AIR di kolam memang tampak kotor dan tak sedap dipandang mata. Beberapa ranting pohon kering dan guguran daun dari pohon mangga yang tertanam di bagian belakang rumah nampak mengambang di atas permukaan kolam. Arsyila berdiri di sisi kiri bagian kolam, wanita cantik itu melongok ke bagian dalam kolam, sementara aku berdiri di seberangnya.
“Nanti kamu angkat sumbat di sebelah kanan dan aku yang sebelah sini, biar airnya cepat habis.” Ujar Arsyila sambil menunjuk ke dasar kolam.
Pada dasar kolam di bagian ujung nampak dua bulatan berwarna hitam yang rupanya merupakan penyumbat untuk kolam. Jika sumbat itu dibuka air akan keluar melalui saluran pembuangan. Rupanya kolam renang ini masih sangat jadul untuk urusan kebersihan dan pembuangan. Tak seperti kolam renang di hotel-hotel atau villa-villa mewah yang sudah menggunakan pompa otomatis.
“Kita turun ke bawah nih?” Tanyaku.
“Ya iyalah, nggak mungkin dong cuma diliatin doang.” Sahut Arsyila, semburat kekesalan mendadak muncul di wajahnya menanggapi pertanyaanku barusan.
“Masalahnya aku nggak bawa celana ganti.” Kataku perlahan.
Dari yang kuamati, kolam ini memang tidak terlalu dalam. Tinggi airnya hanya sekitar setengah meter lebih sedikit. Namun dengan air setinggi ini, celana panjang yang kukenakan bisa basah jika aku membuka sumbat di dasar kolam. Bisa berabe kalau aku sampai harus basah kuyup dan tak mengenakan pakaian apapun sampai kembali ke Jakarta nanti.
“Ya kalau nggak mau basah dibuka aja celananya.” Kata Arsyila seolah tanpa beban.
“Hah? Aku harus buka celana? Di sini?”
“Duh, ribet banget kamu nih. Tinggal buka baju doang apa susahnya sih?” Runtuk Arsyila makin kesal.
Belum sempat aku menetralisir keterkejutan, Arsyila berbalik badan, kedua tangannya kini berada di pinggang bagian belakang. Aku melihat jemari lentiknya lincah melepas pengait di gaun panjang yang dikenakannya. Aku menahan nafas saat gaun muslimah itu luruh dan jatuh begitu saja di atas lantai.
Punggung mulus, betis indah, serta bongkahan pantat semok yang hanya dilapisi sebuah G-string sexy berwarna hitam langsung terhampar di hadapan mataku. Aku benar-benar tak percaya dengan yang kusaksikan saat ini. Arsyila tanpa malu-malu melepas pakaiannya saat aku bersamanya. Istri Adam itu kemudian berbalik badan menatapku, gundukan kenyal payudaranya masih tertutup BH yang nampak kekecilan.
“Loh, kok malah bengong sih? Buruan cepet lepas celanamu.”
Aku masih berdiri tertegun. Yang terjadi di depanku itu berlangsung begitu cepat hingga aku tak bisa memprosesnya dengan baik di otakku. Di depanku berdiri Arsyila hanya mengenakan hijab hitam, BH kekecilan, dan seutas G-string yang menutupi area kewanitaannya. Arsyila yang selama ini kukenal sebagai wanita yang tertutup dan jutek kini justru tanpa malu-malu menunjukkan keseksian tubuhnya di hadapanku.
“Halooo! Jadi nggak nih?” Kata Arsyila lagi.
“Eh..I-Iya…Maaf!” Balasku tak bisa menyembunyikan kegugupan.
Tanpa pikir panjang aku segera mengikuti jejaknya untuk melepas celana serta kaosku. Satu-satunya yang tersisa di tubuhku hanyalah sebuah celana boxer tipis. Sekilas aku melihat wajah Arsyila bersemu merah saat menyaksikan gundukan daging kemaluanku menyembul di balik celana boxer yang kukenakan.
“Ma-Maaf ya.” Kataku sembari berusaha menutupi bagian selangkanganku dengan tangan.
“Santai aja kenapa sih, kayak aku nggak pernah lihat kontol ngaceng aja.” Balasnya santai sembari melangkah tenang, turun ke dalam kolam renang.
DAMN!
Aku nyaris tidak mempercayai apa yang baru saja kudengar. Aku tidak percaya Arsyila akan mengatakan hal sevulgar itu. Perempuan yang selama ini kukenal sebagai wanita alim dan cenderung tertutup justru sekarang mendadak menjadi sangat terbuka dalam arti sebenarnya, bukan hanya dari sisi penampilan, tapi juga ucapan.
Aku masih memandangi sosok Arsyila dari tepi kolam renang. Keseksian tubuhnya seolah menghipnotisku, sesaat aku lupa jika wanita di hadapanku ini adalah istri sahabatku sendiri. Semua pikiran-pikiran kotor yang bisa kulakukan pada Arsyila seketika menyergap pikiranku. Efeknya tentu saja penisku menegang dengan sendiri karena respon impulsif kejantananku sebagai seorang laki-laki dewasa normal.
“Kenapa nggak turun sih? Jadi bantuin nggak?” Arsyila tiba-tiba berbalik badan, bagian bawah tubuhnya sudah tenggelam di dalam kolam.
“Kalo aku buka semua boleh nggak?” Entah darimana keberanian itu muncul, yang pasti semua isi kepalaku saat ini hanyalah hal-hal mesum.
“Ya udah buka aja kalo mau.” Jawab Arsyila santai.
“Oke!” Sahutku sigap.
Segera aku melorotkan celana dalam yang menempel di area selangkanganku. Beberapa detik kemudian penisku yang sudah mengeras sempurna muncul tanpa penghalang apapun. Sebagai pria keturunan Tionghoa dan kebetulan seorang Katolik juga, bagian intim dari tubuhku tentu saja belum tersunat. Bagian ujung penisku masih tertutup kulit kulup.
Arsyila melirik ke penisku yang mengacung tegak. Istri sahabat baikku itu cepat-cepat memalingkan wajah. Namun aku sempat melihat rona tersipu di wajahnya. Rona tersipu yang disertai senyum malu. Untuk sesaat kami berdiri canggung.
“Kenapa? Katamu sudah biasa lihat kontol ngaceng?” Tanyaku makin berani. Arsyila yang sebelumnya memalingkan wajah kembali menatapku. Senyumnya tersungging tipis, begitu cantik.
“Iya sih, tapi baru kali ini aku lihat yang kayak gitu.”
“Kayak gitu gimana?” Tanyaku penasaran.
“Ya gitu, masih ada kulitnya, belum sunat.” Ujar Arsyila malu-malu.
“Hahahahaha! Kenapa? Lucu ya?”
“Yah lumayanlah. Ayo turun, jadi bantuin nggak?”
“Ehmm, karena aku sudah telanjang kayak gini, kenapa kamu nggak ikut telanjang juga? Kamu nggak bawa pakaian dalam ganti kan? Apa kata Adam nanti kalo liat BH mu basah kuyup?” Kataku makin berani.
Sepasang mata Arsyila yang indah terpicing. Dia menatapku tajam. Di saat yang sama, aku kembali melihat rona tersipu di wajahnya.
“Hah? Aku harus telanjang juga?” Arsyila bertanya sambil menatapku.
“Supaya adil aja sih.” Ujarku sambil menyeringai mesum.
“Ya ini cuma saran aja. Kalo kamu nggak mau ya nggak apa-apa.” Kataku lagi.
Arsyila kembali memicingkan matanya. Wanita cantik dengan hijab di kepalanya itu menatapku. Aku balas menatapnya. Untuk sesaat kami bertatapan hingga dia memalingkan wajah. Aku menahan nafas. Dadaku terasa bergemuruh. Aku nyaris tidak percaya dengan apa yang baru saja kukatakan. Akankah Arsyila setuju untuk ikut telanjang sepertiku?
“Oke, siapa takut!”
Jantungku makin bergemuruh saat mendengar persetujuan dari bibir Arsyila. Sesaat lagi aku akan bisa menyaksikan tubuh telanjang istri sahabat baikku itu. Dengan cepat Arsyila membalikkan badannya. Kedua tangannya diletakkan di atas G-string yang dikenakan.
Kemudian...
Arsyila menurunkan G-string kecil itu melewati pinggulnya, kemudian kedua pahanya. G-string itu agak tergulung melewati kakinya yang jenjang, kemudian dengan gerakan erotis dia melemparkannya ke tepi kolam. Masih dengan tubuh membelakangiku, Arsyila meletakkan tangannya di punggung. Gerakan tangannya lincah melepas pengait BH nya yang terlihat kekecilan. Tak butuh waktu lama hingga penutup payudara itu ikut terlepas dari tubuh mulus Arsyila dan berakhir teronggok di tepi kolam renang.
Satu-satunya kain yang masih berada di tubuh Arsyila hanyalah sepotong hijab yang menutupi kepalanya. Entah kenapa, Arsyila rupanya enggan membuka penutup kepalanya itu. Aku sendiri sengaja tidak meminta agar dia membuka penutup kepalanya. Ada nuansa mendebarkan ketika melihat Arsyila yang telanjang namun masih mengenakan hijab. Ukhty naughty.
Kutatap tubuh Arsyila yang telah telanjang bulat dari belakang. Tanpa sadar penisku pun sudah mengacung tegak sempurna. Wanita cantik itu kemudian kembali berbalik ke arahku, kami saling bertatapan dalam diam. Detak jantungku berdetak lebih cepat saat akhirnya menyaksikan tubuh Arsyila yang polos, mulus, nyaris tanpa cela.
Arsyila berdiri dengan sikap biasa. Wanita cantik itu memang terlihat canggung, namun sikapnya terkesan biasa saja. Arsyila bahkan tidak berupaya menutupi bagian tubuhnya yang terbuka itu, seperti yang seharusnya dilakukan perempuan yang telanjang di depan laki-laki yang bukan suaminya.
Aku bisa melihat sepasang bukit kembar yang mengacung indah. Payudara yang berukuran cukup besar. Daging kenyal yang sama sekali belum kendur. Sepasang bukit kembar yang masih tegak. Aku bisa melihat pucuk bukit kembar itu. Puting yang juga nampak mengacung.
Puting itu dikitari lingkaran kecil berwarna merah muda. Kemudian aku melihat perut yang rata. Semuanya terlihat sempurna dan menggiurkan. Isi kepalaku bahakan telah memproses hal-hal mesum yang pernah dilakukan pada tubuh istrinya ini.
Kemudian mataku tertuju ke bagian itu. Bagian paling mendebarkan milik perempuan. Bagian yang dipenuhi misteri dan rahasia. Bagian yang selama ini tertutup rapat bagi laki-laki manapun selain Adam. Aku melihat bulu halus berwarna hitam yang dipotong pendek dan rapi.
Karena dipotong pendek, rambut itu tak mampu menutupi celah yang ada di bagian paling intim. Celah indah yang membuat jantungku berdebar. Aku melihat celah itu. Celah berupa belahan unik yang ada di bagian paling tersembunyi dari tubuh Arsyila. Samar aku seperti melihat ada semacam daging mungil yang melingkar. Daging mungil yang mirip seperti ulat kecil.
Klitoris.
8462Please respect copyright.PENANAzJ4Ksn9oFh
BERSAMBUNG
Cerita "KUCUMBU ISTRI TEMANKU" sudah tersedia dalam format PDF FULL VERSION dan bisa kalian dapatkan DISINI8462Please respect copyright.PENANAy8XQUr4F1E