TERPAKU, itulah yang terjadi pada diriku dalam beberapa menit saat menyaksikan tubuh telanjang Arsyila berdiri di hadapanku.
“Heh! Ayo turun! Ngapain bengong di situ?! Jadi bantuin nggak?!”
Suara tinggi Arsyila menyadarkanku dari keterpakuan. Tanpa mempedulikanku lagi, istri Adam itu berbalik badan dan melangkah menuju tempat dimana salah satu sumbat kolam renang berada. Aku mengikuti langkah Arsyila dengan memasuki kolam, tubuhku menggigil saat untuk pertama kalinya merasakan dinginnya air kolam.
Aku melihat Arsyila telah mengangkat sumbat kolam di sisi yang berlawanan. Aku segera berjongkok dan mengerahkan tenaga mencabut sumbat yang menjadi bagianku. Sumbat terbuka. Aku bisa merasakan mengalirnya air ke lubang yang sumbatnya terbuka. Lubang itu berukuran sekitar sepuluh sentimeter, lumayan besar untuk mengalirkan air.
Aku berdiri, nyaris bersamaan dengan Arsyila yang juga berdiri. Kami kembali berdiri saling berhadapan. Aku melihat dia melirik ke organ kejantananku yang masih berdiri tegak. Di saat yang sama aku menatap ke bagian di antara kedua pahanya. Kami berdiri tanpa kata. Di bawah kami, air di kolam perlahan mulai surut.
“Nah, tinggal dibersihin deh! Tolong sambungin selang yang itu ke kran air dong.” Ujar Arsyila seraya menunjuk seutas selang di dekat kran air.
Aku melihat ke arah yang ditunjuknya. Tak jauh dari bibir kolam terdapat selang berwarna putih yang melingkar di dekat dinding. Aku segera naik dan memasang selang itu di bagian ujung kran. Air di kolam renang kini semakin menipis. Aku bisa melihat ada butiran kotoran yang tersisa di dasar kolam. Aku menanti hingga semua air sudah terkuras dan membuka kran. Air mengalir di selang dengan cepat dan beberapa detik kemudian sudah menghambur ke lantai kolam.
“Hati-hati dong! Nggak nyemprotin aku juga kali!” Arsyila berteriak karena air nyaris menerpanya. Aku memegang selang itu dan seolah tanpa sengaja mengarahkan ujung selang itu ke tubuhnya.
“Heiii...!”
Arsyila berteriak lagi ketika tubuhnya terkena siraman air. Wanita cantik itu menatapku dengan melotot, apalagi setelah menyadari kalau aku melakukannya dengan sengaja.
“Kamu nakal banget ih! Bukannya nyiramin kolam malah badanku yang disiram!” Rajuk Arsyila dengan mimik wajah manja. Benar-benar pemandangan yang membuat birahiku kelmbali meninggi
“Hehehehehe, sorrii…soriiii..” Balasku seolah tanpa dosa.
Aku kembali mengarahkan ujung selang ke dasar kolam. Aku sengaja melakukannya dari bagian ujung. Aku bisa melihat bagaimana butiran kotoran yang tersisa mulai terseret air dan akhirnya keluar melalui lubang pembuangan.
“Bagian tepinya jangan lupa disiram juga ya.” Arsyila memberi perintah.
Tanpa membantah aku mengarahkan ujung selang ke tepi kolam renang. Berbeda dengan dasar kolam, bagian tepinya relatif bersih. Namun aku menyiram semua bagian tepi untuk memastikan tak ada kotoran yang tersisa. Setelah semua tepi kolam terkena air, aku kembali menyirami dasar kolam hingga semua kotoran hanyut terbawa aliran air.
“Udah... udah cukup. Matikan krannya, nanti aku buka air yang di sini aja.” Kata Arsyila.
Di bagian ujung kolam ada kran kecil yang khusus disiapkan untuk mengisi air kolam. Aku mengangguk dan kembali seolah tanpa sengaja mengarahkan ujung selang ke tubuhnya.
“Heiii...!” Arsyila terpekik kaget.
Kini seluruh tubuhnya yang telanjang sudah basah kuyup, termasuk sepasang bukit kembar dan juga bulu halus di antara kedua pahanya. Basahnya rambut halus di bagian itu membuat belahan di antara kedua paha Arsyila menjadi lebih jelas terlihat.
Aku mematikan kran air dan di saat bersamaan Arsyila membuka saluran tempat masuknya air pengganti. Air dengan deras mengalir memasuki kolam. Ketika air mengalir, Arsyila tetap berada di kolam. Tanpa berkata apa-apa aku kembali memasuki kolam dan mendekatinya.
Kami kini berdiri dalam jarak yang sangat dekat. Aku melirik ke bukit kembar miliknya yang membusung menantang. Juga ke bagian di bawah tubuhnya yang terlihat sangat menggoda. Di saat yang sama aku melihat Arsyila melirik ke organ kejantananku yang masih berdiri tegak mengacung.
“Apaan nih? Kok kotor?” Ujarku perlahan sambil menyentuhkan jariku ke pucuk bukit kembar milik Arsyila di sebelah kiri.
Tentu saja tak ada kotoran di bagian itu. Aku hanya mencari alasan rasional agar bisa menyentuh payudaranya. Ketika menyentuh, aku sengaja melakukan usapan halus. Arsyila menatap ke pucuk bukit kembar sebelah kiri miliknya. Wajahnya terlihat memerah ketika menyadari aku menyentuh bagian itu.
Aku menanti reaksinya.
Apakah dia akan marah?
Apakah Arsyila akan menolak?
Arsyila tetap berdiam diri. Istri Adam itu hanya menunduk dan melihat bagaimana jemariku menyentuh dan mengelus-elus pucuk payudara sebelah kiri miliknya. Karena tidak mendapatkan penolakan, aku melanjutkan aksiku. Aku menggerakkan tangan kiriku dan jariku hinggap di payudara sebelah kanan. Kini kedua tanganku sudah berada di payudara Arsyila sepenuhnya.
Jari tanganku melakukan sentuhan.
Jemariku melakukan usapan.
“Ihhh...geli Daniel...” Arsyila berbisik. Bisikannya dibarengi dengan geliat tubuh erotis.
“Rileks aja, kalo nggak geli malah aneh.” Kataku setengah bercanda.
“Ihhh... Kamu... memang nakal...”
Meski sedikit merajuk namun Arsyila tidak memintaku untuk berhenti. Wanita cantik itu tetap membiarkanku menyentuh bagian dadanya. Selama beberapa saat, aku menyentuh bagian pucuk bukit kembarnya.
Jariku bergerak lincah. Aku menggerakkan ibu jariku memilin. Aku juga menggerakkan telapak tanganku melewati pucuk bukit kembarnya. Aku bisa merasakan putingnya mulai mengeras. Sementara jari tangan kiriku beraksi meraba-raba dan menyentuh pucuk bukit kembar yang diselingi dengan remasan halus, aku menggerakkan tangan kananku ke bawah.
“Ouuucchhh…Daniel…”
Jari tanganku melewati perut Arsyila. Kemudian bergerak semakin ke bawah. Aku bisa merasakan jari tanganku menyentuh rambut halus yang basah. Bulu jembut tipis yang sedari tadi membuat imajinasi liarku bergerak tak tentu arah.
Jari tangan kananku menyentuh bagian itu. Bagian di antara kedua paha milik Arsyila. Jariku menyentuh bagian tubuh Arsyila yang seharusnya tak boleh aku sentuh. Aku merasakan jari tangan kananku menyentuh daging yang mungil. Jariku menyentuh daging mungil yang terasa kenyal. Klitoris Arsyila kini sudah berhasil kujamah, nyaris tanpa perlawanan sedikitpun.
“Eeemmcchhhh..Daniel….” Lenguh Arsyila merasakan gerakan tanganku di bagian tubuhnya yang paling intim.
“Kenapa?” Tanyaku pura-pura lugu.
“E-Enak….” Desisnya tak tertahan.
“Boleh aku terusin?” Tanyaku sekali lagi.
“I-Iya…Terusin Daniel…”
Aku segera menggerakkan jari tengahku pada daging mungil itu setelah mendapat lampu hijau dari Arsyila. Jariku melakukan sentuhan lembut. Ujung jariku kugerakkan dengan lincah pada permukaan klitorisnya. Di saat yang sama aku merendahkan kepalaku, bergerak mendekati bukit kembar milik Arsyila.
Beberapa detik kemudian, bibirku menyentuh pucuk bukit kembar sebelah kiri. Aku merasa bibirku menyentuh sesuatu yang keras dan basah. Aku menggerakkan bibirku ke atas dan ke bawah melewati putingnya. Kemudian, aku memasukkan pucuk bukit kembar itu ke mulutku.
“Ouuucchhhhh…Danielll…”
Dengan lembut aku melakukan hisapan. Bibirku menghisap puting Arsyila yang mengeras. Sementara di bawah, tanganku bisa merasakan kalau bagian itu semakin basah. Ketika pertama kali aku melakukan sentuhan, bagian itu memang telah basah setelah sebelumnya terkena siraman air dari selang. Kini bagian itu semakin basah karena gerak lincah jariku yang menggesek-gesek. Bukan karena air, melainkan karena adanya cairan yang mulai keluar dari dalam vagina.
“Ouuucchhhhh!! Daniell! Terusin Daniel!!” Racau Arsyila dengan tubuh menggeliat bak cacing kepanasan.
Keluarnya cairan di bagian paling pribadi perempuan merupakan reaksi yang normal. Keluarnya cairan merupakan pertanda kalau si empunya mulai terangsang. Bagaimana pun, Arsyila adalah perempuan normal. Dia boleh saja judes dan galak padaku, namun dia tetap perempuan normal. Sebagai perempuan normal, tubuhnya akan bereaksi ketika mendapat perlakuan intim nan erotis secara berkala. Itulah yang terjadi saat ini
Hakikatnya, Arsyila sedang diserang dari tiga penjuru. Jari tangan kiriku menyerang puting sebelah kanan miliknya. Bibirku menghisap dan menyedot puting sebelah kiri dan di bagian bawah, jariku sedang mengobok-obok vaginanya.
Ketika bagian dada dan vaginanya mendapat sentuhan, apalagi sentuhan yang intens, tubuh Arsyila bereaksi erotis. Dia akan terangsang, yang ditandai dengan mulai keluarnya cairan dari dalam vaginanya. Cairan di itu semakin membanjir ketika jemariku menemukan celah sempit area paling intim pada tubuhnya. Dengan lembut aku memasukkan jari tengahku ke lubang mungil itu. Setelah jari tengahku masuk, aku menggerakkan jariku keluar masuk.
“Uhhh... Danieeelll...” Arsyila merintih perlahan sambil menyebut namaku.
Aku melanjutkan aksiku. Jariku meremasi payudaranya, bibirku menghisap dan jari tangan kananku beraksi di bagian bawah.
“Ouucchh! Ampun Daniel! Ampuuunnn!”
958Please respect copyright.PENANAXLjvqX71QE
BERSAMBUNG
Cerita "KUCUMBU ISTRI SAHABATKU" sudah tersedia dalam format PDF FULL VERSION dan bisa kalian dapatkan DISINI958Please respect copyright.PENANAoExMXmnGCh