.
Saat aku sudah sampai di koridor lantai 1, firasatku semakin menjadi-jadi. Karena tidak ada siswa yang berada di sekitarku, aku memastikan apa ada orang di sana atau tidak.
Dengan nada agak tinggi mengancam, aku memastikan apa ada orang di sana. “Siapa di sana?”
Suara langkah kaki pun terdengar dari lorong lantai 2 setelah aku menanyakan hal itu.
Heh, dia kabur. Yah, aku juga tidak berniat mengejarnya karena itu melelahkan.
Aku lanjut berjalan tanpa memedulikan hal itu dan langsung pergi menuju ke rumah.
“Hah biarlah, mending aku main galge saja di rumah.” Gumamku sambil berjalan keluar dari pintu sekolah.
Setelah setengah perjalanan aku berjalan ke rumahku, tiba-tiba ada orang yang menepuk punggungku.
Saat aku memutar tubuhku ke belakang. Ternyata yang menepuk pundakku adalah Eita si erotaku sialan.
Senyum tidak bersalah menghiasi wajahnya sambil membawa tas selempang yang berada di bahu kanannya. “Yoo, Yuuichi.”
Dengan nada kesal, “Kukira siapa ternyata kau, erotaku sialan.”
Eita adalah teman dekatku, nama lengkapnya Kidou Eita. Walaupun dia berpenampilan seperti orang pintar kebanyakan. Dia adalah penyuka eroge berat dan ia juga pernah memberiku saran game eroge. Alur cerita gamenya bagus, tapi aku tetap tidak suka dengan scene 18+, bukannya tidak suka tapi aku tidak ingin dipanggil oleh adikku erotaku dan kata-kata itu akan menghantuiku terus-menerus.
Karena aku bingung dia kemana saat di sekolah, aku menanyakan hal itu padanya. “Kau kemana saja, dari tadi kau tidak ada di kelas?”
Sambil menepuk kedua telapak tangannya dan menundukan sedikit kepalanya. “Maaf, aku lagi ada kegiatan klub penuh untuk festival budaya nanti. Makanya aku ijin untuk tidak masuk kelas tadi.”
Klub yang Eita masuki adalah klub lari. Kudengar-dengar kalau klub lari sedang kekurangan anggota. Mungkin semua anggota yang masih ikut diwajibkan untuk berpartisipasi dalam festival budaya agar banyak mendapat anggota nanti.
Dan aku tidak sadar, kalau acara festival budaya sudah dekat. Acara yang biasanya orang normie lakukan untuk berhura-hura dan yang aku lakukan di festival ketika SMP hanyalah menjadi tukang gulung kabel dan bekerja di belakang panggung.
Itu adalah pekerjaan yang wajar bagi seorang penyendiri sepertiku.
Eita langsung mengganti topik dan berbicara dengan nada serius. “Aku baru ingat, dengar-dengar di kelas kita bakal kedatangan murid baru.”
Murid baru? Heh, Sepertinya kelasku akan kedatangan 1 orang normie lagi, atau mungkin tidak.
Dengan nada datar aku menjawab. “Owh…”
Sambil memiringkan kepalanya dengan reaksi bingung. “Kok reaksimu gitu?” tanya Eita.
Sekali lagi dengan nada datar aku menjawab, “Aku gak tertarik ama murid baru.”
Buat apa juga aku tertarik, jika di sekolah kita kedatangan seiyuu galge, mungkin aku akan memesan kursi paling depan. Bahkan kalau bisa, di panggungnya sekalian.
Tunggu dulu padahal sekarang bulan Februari dan mau kenaikan kelas, kenapa ada murid pindahan mendadak? Aneh sekali kalau ada murid pindah sekarang. Yah, karena bulan depan sudah mau ujian kenaikan kelas. Apa bisa, ya pindah sekolah pada saat ini?
Kalau lewat jalur dalam mungkin bisa.
Setelah cukup lama kami berjalan, akhirnya kami tiba di pertigaan jalan. Tempat di mana aku sering berpisah dengan Eita, yah karena rumah kami berbeda arah. Rumahku lurus ke depan sedangkan rumah Eita di arah kanan.
Terlihat dari raut wajah Eita, ia nampak ingin pergi ke rumah. “Aku pergi dulu ya Yuuichi, soalnya aku mau kencan dengan Mayu-chan.”
Mayu yang dia maksud adalah heroin game eroge yang berjudul: Eternal Paradise. Mana mungkin dia kencan ama perempuan 3d. Jika dia kencan dengan perempuan 3d, kiamat lah dunia ini.
Eita pun berjalan menuju ke rumahnya dengan santai.
Aku mengejeknya dengan nada rendah. “Bye erotaku.”
Ia pun mengejek balik sambil melambaikan tangan kanannya padaku sambil tersenyum aneh di wajahnya, “Bye, pecinta stocking.”
Aku memang pecinta stocking tapi aku tidak mesum sepertimu erotaku sialan!
Aku pergi menuju ke rumah dengan perasaan kesal dan senang yang bercampur secara bersamaan.
Apa aku ini benar-benar kesepian atau aku hanya menipu diriku sendiri?
Heh, peduli setan.
▲
Setibanya aku di rumah, aku langsung membuka pintu rumah dengan perlahan.
Dengan nada santai aku mengucap, “Aku pulang.” Sambil melepas sepatu dan kaosku. Setelah itu, kuletakan di rak dekat pintu.
Ibu yang sepertinya berada di dapur, menjawab ucapanku dengan nada rendah. “Selamat datang.”
Suara imut yang juga berasal dari dapur menyapaku dengan lembut. “Ah Onii-san, selamat datang”
Saat aku hendak menuju ke dapur. Tiba-tiba tercium aroma daging sedap yang berasal dari arah dapur.
Hah… Bau daging? Dari baunya nampak sangat enak.
Secara tidak sadar, aku tergoda akan aroma daging sapi yang dimasak Ibuku di dapur.
Sesaat terlintas di kepalaku kalau aku sudah bertekad untuk bermain galge sehabis pulang sekolah. Karena aku baru saja membeli game galge baru kemarin, jadi aku harus memainkannya malam ini. Jika tidak, akan ada banyak daftar game yang baru keluar dan akibatnya, aku tidak bisa menamatkan semuanya nanti.
Jangan tergoda sialan. Aku harus bermain galge hari ini.
Saat aku sudah berada di dapur dan hendak menuju ke kamar untuk bermain galge. Terlihat Adikku bersandar di sofa sambil menonton tv tentang berita artis dan kulihat di dapur, ibu sedang memasak makan malam.
Ibu memberitahuku. “Yuu, jangan lupa mandi ya, setelah itu makan malam.”
Aku menjawab ibu sambil berjalan ke kamarku, “Iya Bu.”
Rin pun berdiri dan membalikan wajahnya ke arahku. “Onii-san kenapa muka mu lesu gitu?” tanya Rin.
Dengan nada datar kujawab Rin, “Gak apa-apa.”
“Tapi Onii-san pasti akan sembuh kan, jika bermain game eronya lagi.”
Pernyataan macam apa itu. Yah, walaupun dia tidak sepenuhnya salah. Tapi tetap saja membuatku kesal akan mulut embernya itu.
Aku menjawabnya dengan nada agak tinggi. “Mana ada bego. Lagipula aku gak main eroge.”
Ibu yang berada di dapur, hanya mendengar kami berdebat, “Ara-ara.”
Sebaiknya Ibu ambil lakban untuk menutup mulut Adikku yang ember ini.
Adikku bertanya kembali dengan raut wajah yang membuatku kesal. “Apa benar Onii-san?”
Entah kenapa aku ingin sekali menghajarnya wajahnya itu sampai dia tidak bisa memasang wajah mengesalkan itu lagi.
Jawabku dengan nada datar. “Hmmm...”
Daripada aku mengurusi setan kecil ini. Mending aku main galge aja di kamar.
Tiba-tiba terdengar suara kecil yang berasal dari ruang tamu. “Kau masih tidak berubah ya …”
Saat aku sadar kalau Adikku sedang mengatakan sesuatu, aku langsung menanyakan hal itu padanya, “Apa tadi yang kau bilang?”
Apa yang digumamkan setan kecil itu?
Sambil menelengkan kepalanya ke sana kemari sehingga membuat rambut dengan gaya twin tail itu ikut berputar, “Tidak apa-apa kok, sebaiknya kamu main saja game ero mu.”
Aku mengehela napas setelah mendengar hal itu. “Heeh…”
Aku memutar kembali tubuhku dan lanjut jalan menuju ke kamarku. Ketika aku sudah berada di kamar, aku langsung duduk di kursi dekat meja pcku dengan rasa lega.
“Akhirnya aku bisa duduk di kursiku dengan tenang.” Gumamku.
Saat aku duduk di kursiku, aku langsung mencari game yang kubeli semalam. Setelah kutemukan gamenya, kunyalakan pcku. “Langsung mainin aja.”
Setelah 2 jam lamanya aku bermain, akhirnya aku ketiduran di meja pcku dengan pulas.
▲
Terdengar suara gedoran pintu dan suara teriakan yang agak sayup-sayup, “Onii-san! Onii-san!!!!”
Gwahh, aku ketiduran. Itu siapa lagi yang nge-gedor pintu keras-keras.
Aku mencoba mengucek mataku yang nampak buram dan menstimulisasikan pikiranku kembali. Saat aku sudah sadar sepenuhnya, aku melihat ke luar jendela dan terlihat cuaca di luar sedang hujan. Reflek aku memeluk tubuhku yang kedinginan akibat hawa dingin yang menusukku.
Adikku yang berada di balik pintu kamarku menyuruhku turun ke dapur untuk makan. “Onii-san!! Waktunya makan, jangan mainin game ero mu terus!”
Sambil memeluk diriku yang kedinginan, “H-Hmmm iyaahh nanti aku turun.”
Sialan, di luar hujan dan hawanya dingin lagi. Kenapa harus di jam dan keadaan seperti ini, sial?
“Dasar Onii-san!”
Setelah mengucapkan hal itu. Terdengar suara langkah kaki yang berada di tangga. Nampaknya Adikku baru saja turun ke bawah menuju ke ruang makan.
Aku cepat-cepat meng-save galgeku dan mematikan pcku. Setelah itu aku berjalan menuju ke ruang makan untuk menyantap makan malam.
Ketika aku sudah berada di ruang makan. Kulihat Rin dan Ibu sudah berada di tempat duduknya masing-masing sambil menyantap makanannya.
Tanpa memikirkan banyak hal, aku langsung duduk di tempatku dan langsung menyatukan telapak tangan sebagai tanda penghormatan kepada Ibu dan Dewa yang telah memberiku makanan ini. “Baiklah, selamat makan.”
Sup miso yang begitu hangat ini menjadi incaran pertamaku karena supnya dapat menghangatkan tubuhku yang kedinginan ini.
Awhh, sup misonya enak. Makanan ini menghangatkan tubuhku yang tadi kedinginan.
Sontak Adikku berdiri di kursinya dan nampak, ia sedang membanggakan dirinya karena telah membuat sup miso yang begitu enak ini di matanya. “Bagaimana sup misonya onii-san? Enak kan heheheheh. Itu buatanku loh”
Kenapa makanan seenak ini adalah buatan setan kecil itu.
Delusiku tentang dewi makanan ini pun hilang tak berbekas.
Jawabku dengan tidak peduli. “Hmmm rasanya cukup enak….”
Sambil mendekatkan dirinya ke arahku sehingga belahan dada atasnya kelihatan sedikit. “Ayolah onii-san jangan bohong gitu? Pasti sangat enak kan.”
Bisakah kau berhenti membanggakan dirimu itu. Aku merasa sedikit kesal dengan sifatmu itu.
Dengan nada tinggi aku memujinya, agar dia tidak mengganguku lagi. “Iyahh ini sangat enak sekali.”
Dengan raut wajah senang. Adikku mengusap kepala belakang dan kembali duduk ke kursinya. “Heheheheh”
Adikku ini benar-benar bodoh. Saking bodohnya, ia bahkan menganggap ledekanku tadi sebagai pujian. Tapi itulah yang kusuka darinya, dalam artian lain.
Tidak lama setelah itu. Aku memakan semua makanan yang kusukai hingga perutku terasa sakit dan penuh.
Sambil memegang perutku yang agak buncit akibat kebanyakan makan. “Ah... akhirnya kenyang juga.”
Setelah selesai makan malam. Aku pergi kembali ke kamar untuk ngelanjutin savean gameku dan aku main game selama lebih dari 3 jam. Dan akhirnya aku tertidur pulas di meja komputerku akibat terlalu lama bermain.
▲
Terdengar teriakan yang berasal dari arah pintu dan suaranya agak sayup-sayup. “Onii-san bangun waktunya sarapan!”
Aku menjawab teriakannya dan mengucek mataku yang buram sambil mencoba untuk berdiri. “Iyaa, aku udah bangun.”
“Cepet turun, nanti sarapan nya dingin lagi”
Aku mencoba memaksakan diri untuk menjawabnya dengan tenaga yang masih setengah-setengah ini. “Iya, Iya.”
Lalu terdengar suara langkah kaki turun ke bawah setelah aku mengatakan hal itu.
Seperti nya dia keburu-buru, padahal masih jam 07:00. Owh…… aku tahu, mungkin dia mau ngerjain pr yang gak di kerjain di rumah.
Hah mampus.
Setelah aku dipanggil setan kecil itu, aku cepat-cepat turun ke bawah untuk mandi. Aku cepat-cepat naik ke atas dan memakai baju seragam sekolah, dan jaketku setelah selesai mandi.
Ketika aku turun ke bawah untuk sarapan pagi. Kulihat Adikku sudah berada di depan pintu rumah, sedang memakai sepatunya itu.
Sambil memegang bekal yang ia bawa di tangan kanannya dan membuka pintu rumah. “Bu, Rin berangkat dulu ya.”
Untung saja Adikku tidak sambil memakan roti. Jika dia melakukan hal itu, maka akan terjadi hal-hal yang di luar nalar orang normie.
Ibu yang berada di dapur sambil menggoreng telur. “Kenapa cepat-cepat Rin, ibu baru saja masak makanan kesukaanmu.”
Blak-blakan aku menyatakan hal yang ada dalam pikiranku dengan cukup nyaring. “Pasti dia mau ngerjain pr nya di sekolah.”
Tatapan Adikku yang sinis itu pun langsung tertuju padaku setelah aku mengatakan hal itu. Aku tertawa dalam hati dengan tingkah lakunya itu.
Ternyata benar tebakanku.
Tidak lama setelah adikku pergi ke sekolah. Akupun bersiap-siap pergi ke sekolah ketika aku sudah selesai menyantap sarapanku.
Aku memasang sepatu dan setelah selesai, aku membuka pintu rumah. “Bu, aku pergi dulu ya.”
“Hati-hati di jalan ya.”
▲
Apa apaan ini?!
Baru saja aku sampai di gerbang sekolah, para laki-laki sudah berbaris seperti pbb.
Setahuku hari ini tidak ada acara sekolah?
Para laki-laki itupun sangat antusias menyambut perempuan pindahan itu. Teriakan laki-laki pun memenuhi gendang telingaku
“Woaah, gila CANTIK!!”
“RATUKU!!”
Para laki-laki di sekolahku otaknya udah sedeng apa, teriak-teriak segala.
Sesaat aku mau masuk ke gerbang, aku melihat wanita yang di puja laki-laki idiot itu. Dari penglihatanku, rambutnya berwarna hitam dan panjang, stocking sepinggang, ukuran dada E cup, memakai kacamata dan dari raut wajahnya, dia orang yang dingin. Seperti heroin sempurna di game galge yang sulit untuk di taklukan rutenya.
Tunggu dulu, kenapa aku tahu ukuran dadanya? Apa aku telah diracuni si erotaku mesum sialan itu?!
Sepertinya aku harus pergi ke kelas. Jika tidak, kegilaan orang-orang ini akan menular kepadaku.
Aku tidak memedulikan keributan itu dan lanjut berjalan ke kelas.
Setelah sampai di kelas. Aku duduk di kursiku dan kulihat, di kelas cuma ada perempuannya saja. Mungkin laki-laki di kelas lagi memuja perempuan itu.
Tidak lama kemudian, Koyomi-sensei datang untuk memulai homeroom. Secara tidak sadar, aku melihat para laki-laki sudah berada di tempat duduk mereka masing-masing
Tunggu, sejak kapan laki-laki idiot tadi ke sini. Cepet banget.
“Baiklah semuanya silakan duduk.” Ucap Koyomi-sensei dengan gembira.
“Hari ini kita kedatangan murid baru.” Sambungnya.
Perempuan pindahan itupun masuk ke dalam kelas tanpa ragu-ragu dengan rambut hitam panjangnya yang terurai dan tatapan dinginnya yang berada di balik kacamatanya itu.
“Ayo perkenalkan dirimu.”
Ia pun memperkenalkan dirinya dengan nada dingin yang begitu dalam. “Perkenalkan namaku Sakuraba Aika.”
Setelah perempuan itu memperkenalkan dirinya. Laki-laki di kelasku langsung berteriak. “KAWAIII!!”
Laki-laki di kelas ini apa gak ada yang punya urat malunya ya? Padahal perempuan itu menunjukan raut wajah yang dingin, tapi kenapa laki-laki di kelas ini malah senang. Apa laki-laki di kelasku ini kebanyakan masokis?
Koyomi-sensei menepuk tangannya agar para murid tetap tenang. “Harap tenang ya semuanya! Ayo lanjutkan Sakuraba-san.”
“Aku pindahan dari SMA Hakuryu. Mohon kerja samanya”
Nampkanya perempuan ini tipe orang yang tidak memedulikan sekitarnya. Yah, terlihat dari raut wajahnya yang tidak terlihat seperti orang yang ingin bergaul dengan sesama. Bisa dibilang dia hampir sama denganku, hanya saja aku tidak bisa memasang raut wajah yang dingin. Tapi, mau seperti apapun ekspresiku, tetap saja orang akan ketakutan melihatku.
Salah seorang siswi yang berada paling depan di barisan ketiga bertanya pada Koyomi-sensei. “Ibu…! Kenapa ada murid pindahan sekarang? Padahal kita bulan depan mau ujian kenaikan kelas.”
Akhirnya ada murid yang waras terhadap sistem sekolah yang aneh ini.
Dengan senyum yang terpampang di wajahnya, Koyomi-sensei menjawab dengan santai. “Hmmm…, ibu juga gak tau. Tapi untuk urusan nilai, semuanya sudah teratasi.”
Otakku langsung berpikir keras setelah Koyomi-sensei mengatakan hal itu.
Aku masuk sekolah apaan sih? Gak jelas sistem dan kepala sekolahnya.
“Baiklah Sakuraba-san, silakan duduk di tempat hmmm, di mana ya? Owh, di samping Kisaragi-kun kosong. Silakan duduk di sana.”
Perempuan itu hanya menundukan kepalanya sebagai jawaban iya kepada Koyomi-sensei.
Dan kenapa ada kursi kosong di sampingku? Baru sadar aku.
Sesaat kemudian, pandangan laki-laki di kelas menatap iri padaku dan dia duduk di sampingku tanpa menghiraukan apa pun.
Tolong jauhkan perempuan ini.
Perempuan ini menatapku dengan tatapan dinginnya sambil merapikan poni yang berada di atas alis kanannya, “Bisakah kau berhenti melihatku?” tanya perempuan itu padaku.
“Ahh…. H-Hmmm, maaf.” Jawabku sambil memalingkan wajahku ke arah papan tulis.
Secara tidak sengaja aku melihatnya secara terus-menerus.
Saat aku memutar kepalaku ke arah papan tulis. Tiba-tiba penglihatanku menjadi sedikit buram dan tubuhku terasa ringan.
“Aduh… kenapa penglihatanku jadi buram ya?” Sambil mengucek mataku dan semakin lama pandanganku semakin buram dan gelap, kepalaku juga terasa sakit.
Apa gara-gara malam tadi aku begadang ya, padahal malam tadi cuma main 3 jam.
Lambat laun penglihatanku semakin buram dan tubuhku terasa ringan sampai-sampai aku bisa terbawa angin. Dan tidak lama kemudian penglihatanku jadi hitam semua dan aku tidak bisa lagi merasakan tubuhku.
“Kisaragi-kun!!?”
▲
Terlihat ada 2 anak perempuan yang marah padaku dengan wajah yang samar-samar.
Anak perempuan yang berada di sebelah kanan memarahiku sambil menunjuk jarinya ke arahku. “Yuu-kun itu bekalku kenapa kau makan!?”
Anak perempuan yang berada di sebelahnya ikut memarahku juga. “Iyah…, itu bekal punya Ai-chan, kenapa kau makan!!?”
“Habis bekalnya enak jadi ketagihan hehehe.”
Kenapa aku mengingat masa kecilku lagi? Dan sekarang ada satu perempuan baru, ini cukup gila untuk kuingat.
Tidak lama kemudian aku terbangun dari mimpi itu. Tetapi saat mataku sudah terbuka, penglihatanku masih agak buram. Saat penglihatanku sudah bagus, aku melihat seorang guru perempuan yang sedang duduk di pojokan dengan baju dokternya yang agak kebesaran dan ditambah stockingnya yang cukup menggoda.
Dialah Nikaido-sensei, guru uks di sekolah ini. Dia dulunya adalah suster yang merawatku saat aku koma dan membantu pemulihanku saat rehabilitasi. Dia juga pernah membujukku saat aku mengurung diri waktu sd dulu akibat trauma yang kualami.
Bisa dibilang dia adalah orang yang berjasa bagiku tapi di sisi lain, ia juga orang yang paling membuatku kerepotan karena ia selalu menggodaku terus-menerus.
“Kau sudah baikan Kisaragi-kun?” tanya Nikaido-sensei.
Sambil memegang bagian belakang kepalaku yang masih terasa sedikit sakit. “Hah… ehm… sedikit”
“Jika kau masih belum pulih kau bisa berbaring di pangkuanku.” Sambil mendekatiku dengan wajah yang agak mesum.
Benarkan, dia ini memang merepotkan seperti Adikku. Jika aku tidak tertarik dengan 2d, mungkin aku sudah menerima tawarannya itu.
Dengan nada datar. “Tidak… terima kasih.”
Nikaido-sensei langsung cemberut ketika aku menjawabnya seperti itu. “Hmm, baiklah…”
Tolong siapapun pecat guru UKS ini sebelum terlambat.
“Sudah berapa lama aku tidur disini?” tanyaku.
Sambil melihat jam yang berada di tangannya dan menjawabku. “Kira-kira 20 menit.”
Berarti homeroom sudah selesai.
Sekarang masih istirahat dan setelah ini pelajaran sejarah lagi, Aduh!
Dengan cepat aku beranjak dari tempat tidur dan cepat-cepat pergi ke kelas.
Aku menundukan kepalaku pada Nikaido-sensei sebagai ucapan terima kasihku padanya. “Terimakasih Nikado-sensei.”
Dengan tatapan mesum yang di arahkannya pada celanku, “Tidak perlu sungkan lagipula ibu juga sudah dapat bayarannya”
Seketika sekujur tubuhku langsung mengigil. Apa yang kau lakukan guru mesum sialan?
Aku membuka pintu uks. “A-Akhh…, permisi.”
Seketika aku berlari kecil ke kelas dengan bulu kuduk yang sedikit merinding.
Siapapun tolong beritahu aku. Apa yang dia lakukan terhadap tubuhku ini?
Sesampainya aku di kelas. Kulihat kelas sedang sepi tetapi ada beberapa murid laki-laki yang berkumpul di samping kursiku.
“Sakuraba-san apa kau ada acara sabtu ini?”
“Apa-apaan kau ini, aku sudah mengajak Sakuraba-san kencan sabtu ini!”
“Hah, aku duluan tadi.”
Sepertinya hari ini akan menjadi hari yang panjang untukku.
Aku duduk di kursi tanpa menghiraukan kegaduhan di sebelahku. Tapi nampaknya perempuan itu tidak peduli dengan orang yang ada di sekelilingnya, malah ia terlihat fokus dengan buku yang ia baca.
Dilihat dari covernya yang berjudul Sherlock Holmes. Dapat dipastikan, ia adalah penggemar karya Sir Arthur Conan Doyle.
Tak disangka-sangka, perempuan berwajah es ini suka dengan genre misteri. Yah, kebanyakan perempuan menyukai apa yang sedang trend sekarang. Tidak peduli apa hal itu baik atau tidak, yang penting hal tersebut dapat membuat popularitas atau derajatnya menjadi naik.
Tidak lama kemudian Eita si erotaku datang menghampiriku sambil membawa roti dan jus di tangannya.
“Yuuichi, ayo makan bareng!”
“Enggak, aku sedang malas hari ini.”
“Ayolah, padahal kamu juga mau makan sama aku kan?”
Bisakah kau berhenti membuat asumsi bahwa akulah yang menginginkannya?
Karena aku lapar dan secara terpaksa aku ikut karena aku tidak ingin makan di sebelah orang yang berisik, jadi tidak tenang aku makan jika berada di sebelah orang-orang ini.
Sambil mengambil bekal yang ada di laci mejaku. “Di mana?” tanyaku.
“Bagaimana kalau di atap, sekalian aku mau cari inspirasi di sana sebentar.”
Inspirasi? Mungkin kau mau menghayal bersama waifumu lagi.
Akupun mengangguk. “H-Hmmm baik”
Saat aku hendak keluar dari kelas, secara tidak sengaja aku melihat Sakuraba-san yang sedang memperhatikanku sesaat dan setelah itu, dia langsung kembali membaca buku ketika aku melihat ke arahnya.
Aneh.
Eita yang berada di depanku langsung memutar tubuhnya. “Kenapa Yuuichi, ada yang tertinggal?” tanya Eita.
“Awh, tidak ada.”
Eita pun menatap curiga padaku. “Owh…”
“Beneran gak ada apa-apa?” Sambung Eita.
Sambil berlari kecil. “Yaudah ayo cepat, nanti jam istirahat keburu abis.”
Untung saja dia tidak peduli jika aku melihat perempuan tadi, jika tidak mungkin dia histeris gara-gara aku tertarik dengan perempuan 3d. Padahal aku tidak tertarik sama sekali dengan 3d.
Tidak lama kemudian kami sampai dan atap dan setelah itu kami langsung menyantap makan siang kami sambil mengobrol. Kami pun kembali ke kelas setelah selesai makan siang.
Sesampainya di kelas, terlihat kelas nampak ribut daripada sebelumnya.
Dan secara tidak sadar, di belakang kami ada Hasegawa-sensei yang berjalan mengikuti kami, lantas aku dan Eita langsung masuk ke kelas dan duduk dengan rapi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.
Dengan secepat kilat murid yang tadi berbunyi seperti pasar, sekarang yang terdengar hanya suara “fight of mikage” Yang nyaring di luar kelas.
Sambil menatap ke arah Eita. “Hmmm, sekarang buka halaman 171!”
Eita pun mengucurkan keringat tanpa henti seperti air mancur.
Sungguh kasian sekali dirimu
Aku tertawa kecil melihat Eita yang gugup setengah mati itu.
Dengan suara nyaring, Hasegawa-sensei menyuruh Eita untuk membaca. “Kidou-kun BACA!”
Dengan tubuh gemetaran dan buku yang ia pegang dengan kedua tangannya. “B-B-Baik”
Eita pun gemeteran ketika membuka bukunya.
Jujur antara kasihan ama lucu.
▲
Ibu menutup pelajaran sambil merapikan buku. “Baiklah pelajaran kali ini selesai, Ibu harap kalian mengerjakan tugasnya ya”
Semua pun serempak mengatakan, “Iyaa.” Hanya aku saja yang tidak terlalu memedulikannya.
Akhirnya bel berbunyi dan guru killer pun pergi, akupun memasukan buku kedalam tasku dengan lega.
“Yuuichi, pulang bareng yuk!”
Entah perasaanku saja atau dia yang terlalu antusias.
Sebenarnya kau ini kenapa? Dekat-dekat mulu dari tadi.
“Gak, lagipula kau gak ada tugas di klub?” tanyaku.
“Untuk hari ini klub kami tidak ada kegiatan dan kami boleh pergi ke ruang klub atau tidak.”
Dengan nada datar. “Owh….”
Matanya pun bersinar-sinar, “Jadi mau gak? Mau dong kan-kan?” tanya Eita.
Anak ini bikin kesel, lama-lama aku kunci mulutmu itu. Ahh… biarlah, aku sudah kehabisan kata-kata. Sebaiknya aku menuruti maunya saja daripada ia berteriak padauk terus-menerus.
Aku pun berjalan ke luar kelas tanpa mempedulikannya dan Eita berjalan mengikutiku dengan raut wajah senang.
Setelah setengah perjalanan menuju rumahku, Eita pun memulai pembicaraan.
“Hei Yuuichi, apa kau tertarik dengan murid pindahan itu?” Tanya dia dengan nada yang membuat orang seperti ku jengkel.
Dengan nada santai aku menjawab, “Tertarik? Buat apa aku tertarik dengan wanita 3d?”
“Jangan sok gak peduli gitu. Lagipula suatu saat nanti kau pasti juga akan terjatuh dalam rayuan 3d.” Jawab dia dengan tampang muka keren.
Bukankah sudah jati diriku menjadi orang yang tidak peduli dengan sekitarku. Jika aku dengan mudah terjatuh dalam pesona 3d, maka aku bukanlah orang yang berpegang teguh pada prinsipku.
“Hah, bodoh sekali.”
Eita pun melihatku seperti berkata. “Alah, Jangan bohong”.
Aku gak mau menanggapi orang ini lagi. Jika aku mendapat banyak cobaan, aku juga akan mendapat keberuntungan yang banyak. Sumber: Kisaragi Yuuichi yaitu aku sendiri.
Ia mengganti topik. “Hei, Yuuichi kenapa kau tadi pingsan?”
“Aku juga gak tahu, padahal malam tadi aku hanya begadang sampai jam 1 aja.”
Dengan nada datar, ia menjawab. “Hmmm……”
“Kalo aku setiap hari begadang, apa aku juga akan pingsan setiap hari? Enggak kan?”
Sambil menunjukan wajah bingungnya. “Yaudah, tapi kenapa murid pindahan itu ngeliatin kamu terus ya?” tanya Eita balik.
Dan dia mengganti topik pembicaraan yang berat.
“Mana aku tau bego! Coba kau tanyakan langsung ama orangnya.”
“Apa mungkin karena bekas lukamu itu dia ngelihatin kamu?” tanya ia dengan mengejekku.
Karena aku tidak tahan dengan ejekannya, aku langsung menatap sinis ke arahnya. “Hey…. erotaku sialan!”
Untung aku orang nya tidak peduli apa kata orang kecuali kata-kata adikku. Jika tidak, dia mungkin sudah mati di tengah jalan.
Dengan ekspresi kekanak-kanakannya, “Bercanda, jangan marah gitu dong. Heheheh”
Apa dia ini gak puas ya, mengganguku dari tadi?
Secara tidak sadar kami berdua sudah sampai di rumahku, Sepertinya dia kelewatan jalan rumahnya.
Hah mampus lo!
Dengan suara yang cukup nyaring sambil menepuk kepalnya. “ADUHH!! Aku baru sadar kalau udah kelewatan.”
“Itulah karma yang kau dapat jika membully orang.”
Sepertinya kata-kataku tadi memang benar.
Setelah aku mengatakan hal itu, Eita langsung lari sambil melambaikan tangannya ke arahku.
Saat aku sudah berada di depan rumah. Aku melihat Rin yang melompat-lompat dengan wajah cerianya itu di depan pintu.
Sadar akan kedatanganku. Rin langsung melihat ke arahku sambil membuat tanda peace dengan senyum lebar di wajah.
Kau ini kenapa coba?
“Ahh, Onii-San selamat datang!”
“Hmmm, kenapa kau gembira gitu?” tanyaku bingung akan tingkahnya.
Ia menunjuk jari telunjuk tangan kanannya ke arah tanah. “Heheheh, tadi gantungan kunci edisi terbatasku hilang. Dan pas aku mencarinya, untung saja ada di sini.”
Sambil memutar kepalaku dan membuka pintu. “Owhh… gitu ya.”
Mendengar ucapanku itu, Rin langsung menggembungkan pipinya seolah-olah dia marah padauk. “Hmmm…. Bodoh…”
Hahh…, sepertinya aku harus menenangkan pikiranku dengan bermain galge setelah ini.
Akupun masuk ke dalam rumah setelah Adikku masuk.
▲
Sambil mengarahkan wajahku ke langit. “Hahh… semoga hari ini aku melewati neraka dengan tenang.”
Tiba-tiba ada seseorang menepuk punggungku. “Hei, pecinta stocking! Jangan melamun.”
Dia ini, tidak sore, tidak pagi. Pasti menggangguku mulu.
Dengan nada kesal, “Kau ini….”
Sambil memperlihatkan wajah polosnya yang aneh itu. “Heheheh, maaf.”
Bisakah kau berhenti menunjukan muka seperti itu, jika tidak akan kuhajar dan kubuang kau ke sungai.
“Ngomong-ngomong, nanti aku gak bisa temenin kamu makan siang. Jadi maaf ya.” Ucap dia sambil memohon.
Tunggu dulu, buat apa kau memohon? Emang pernah aku minta temenin aku untuk makan siang seperti “Heii, Eita-kun ayo kita makan bersama.” Gak kan.
“Buat apa kau minta maaf? Lagipula aku gak perlu ditemenin.”
Eita tersenyum padaku, “Ok deh, kalau itu mau mu.”
Kenapa dia gak mengejekku lagi? Tapi syukurlah dia berhenti. Jika tidak dia akan kehilangan satu atau dua gigi nya jika mengejekku lagi.
Saat sampai di gerbang kami melihat siswa kelas 3 yang memakai baju olahraga sedang melambaikan tangan ke arah kami.
Mungkin dia ingin memanggil Eita.
“Dah ya! Aku harus pergi dulu.” Setelah itu Eita berlari menuju siswa itu.
Akhirnya aku terbebas dari belenggu ini.
▲
Sesampainya aku di kelas, seisi kelas nampak ribut karena.
Siswi pindahan itu masih dikelilingi oleh laki-laki idiot, tapi kelihatan nya lebih sedikit dari kemaren.
“Aika-chan, mau makan bareng? Aku yang traktir lho.”
Perempuan itu tidak peduli dengan keadaan di sekitarnya dan hanya membaca buku yang dipegangnya.
Setelah aku melewati kelompok itu, akhirnya aku bisa duduk di kursiku tanpa ada masalah.
Tidak lama kemudian, Koyomi-sensei masuk ke kelas untuk memulai homeroom. Dan dengan secepat kilat, murid yang tadi ribut kini duduk rapi dan tenang.
Aku bingung dengan murid yang ada di kelasku ini.
▲
Homeroom sudah berakhir dan Koyomi-sensei sudah keluar dari kelas.
Saat aku mengambil bekal yang ada di laciku. Perutku langsung berbunyi cukup keras.
Sepertinya, sinyalnya sudah aktif.
Setelah itu aku pergi ke Kuramasa-sensei untuk mengambil kunci pintu atap dan cepat-cepat memakan bekalku.
Untung saja tidak ada si erotaku sialan. Jika tidak aku akan menanggapinya terus-menerus dan lama-lama aku kelelahan gara-gara dia.
Saat aku sudah berada di atap, aku mencari tempat duduk untuk memakan bekalku.
“Ahhh… jika bisa seperti ini terus. Aku pasti akan menjalani kehidupan sekolah dengan bahagia.” Gumamku sambil hendak memakan bekal.
Tiba-tiba aku mendengar suara pintu yang terbuka. Sialan… apa aku tadi tidak mengunci pintunya?
Aku langsung berdiri setelah mendengar suara pintu yang terbuka itu.
Dengan nada mengancam, “Siapa disana?” tanyaku.
Setelah aku menanyakan hal itu, pintu semakin terbuka dan terlihat seorang perempuan dengan tatapan dingin yang berada di balik kacamatanya itu.
Ialah Sakuraba Aika, sang putri es di SMA Kagamihara.
Aku mengetahui julukannya itu karena mendengarnya dari para perempuan penggosip yang memanggilnya putri es dan gosip itu sudah tersebar ke seluruh sekolah saat aku berjalan ke atap tadi.
Seperti seorang putri es yang hendak menghunuskan pedang dinginnya tepat ke arahku.
Aku langsung memasang ekspresi bingung ketika melihat tingkahnya itu. Ia pun berjalan ke arahku tanpa memedulikan reaksiku.
Sambil memegang kunci yang berada di tangan kanannya itu. “Ternyata kau di sini ya? Benar kata Muramasa-sensei.”
Muramasa-sensei! Ternyata itu ulahmu ya? Dan juga, kenapa ada kunci cadangannya?!
Dengan sedikit kesal, “Ada urusan apa kau datang kesini?” tanyaku.
Saat aku menanyakan itu, dia terdiam sejenak.
Setelah itu dia menunjuk jarinya ke arahku.
Dengan nada tinggi yang dipaksakan. “Aku ingin kau jadi body-guardku.”
Entah kenapa, kerja otakku serasa lebih cepat ketika ia mengatakan hal itu.
Aku berteriak cukup keras karena terkejut mendengar permintaan itu darinya. “HAHHHHHHHHHHHHH!”
Sakuraba-san mengulang perkataanya kembali seperti orang bodoh. “Hmmmm, aku ingin kau jadi body-guardku.”
Aku mencoba mendinginkan kepalaku agar mudah berpikir.
“Gak bukan itu, maksudku. Kenapa kau ingin menjadikanku sebagai body-guardmu?” tanyaku.
“Karena kau memiliki wajah yang menakutkan.”
Dia adalah orang asing pertama yang mengatakan hal itu terang-terangan padaku.
Apa aku harus memuji perempuan ini atas keberaniannya?
Sambil menyilangkan tanganku. “Apa-apaan alasan itu? Lagipula jika kau ingin memberi alasan. Sebaiknya alasan yang masuk akal.”
Dengan raut wajah polos. “Maaf yang tadi hanya bercanda.”
Bercanda…? Bercanda juga ada batasnya sialan. Jika kau laki-laki, mungkin kau sudahku lempar dari atas sini.
“Sebenarnya… akhir-akhir ini aku sering diikuti oleh orang asing. Jadi karna itulah aku meminta bantuanmu.”
Bukankah seharusnya kau minta tolong dengan polisi? Ojou-sama.
“Kalau begitu, kenapa kau tidak minta tolong polisi? Bukan denganku.”
Raut wajah dinginnya pun berubah menjadi serius dan ia semakin memaksaku. “Masalah ini, bukanlah masalah yang bisa diatasi polisi. Jadi, bisakah kau menjadi body-guardku?”
Emangnya kau ini, diikuti geng yakuza atau semacamnya?
“Tidak... lagipula orang tuamu ada kan? Dan juga, polisi mana yang tidak membantu seorang wanita yang diikuti penjahat.”
Itupun kalau polisinya mau. Aku menjawab seperti itu karena aku tidak ingin terlibat dengan hal yang merepotkan.
Sesaat dia terdiam dan menunduk.
Ia kenapa? Apa dia marah? Tolong jika kau marah, jangan di waktu seperti ini.
Aku ingin menghabiskan waktu istirahatku dengan tenang.
Sambil menunjukan kedua jarinya. “Baiklah, bagaimana kalau aku membayarmu sekitar 200yen sehari.”
Apa dia benar-benar akan membayarku segitu perhari?
Yahh… kalau begitu mungkin aku agak tertarik karena event penjualan akhir musim semi sudah hampir dekat dan uang hasil berjualan ilustrasi belum tentu cukup untuk membeli game nanti.
Aku pun meneguk air liur karena dia berani memberi uang segitu banyaknya perhari.
“Ahh… hmm…. Baiklah aku menerima tawaranmu.”
Sakuraba-san pun mengeluarkan uang 200yen dari kantong seragamnya dan memberikannya padaku. “Jadi kita sudah sepakat dan ini uangmu.”
I-Ini anak beneran kaya. Aku kira dia bakal membayar setelah aku menyelesaikan pekerjaanku sebagai body-guardnya.
“Jadi mulai pulang sekolah ini. Bisa kau mengikutiku dari jauh di belakang?” tanya Sakuraba-san.
Mengikuti dari belakang? Bukankah itu malah membuatku jadi seperti penguntit.
“Hahh…! Ntar malah aku yang dikira penguntit.”
Dengan nada dingin namun santai ia berkata, “Jika hal itu terjadi berpura-pura lah kau sedang pacaran denganku, tapi kita habis bertengkar.”
Sungguh jawaban yang simple dan juga beresiko dari seseorang yang ingin minta dijaga. Heh, sebaiknya aku menurutinya saja.
“Hmmm…. baiklah aku akan berjaga jauh di belakang. Jadi di mana kita ketemuan nanti?”
Sambil memiringkan kepalanya. “Hmmm, di gerbang sekolah?”
Aku langsung terkejut mendengar kata-katanya itu. “Tunggu, apa kau bilang di gerbang sekolah? Bukankah nanti dapat menimbulkan rumor yang tak berdasar?”
Ya, rumor seperti: Seorang putri es sedang berpacaran dengan seorang iblis atau diancam olehnya.
Jika rumor tersebut tersebar, maka laki-laki bodoh yang berada di kelas akan selalu menatap iri padaku.
Dengan raut wajah bingung, “Kau maunya di mana?” tanya ia balik.
Hehh… perempuan ini. Lama-lama seperti Eita, bikin kesel aja.
Karena aku tidak nafsu lagi untuk makan, akupun menutup kotak bekalku. “Awhh... terserahlah.”
“Jadi kita sudah sepakat, untuk bertemu di gerbang sekolah.”
Sambil merapikan kotak bekalku. “…Iyah”
Dan kami sepakat untuk ketemuan di gerbang sekolah.
Sakuraba-san membalikan tubuhnya dan berjalan keluar dari atap. Saat ia sudah berada di depan pintu, ia langsung memutar tubuhnya kembali ke arahku dengan raut wajah serius. “Tapi sebelum itu.”
Kau ini kenapa? Dari tadi bertanya mulu.
“Kenapa?” tanyaku penasaran.
“Resleting celanamu terbuka.”
Sesaat waktu pun serasa berhenti ketika ia mengatakan hal itu di depanku tanpa malu. “Sialannnn?!! Kenapa kau baru bilang sekarang?!!” tanyaku shock sambil menutup resleting.
Dia menunjukan wajah polosnya lagi. “Aku juga baru sadar.”
Sambil menghela napas. “Ahh… terserahlah.”
Setelah kejadian memalukan itu. Dia pun berjalan keluar tanpa menghiraukanku.
Sialan perempuan ini, semoga dia cepat melupakan kejadian itu.
Aku juga harus pergi ke kelas, karena jam istirahat mau habis.
Saat berjalan di lorong sekolah lantai 2, aku melihat seorang perempuan yang tingginya kira-kira 147 cm sedang membagikan lembaran dengan cerianya.
Dari yang kulihat dia masih se-angkatan denganku. Dan dia mempunyai rambut yang pendek se-bahu dengan warna rambut kecoklatan dan warna mata yang biru seperti berlian.
Setelah ia membagikan kertas itu pada murid yang berada di dekatnya. Ia berjalan ke arahku tanpa ragu.
Apa dia ini terlalu polos ya? Atau mungkin dia berbeda dengan normie lainnya, biasanya kalo orang normie mungkin sudah menjauhiku. Karena wajahku seperti berandalan.
Saat ia sudah berada di depanku, ia menunjukan senyum yang menyilaukan sambil memberikan selembaran kertas padaku. “Hai…. Jika kau mempunyai masalah. Kau bisa datang ke ruang klub kami untuk menyelesaikannya dan apabila kau ingin menjadi anggota klub kami. Kau langsung datang ke ruang klub kami.”
Apa dia menghapal kalimat itu ya? Dia membaca dengan fasih seperti salesman yang sedang menjual produknya.
Tunggu tulisan tangannya jelek dan ditulis pakai krayon. Emangnya kau anak tk kah?
Di lembaran itu tertulis, “Kami klub relawan mencari anggota dan juga orang-orang bermasalah untuk di atasi dan untuk informasi lebih lanjut hubungi nomor ini.”
Apa kau ini Custommer Service?
“Owh… hmmm…”
Perempuan itu pun pergi ke arah para siswa yang ada di belakangku sambil melambaikan tangannya padaku. “Dahh….”
Kenapa dia melambaikan tangannya padaku? Padahal aku tidak mengenalnya sama sekali.
Di saat aku berbalik dan melihat perempuan itu dari belakang, dia hampir mirip seperti perempuan yang waktu itu membuntutiku.
Ahh… biarlah. Gak ada waktu untuk mengurusi hal itu.
Bel pun berbunyi. Untung saja kelasku dekat. Jika tidak, aku harus berlari ke kelas dan bisa-bisa kena hukuman nanti.
▲
Setelah pelajaran berakhir. Aku melihat Sakuraba-san sudah bersiap untuk pergi ke rumah, tapi raut wajahnya tetap saja dingin seperti biasanya.
Padahal orang masih merapikan bukunya. Kenapa dia sudah lebih dulu selesai merapikan bukunya. Apa dia ini anak sd yang tidak sabaran ingin pergi liburan?
Dia pergi lebih dulu dan aku baru saja selesai merapikan bukuku.
Setelah selesai aku merapikan buku. Aku langsung menyusul dia dari belakang dan nampaknya, ia sudah berada lebih dulu di gerbang sekolah.
Dengan raut wajah bingung namun juga dingin. “Kenapa lama sekali?” tanya Sakuraba-san.
Dengan santai aku ucap, “Bukankah kau yang terlalu cepat.”
“Hmmm….”
Dia terdiam sejenak dan sepertinya di lagi berpikir.
“Mulai sekarang, aku akan berjalan lebih dulu. Setelah aku berjalan sekitar 10 meter, kau ikuti aku dari belakang.”
Lagi-lagi, dia seenaknya saja memutuskan.
Sambil mengangguk kecil. “Hmm…. baiklah”
Saat aku berbicara dengan Sakuraba-san, aku merasakan aura tidak enak dari belakang.
Kulihat di belakangku, para laki-laki idiot yang berada di dekat lapangan itu menunjukan wajah menyeramkannya.
Ahhhh… biarlah. Lagipula aku juga tidak memiliki teman dan mana mungkin dia langsung menghajarku.
Setelah aku memperhatikan para idiot itu, aku tidak sadar kalau Sakuraba-san sudah jauh di depan.
Aku pun berjalan cepat, mengikutinya dari belakang.
Setelah lama kami berjalan. Tiba-tiba Sakuraba-san terdiam dan melihat ke arah mobil berwarna silver di depan rumah berwarna hijau tua yang agak besar. Luas rumah itu kira-kira sekitar 6x8 meter.
Setelah melihat mobil itu cukup lama. Dia pun langsung masuk ke rumah itu.
Aku pun terdiam di tempat ketika ia masuk ke dalam rumah itu. “Apa itu ya rumahnya? Aku kira dia orang kaya dan bakal masuk ke rumah yang luas halamannya seperti di galge kebanyakan.”
“Tapi yang lebih penting lagi, kenapa aku ditinggal sendirian di sini?” Sambungku.
Tidak lama aku bergumam tentang hal itu. Tiba-tiba ada seseorang yang keluar dari mobil.
Dari penglihatanku, dia memakai jas hitam yang rapi di tambah kacamata hitamnya yang keren itu.
Laki-laki itu pun berjalan menuju ke rumah Sakuraba-san dengan gerak-gerik yang mencurigakan.
Sial… jika dibiarkan. Bakal gawat nantinya.
Dengan sengaja aku membuat rambutku lebih acak, membuka seragamku, dan mengeluarkan baju dalamku agar dia ketakutan saat melihatku.
Dengan nada keras dan lantang sambil menunjukan ekspresi menyeramkanku. “Heii! Pria yang di sana!”
“Apa sialan? Ka-. MAAF AKU TIDAK BERMAKSUD MENGGANGUNYA!!!” Ia berteriak dan berlari ke arah mobilnya saat melihatku seperti berandalan kelas kakap.
Dia pun masuk ke dalam mobil dan menanjak gas nya seperti orang yang habis dikejar yakuza yaitu aku sendiri.
Entah kenapa, penjahat sekarang hanya mementingkan penampilan. Aku bukan bermaksud menghina siapapun tapi memang seperti itu kenyataannya. Kecuali kalau mereka datang dengan banyak orang. Jika kau melihat kejadian itu di depanmu, kusarankan untuk lari dengan cepat kalau kau masih ingin menikmati hidup.
Sambil merapikan rambut dan seragamku yang acak-acakan. “Hmmm…. Apa seperti itu penjahat jaman sekarang? Mungkin dia harus dipecat nanti.”
Tidak lama orang tadi kabur, Sakuraba-san keluar dari rumahnya.
“Bisakah kau masuk ke dalam sebentar?”
Dia pun seolah-olah bersikap seperti tidak terjadi apa-apa.
Perempuan ini!
“Ahh… hmmmm….”
Aku pun masuk ke rumahnya dengan agak ragu karena ia mempersilahkan laki-laki sepertiku masuk.
Kenapa dia membiarkan orang sepertiku masuk ke rumahnya?
Setelah masuk ke dalam rumahnya. Nampak dari dalam, rumahnya seperti rumah kebanyakan. Hanya saja warna hijau dari rumah ini terlihat tua dan terkelupas, seperti tidak diurus selama beberapa tahun.
“Orang tua mu tidak ada rumah ya?” tanyaku bingung karena rumahnya kelihatan sepi.
“Itu tidak penting, ada satu hal yang kuinginkan darimu.”
Dia pun mengalihkan topik pembicaraan dan bertanya balik.
“Dariku?” tanyaku bingung akan pernyataannya.
Memang apa yang kau inginkan dariku? Apakah menjadi body-guardmu itu tidak cukup?
“Ya, aku ingin kau besok sabtu pergi bersamaku!”
Sesaat, otakku serasa di kelilingi oleh ribuan kata-kata yang diucapkan Sakuraba-san tadi. Seperti melihat komidi putar yang berputar dengan cepat sampai-sampai membuat seseorang yang tidak menaikinya saja sudah pusing bukan main.
Raut wajahku pun langsung penuh dengan kebingungan. “Hah?!”
ns 15.158.61.48da2