Kebohongan Bimo
Kost Velo Oyenj (Kamar Mandi)
"Pegang dong memek gue, Bim! Jangan dianggurin aja!" ucap Rani dengan wajah binalnya itu.
Aku tanpa diminta dua kali kemudian memegang vagina Rani. Dengan awkward aku membelai lobang memek gadis cantik itu dengan tangan kiriku. Meskipun ini adalah pertama kalinya aku memegang vagina seorang wanita, tetapi aku merasa bangga karena Rani terlihat sangat menikmatinya.
"Shhh ... shhh ... shhh ... terus, Bim! Egrhhh ... agak keras geseknya! Owhhh ... enak banget. Ugrhhh ... gila tangan lo, Bim. Agrhhh ... gesek terus, Bim! Shhh ... yang kenceng!" pinta Rani di antara desahan nikmatnya itu.
Jari-jariku bermain-main di area klitorisnya. Untungnya aku sudah sering menonton film bokep sehingga aku tahu di mana letak kacang kecil yang menjadi tempat sangat sensitif milik gadis cantik itu. Dengan cara yang cukup pelan dan lembut jari-jariku itu menggesek klitoris Rani. Desahan gadis cantik yang tinggal satu kos denganku itu semakin menjadi-jadi dan membuatku sangat turn on.
"Gila, Bim. Ahhh ... becek banget memek gue. Ugrhhh ... kerasin, Bim! Ugrhhh ... agak keras mainin itil gue," pinta Rani yang mengerang nikmat dan tubuhnya dapat aku rasakan semakin menggelinjang hebat.
"Enak ya, Ran?"
"Uhuhhh ... enak banget, ANJING! Terus! Mainin memek gue, Bim. Ougrhhh...."
Aku benar-benar kaget dengan kalimat kotor yang terlontarkan dari bibir manis Rani. Aku tidak menyangka kalau dibalik wajah cantik dan manisnya itu ternyata menyimpan sesuatu yang sangat lah liar.
Foreplay atau cumbuanku pada tubuh Rani berlangsung cukup lama. Aku tidak tahu tepatnya berapa lama aku saling berciuman dan merangsang satu sama lain bersama Rani. Desahan-desahan gadis berusia 20 tahun itu sudah menggema di dalam kamar mandi itu.
"Ahhh ... ahhh ... ahhh ... Bim. Shhh ... enakgrhhh...."
Aku pun yang pada awalnya takut kalau perbuatan mesumku bersama Rani itu akan dilihat oleh orang malah tidak jadi memikirkannya. Pikiranku sudah penuh dengan memek, memek, dan memek.
Aku sangat ingin merasakan lobang memek gadis cantik itu. Hingga tubuh Rani aku dorong sampai terbentur ke tembok, kemudian aku menambah intens permainan nakalku pada tubuh gadis yang umurnya hanya berbeda beberapa tahun dariku itu.
"Awww...." Rani berteriak dengan intonasi suara sensualnya itu.
MUACHHH ... MUACHHH ... MUACHHH....
Aku melumat bibir Rani sambil memagutnya secara liar. Gadis cantik itu ternyata melawan cumbuanku itu sampai aku seperti bisa merasakan nafsu birahiku dengan Rani menjadi sangat menggebu-gebu.
Aku yang menilai kalau permainan ini harus berlanjut kalau tidak kesempatan seperti ini tidak datang dua kali kemudian membalikkan tubuh Rani hingga menghadap tembok. Di situ aku membuka kedua tangan gadis cantik itu hingga terbuka lebar dan menyenderkannya pada dinding yang ada di depannya. Kaki Rani juga aku buat mengangkang lebar hingga aku bisa melihat dengan jelas bagaimana montoknya bemper milik gadis berusia 20 tahun itu.
"Awww ... Bimo, lo kasar banget, sih," ucap Rani dengan menengok ke arahku dengan tatapan sayunya.
Aku kira Rani marah karena perlakuan kasarku. Tetapi pemikiranku salah. Jelas-jelas aku bisa melihat dari raut wajah binalnya itu kalau dia sangat lah menyukai apa yang aku lakukan.
Tanpa pikir panjang, batang kontolku yang sudah sangat mengeras itu lalu aku tempelkan pada pantat semoknya. Di situ aku bergerak seperti sedang mengentot lobang memek wanita. Padahal aku sama sekali tidak mempunyai pengalaman dengan hal itu.
Aku dorong pinggulku maju mundur sampai bisa merasakan kekenyalan dari pantat bahenol Rani. Aku juga meremas-remas pantat gadis cantik itu dengan penuh nafsu sampai aku tidak berpikir kalau pintu kamar mandi itu masih terbuka.
"Shhh ... pantat lo semok banget sih, Ran," pujiku dengan berbisik di telinga Rani.
"Ahhh ... Bim, lo entot gue sekarang! Ugrhhh ... memek gue udah gatel banget. Shhh ... sange gue, ANJING!" pinta Rani sambil memaju mundurkan pantatnya.
Aku dilema antara masih ingin mempermainkan tubuh Rani atau langsung kucoblos saja lobang memek gadis cantik itu. Aku merasa tidak ingin hal nikmat yang aku rasakan saat itu akan cepat-cepat pergi. Kesempatan emas seperti ini mungkin saja tidak dapat aku dapatkan untuk kesekian kalinya. Tetapi batang kontolku juga sudah berteriak-teriak untuk merasakan rapatnya lobang memek Rani.
"AGRHHH...." Aku mengerang sambil memegang batang kontolku dengan tangan kananku. Aku mengarahkan benda keras tersebut ke dalam lobang memek Rani.
"Shhh ... Bim, jangan digesek-gesek aja, ANJING! Masukkin, masukkin kontol lo ke memek gue!" pinta Rani sambil menengok ke arahku dan memelototiku dengan tatapan binalnya itu.
Aku benar-benar merasa seperti tertantang dengan tatapan sange Rani. Ditambah lagi batang kontolku yang sejak tadi sudah berdenyut-denyut dan menginginkan sesuatu yang dapat memijitnya.
Aku memegang batang kontolku dan mencari bibir vagina milik Rani. Tetapi beberapa kali aku lakukan, benda keras tersebut tidak masuk juga ke dalam lobang memek gadis cantik itu. Malah Rani yang merasa kalau aku mempermainkan nafsu birahinya kemudian tangannya itu menggapai batang kontolku dengan cara mencengkeramnya.
"Shhh ... lo pernah ngentot gak sih, Bim? Uwhhh ... memek gue udah gatel banget! Shhh ... entot gue sekarang!" teriak Rani sambil mengarahkan batang kontolku ke liang kewanitaannya.
"Udah, lah! Gue udah pernah ngentot!" timpalku dengan sedikit tergagap yang tentu saja dengan jawaban kebohonganku.
"Agrhhh ... tapi kontol lo gak masuk-masuk ke memek gue!"
Aku merasa benar-benar seperti direndahkan oleh Rani. Kemudian dengan kasar aku menjejalkan begitu saja batang kontolku pada lobang memeknya hingga terbenam seluruhnya.
"AGRHHH ... BIM, GILA LOGRHHH...." Rani meraung dengan kedua tangannya itu mengepal dan bertumpu pada dinding.
Aku yang panik kemudian bertanya dengan pertanyaan bodoh pada Rani. "Kenapa, Ran. Sakit, ya?"
"Shhh ... terusin aja Bim. Enak banget. Ahhh ... kontol lo panjang banget. Ugrhhh...." Rani menjawab sambil seperti menahan rasa perih di lobang memeknya. Kepala gadis cantik itu juga menengok ke samping sambil menggigit lengannya sendiri.
Untuk pertama kalinya aku merasakan lobang memek seorang wanita. Ternyata seperti yang orang katakan kalau mengentot itu ternyata adalah surga dunia. Batang kontolku itu terasa seperti diurut dengan kontraksi-kontraksi di dinding-dinding vagina milik Rani. Otot-otot vagina gadis cantik itu mencengkeram penisku seperti tidak menginginkan benda keras itu keluar dari lobang kenikmatan miliknya.
PLOK ... PLOK ... PLOK....
Aku menggoyangkan pinggulku secara perlahan sambil menikmati sempitnya lobang memek Rani. Keluar masuknya alat kelaminku di alat kelamin Rani malah membuat nafsu birahi gadis cantik itu malah semakin menjadi-jadi.
"Goyang terus, Bim! Yang kenceng, ahhh ... ahhh ... ahhh ... entot gue yang kenceng! Ugrhhh ... masukin yang dalem! Ugrhhh ... sodok sampe ke rahim gue! Owhhh...." Desahan Rani semakin keras.
Saat itu pula yang tadinya aku hanya menggoyangkan pinggulku secara pelan mulai menambahkan temponya.
"Ahhh ... Ran! Shhh ... memek lo. Owhhh ... memek lo sempit banget. Ugrhhh ... Rani, sange banget gue!" teriakku yang merasakan remasan otot-otot vagina Rani itu semakin kuat.
"Ahhh ... Bim! Gila kontol lo. Ugrhhh ... besar banget, BANGSAT! Ahhh ... ahhh ... ahhh ... terus, genjot memek gue yang kenceng. Agrhhh ... memek gue, memek gue penuh dengan kontol lo, Bim. Egrhhh...." Rani yang tadinya seperti mendominasiku sekarang berubah menjadi dirinya yang tunduk pada batang kontolku.
Aku menekan sedikit punggung gadis cantik itu hingga dia menjadi sedikit menunduk, memudahkanku untuk menyetir lobang memeknya dengan batang kontolku. Saat itu juga aku tidak hanya mengentot lobang memek Rani, tanganku menjalar ke seluruh tubuhnya.
Dalam gaya doggystyle itu, aku memeluknya dari belakang sambil menghantamkan batang kontolku di dalam liang kewanitaannya. Diriku yang sama sekali tidak mempunyai pengalaman dalam mengentot wanita itu hanya mengikuti nafsu binatangku.
Aku menghantam terus menerus sampai pantat bahenol Rani itu bisa sangat aku rasakan menyentuh kulit perutku. Di situ aku juga terus menggenjot lobang memek Rani sampai dia benar-benar hilang kendali tubuhnya.
"BIMOGRHHH ... NGENTOTGRHHH...."
Bersambung….
Bagi kalian yang menyukai cerita karya tulisanku, bisa mendukungku agar tetap semangat dalam menulis dan berkarya dengan cara memberikan love pada ceritaku serta mem-follow akun penanaku. :)
Apabila kalian sudah tidak sabar untuk membaca kelanjutan ceritanya, kalian bisa membacanya langsung di Karyakarsa milik aku.
ns 15.158.61.23da2