APA sebenarnya yang dirasakan seorang wanita yang telah terangsang? Rupanya, jika sudah terangsang, apalagi sudah sangat terangsang, yang muncul adalah perasaan tersiksa. Dan tampaknya itu yang kini dirasakan oleh Arsyila. Tanpa malu-malu wanita cantik itu menggeliat, mendesis lirih, memohon ampun padaku.
Bahwa Arsyila merasa sangat tersiksa, itu agak mengagetkan karena aku sebenarnya baru saja menyentuhnya. Jari dan bibirku baru beraksi tak sampai lima menit. Sejak pertama kali jariku menyentuh pucuk bukit kembar miliknya hingga jari tengahku memasuki ‘lubang mungil’ yang berada di bagian bawah tubuhnya, itu mungkin baru berjalan tiga menit. Namun dalam jangka waktu yang relatif singkat itu Arsyila sudah merasa tersiksa.
Kenapa Arsyila mudah sekali terangsang? Apakah selama ini dia tak pernah mendapatkan rangsangan semacam ini dari Adam? Di mana ada asap, di situ ada api, begitu kata pepatah. Semua perbuatan memiliki asal-usulnya. Semua yang dilakukan pasti ada alasannya. Ketika Arsyila dengan tenang dan perasaan malu menelanjangi dirinya di hadapanku pastilah ada sebab yang menyertainya.
Pasti ada alasannya sehingga seorang perempuan seperti Arsyila mau saja membuka seluruh pakaiannya di depan laki-laki yang bukan suaminya. Tak hanya mempertontonkan kemolekan tubuhnya saja, wanita yang kukekanl begitu alim itu bahkan tanpa penolakan menerima jamahan jemariku dan cumbuan bibirku di tubuhnya.
Lalu apa alasannya?
Apakah Arsyila selama ini kesepian?
Jika kesepian, rasanya tidak mungkin karena sepanjang yang aku tahu, Adam sangat jarang meninggalkan rumah dalam waktu lama. Pekerjaan yang ditekuninya memungkinkan Adam bisa tetap berada di Jakarta. Jika bukan karena kesepian, lalu apa? Apakah ini terkait dengan kemampuan Adam dalam hal urusan sex?
Apakah yang seperti itu yang menimpa Arsyila? Apakah dia kecewa dengan kemampuan suaminya di atas ranjang? Apakah Adam tergolong payah di ranjang? Berbagai pertanyaan itu bergelayut di benakku hingga aku merasakan jemari lentik Arsyila meraih batang kejantananku, meremasnya, mengocoknya naik turun dengan gerakan teratur.
“Ouuucchhhh..”
“Kenapa? Enak ya?” Tanya Arsyila dengan senyum menggoda.
“Banget…” Balasku dengan suara sedikit serak.
“Baru juga diginiin udah keenakan aja.” Ejek Arsyila.
Kembali kubenamkan kepalaku di antara gundukan kenyal payudara istri Adam tersebut. Sembari menikmati kocokan tangan pada batang penisku, mulutku melumat putingnya, menghisapnya sedikit kencang sembari tangan kananku meremasi payudaranya.
Desahan Arsyila bertambah nyaring, aku bisa merasakan dia berusaha menempelkan ujung penisku pada permukaan liang vaginanya yang sudah sangat basah. Menggesek-geseknya seolah ingin menghilangkan rasa gatal pada area intimnya.
“Eeemmcchhh…Eeemmcchhh…”
Mulutku penuh dengan bongkahan daging kenyal, aku begitu menikmati momen percumbuan ini. Sensasi bercinta dengan istri orang sahabat sendiri ternyata begitu mendebarkan. Perasaan bersalah bercampur dengan birahi tinggi jadi bahan bakar absolut dosaku siang ini.
Selama beberapa saat, aku merasakan gesekan itu. Gesekan yang lembut. Gesekan yang membuat aku meremang. Ada rasa geli yang aneh yang kurasakan ketika ujung penisku yang belum tersunat menyentuh organ kewanitaan Arsyila yang telah basah. Ada rasa geli yang sukar untuk dijelaskan. Rasa geli yang nikmat. Rasa geli yang membuat nafasku terengah.
“Oucchhhh Daniel….”
Aku tau jika kami sudah melewati batas, dan sepertinya sulit untuk dicegah. Nafsu telah menguasai kami berdua, perasaan bersalah dan berdosa pada Adam nyata-nyata sirna ditelan gelombang birahi diantara kami berdua. Arsyila sedikit mendorong tubuhku ke belakang, seolah ingin meminta space pada gerakan tubuhnya yang kini bergerak ke bawah.
Wanita cantik dengan hijab hitam masih menutupi kepalanya itu kini bersimpuh di bawah tubuhku. Sesekali dia melirik wajahku dnegan tatapan penuh nafsu sembari tangan kanannya mengocoki batang penisku.
“Ouuucchhhhh..” Aku melenguh panjang, kepalaku mendongak ke atas merasakan sensasi handjob yang diberikan oleh istri Adam itu.
“Gede juga ternyata kontolmu…” Ujar Arsyila.
“Gede mana dibanding punya Adam?” Tanyaku penasaran.
“Sama gedenya, tapi…”
“Tapi apa?”
Bukannya menjawab pertanyaanku, Arsyila justru langsung mengecupi batang penisku. Bibienya bergerak lincah menjejaki sentuhan di sekujur batang kejantanananku dari ujung kulup hingga pangkalnya. Lalu hal yang selama ini tak sekalipun terpikirkan olehku terjadi begitu saja. Arsyila membuka mulutnya lebar-lebar sebelum kemudian menjejalinya dengan batang penisku.
“Ohhhhh…Fuck!” Umpatku seraya meremas kepala Arsyila yang masih tertutup hijab.
“Eeemmcchh…..Eeemcchhhh…”
Hanya itu yang terdengar dari Arsyila saat penisku menyesaki mulutnya. Mulutnya mulai menelan penisku. Tidak sampai seluruhnya, mulutnya terlihat kesulitan saat mencapai pertengahan batang kemaluanku yang menggemuk. Terus dia berulang kali memasukkan dan mengeluarkan penisku dalam mulutnya. Aku ingin sedikit memberikan pelajaran kepadanya. Kutahan kepalanya pada saat dia akan mengeluarkan penisku dari mulutnya. Kutekan kepalanya sampai batas maksimal tenggorokkannya.
“HHAAAAHH!! HAAAHHHH!”
Mulut Arsyila megap-megap setelah batang penisku lepas keluar, wanita cantik itu mendelik ke arahku yang terkekeh senang karena berhasil mengerjainya. Sebuah tepukan ringan mendarat ke pahaku.
“Brengsek! Malah dimentokin!” Gerutu Arsyila, buliran liurnya menetes beberapa kali, memberiku pandangan yang sangat erotis.
“Hehehehe! Kirain suka kalo dimentokin.” Balasku sambil tertawa.
“Bilang dulu dong kalo mau mentokin biar nggak kaget.”
“Iya…Iya…Sorri…” Kataku sembari membelai kepala Arsyila yang tertutup hijab.
Arsyila kembali mengulum penisku, satu tangannya mengurut mundur kulit kulup penisku sehingga membuat lubang kencingku terlihat olehnya. Lidahnya menari-nari di sana, menjilati lubang kencingku sambi sesekali mengecupi batangku.
“Ouucchhhh! Yess!”
Sensasi basah dan hangat seketika menyergap bagian bawah tubuhku saat Arsyila mulai kembali memasukkan bagian ujung penisku ke dalam mulutku. Kepalanya bergerak maju mundur, memberi sensasi kocokan pada kelauanku yang makin mengeras sempurna. Tak hanya mengulum, sesekali wanita cantik itu juga menghisap lubang kencingku dengan cukup kencang seolah ingin menyedot semua sari-sari kejantananku.
“Enough! Aku nggak mau keluar duluan.” Kataku sembari menarik keluar batang penisku dari mulutnya. Arsyila tersenyum genit, aksi “balas dendamnya” berhasil membuatku kelejotan dan nyaris mendapatkan ejakulasi yang tak kuinginkan secepat ini.
“Masa gitu aja udah mau crot sih?”
“Iyalah, seponganmu enak banget.”
Arsyila kembali berdiri, kami saling berhadapan, tanpa malu-malu dia menempelkan bibirnya pada bibirku. Kami saling berciuman mesra, saling memagut penuh nafsu. Tubuh kami berhimpitan dengan kondisi berdiri. Aku bisa merasakan batang penisku tergencet bagian perut rata milik wanita cantik itu.
KRIIINGGGG!!
KRIIINGGGG!!
KRIIINGGG!!!
Di tengah percumbuan bibir kami berdua, tiba-tiba ponsel Arsyila yang berada di atas kursi santai dekat kolam renang berdering. Kami sempat terkejur sesaat sebelum kemudian Arsyila melepas pelukannya dari tubuhku lalu melangkah melangkah keluar dari dalam kolam renang, mendekati kursi. Aku mengekor di belakangnya. Arsyila meraih ponselnya, raut wajahnya berubah saat melihat sang penelepon.
“Dari Adam…” Desis Arsyila sembari meletakkan telunjuknya ke bibir, memberiku tanda agar tak berisik. Aku mengangguk namun tetap melangkah mendekatinya. Pikiran nakalku sedang bekerja.
“Ha-Halo…Assalamualaikum…”
Di saat Arsyila menerima telepon dari suaminya, aku mengambil posisi di belakang tubuh wanita cantik itu. Aku memeluknya sembari menciumi tengkuk serta lehernya. Kedua tanganku tak mau tinggal diam, keduanya bergerak menjamah payudara Arsyila yang berukuran besar. Aku meremasinya, memilin-milin putingnya yang makin mengeras. Mendapat serangan seperti itu, tubuh Arsyila menggeliat, berusaha untuk melepaskan diri, tapi apalah daya karena konsentrasinya sedang terbagi.
“I-Iya, ini baru beres bersihin kolam renang. Ehmmm…Daniel masih ke depan sepertinya.”
Aku tak mendengar apa yang sedang disampaikan oleh Adam lewat sambungan telepon karena aku begitu menikmati momen dimana sedang mencumbu tubuh istrinya. Egoku sebagai seorang pria seolah terangkat ke titik paling tinggi, bagaimana tidak, disaat Adam menduga istrinya sedang sibuk membersihkan rumah, justru sekarang sedang kujamah layaknya seorang pelacur.
“Sssttt….Nanti kedengeran!” Arsyila menutup bagian mikrophone ponselnya agar suaranya tak terdengar oleh Adam. Wanita cantik itu melotot ke arahku, memberiku tanda agar berhenti mencabulinya.
“Kenapa kalo kedengeran Adam? Hehehehe…” Godaku, yang langsung disambut cubitan gemas di pinggangku.
“Nakal!”
Aku tau Arsyila juga begitu menikmati momen mesum ini. Perintahnya hanyalah alasan saja, maka aku melepas pelukanku dari belakang. Aku berpindah posisi ke depan, bersimpuh di bawah tubuh Arsyila lalu tanpa aba-aba langsung mengulum kedua putingnya secara bergantian. Arsyila yang kaget bahkan sampai harus terduduk di atas kursi, bibirku rakus mencumbu payudaranya yang berukuran besar.
“U-Udah makan kok…I-Iya…”
Suara Arsyila tercekat, dari nadanya aku bisa tau jika wanita cantik itu setengah mati menyembunyikan desahan akibat ulah bibirku. Aksiku tak sampai berhenti di situ saja, saat Arsyila masih bingung membagi konsentrasi, aku bergerak cepat merebahkan tubuhnya di kursi santai. Nyaris tanpa perlawanan berarti, kubuka kedua pahanya sebelum kemudian menyerbu vaginanya dengan bibirku.
“Auuuww!!” Arsyila tersentak kaget ketika lidahku sudah menempel di belahan sempit liang senggamanya. Sempat memberontak namun kedua tanganku lebih cekatan menahan pahanya agar tetap terbuka.
“A-Ada tawon Beb…I-Iya nih ngejar aku terus!” Ujar Arsyila mencari alasan dari teriakannya barusan.
Aku melanjutkan aksiku, lidahku menjeleajhi tiap jengkal permukaan vagina istri Adam itu. Sesekali aku kecupi, kemudian perlahan kuhisap dengan bibirku. Aroma serta rasa vagina Arsyila sungguh sangat nikmat, baunya khas, membuat birahiku makin meninggi.
“Emmchhh…Ja-jadi balik jam berapa?”
Aku mendongakkan kepalaku, melihat bagaimana raut wajah panik Arsyila saat masih menerima telepon dari suaminya sementara vaginanya sedang kukerjai. Wanita cantik itu kembali melotot ke arahku, namun aku bergeming, momen seperti ini justru makin membangkitkan gairahku.
“Oh..I-Iya, hati-hati di jalan ya. Iya…Iya…Waalaikumsalam.”
Sambungan telepon terputus, Arsyila buru-buru meletakkan ponselnya di atas meja bundar yang ada di sisi sebelah kanan kursi. Aku kembali menjilati lubang vaginanya, kali ini kubiarkan kedua pahanya terbebas dari satu tanganku karena kugunakan untuk mengelus klitorisnya. Tubuh Arsyila mengejang, dua tangannya meremas rambutku, pantat serta pinggulnya bergerak tak tentu arah, kadang naik, kadang turun.
“Ouucchh! Brengsek! Nakal banget kamu iihh…” Protesnya namun tetap membiarkanku mencabuli vaginanya.
Satu ruas jariku sekarang bergerak masuk, aku bisa merasakan sensasi hangat serta basah di dalam liang senggamanya. Area intim yang seharusnya hanya milik Adam seorang kini telah berhasil kurasakan. Kukocok vagina Arsyila dengan jariku, sementara mulutku beralih menjilat serta menghisap klitorisnya.
“Aaaachhh! Anjing! Enak banget bangsat! Aaachh!!!”
Racauan serta umpatan Arsyila makin membuat nafsuku terbakar. Gerakan jariku yang mengocok vaginanya makin kupercepat. Tubuh Arsyila meliuk-liuk bak cacing kepanasan. Aku tau inilah saatnya, kubiarkan Arsyila menikmati rangsangan demi rangsangan yang menghujani vaginanya. Bibirku yang awalnya bersikap lembut kini makin brutal mengerjai bagian klitorisnya. Kuhisap dengan kekuatan penuh bahakan sesekali aku sengaja menggigitnya. Alhasil desahan manja Arsyila berubah menjadi teriakan parau.
“OOUUCCHH!! UDAH! UDAH! AKU MAU KELUAAAR!!!”
Bukannya berhenti, aku makin mempercepat mengocok vaginanya, hingga beberapa saat kemudian pinggulnya menegang, lalu melenting ke atas, bahkan hingga membuat ruas jariku terlepas dari vaginanya. Sesuatu yang tak pernah sekalipun terpikirkan olehku terjadi. Dari dalam vagina Arsyila menyembur cairan bening yang cukup deras. Saking derasnya hingga menerpa wajahku, membuatku basah kuyup.
“HAAAAHHHH!! HAAAHHHH! HAAAHHH!”
Tubuh Arsyila yang sempat menegang beberapa saat kini perlahan melemas. Nafasnya kembang kempis setelah dilanda badai orgasme hebat. Aku mendekati wajahnya yang terlihat kelelahan. Bak sepasang kekasih yang dilanda asmara kami berdua kembali berciuman. Arsyila sama sekali tak merasa jijik meskipun wajah serta bibirku baru saja diterpa cairan squirt dari kelaminnya.
“Gila…Aku baru pertama kali ngrasain kayak gini…” Ujar Arsyila dengan nafas terengah.
“Oh ya? Sama Adam nngak pernah kayak gini?” Tanyaku penasaran.
“Ah, aku lagi males bahas itu. Kita nggak usah ngomongin dia dulu ya.”
“Okey, sori kalo aku lancang ya.”
Arsyila tersenyum sebelum kemudian kembali mengecup bibirku, aku menyambutnya dengan mesra.
3821Please respect copyright.PENANATYDVcgHt0M
BERSAMBUNG
Cerita ini sudah tersedia dalam format PDF FULL VERSION , KLIK LINK DI BIO PROFIL UNTUK MEMBACA VERSI LENGKAPNYA
3821Please respect copyright.PENANA7mPZKSddkP
3821Please respect copyright.PENANAD2dVjWBIgI
3821Please respect copyright.PENANAvpxU7UP6Q0
3821Please respect copyright.PENANAvk7A5FYSZv
3821Please respect copyright.PENANABrIZ7ZSqpv