#32688Please respect copyright.PENANAarhxgUQ4cH
Mandi Bareng Ibu
2688Please respect copyright.PENANAbSmSEPIYe5
Febrian tiba di rumahnya. Ia langsung dicegat oleh ibunya di depan rumah. Ibunya memasang wajah marah.
“Dari mana? Katanya mandi di sungai?” tanya Santi.
“Gak jadi bu,” ujarnya.
“Besok-besok kalau mau mandi jangan ke sungai. Di rumah aja,” Santi Marah.
“Ayo mandi, sudah sekarang sudah sore,” lanjutnya.
“Mandiin ya bu,” pinta Febrian.
“Kamu ini udah besar, mau sunat, kok masih minta dimandiin,” kata Santi.
“Mandi sendiri sana,” ucapnya.
“Sekali saja bu, sudah lama tidak dimandiin ibu,” ucap Febrian.
“Ya udah ayo, keburu sore,” Santi akhirnya menuruti kemauan anaknya.
Santi akhirnya menemani anaknya mandi sore itu. Ia masuk ke dalam kamar mandi.
“Lepas semua pakaiannya,” pintanya.
Febrian pun melepas seluruh pakaiannya. Penis kecil yang belum disunat diperhatikan sejenak oleh ibunya.
“Nanti kalau udah sunat, gak boleh minta mandiin loh nak. Malu, kamu harus malu sama perempuan kalau gak pakai baju,” ujar Santi.
Santi kemudian meminta Febrian untuk jongkok lalu menyiram air ke kepala dan seluruh tubuhnya.
“Berdiri sekarang,” katanya.
Santi kemudian menyabuni tubuh anaknya. Mulai dari dada, punggung, lalu lanjut ke bawah. Saat di bagian penis anaknya, ia ragu untuk menyabuni. Akhrinya ia lewati bagian itu.
“Ibu gak dilepas juga bajunya?” tanya Febrian.
“Nanti aja, ibu mandi sendiri,” jawab Santi.
“Mandi aja bareng bu, sekalian,” ujar Febrian.
Santi berpikir, antara iya dan tidak. Ia merasa anaknya sudah mulai tumbuh besar dan akan khitan, jadi tak boleh ia telanjang di hadapannya.
Namun di sisi lain, Santi juga merasa Febrian masih anak-anak yang tak akan punya pikiran kotor seperti pria dewasa.
Setelah diselimuti bimbang, akhirnya Santi memilih untuk melepas bajunya. Biar sekalian ia mandi. Lagian bajunya juga basah kena cipratan air dari Febrian.
Santi melepas dasternya. Kini hanya tinggal CD dan BH yang menempel pada tubuhnya. Ia lanjut memandikan tubuh anaknya. Kini rambut Febrian diberi sampo lalu ia menguceknya hingga berbusa.
“Kok gak dilepas semua bu?” Febrian kecewa.
“Gak usah, gini aja. Ibu malu, kamu udah besar. Gak boleh lihat tubuh ibu telanjang,” jawabnya.
“Aku masih anak kecil kok bu,” jawab ibunya.
“Tapi sebentar lagi, udah mau besar. Jadi harus dibiasakan dari sekarang. Ini adalah terakhir ibu mandiin kamu,” ucap Santi.
“Nanti kalau aku sunat, gimana mandinya, kan gak bisa sendiri,” jawab Febrian.
“Kalau itu, lihat nanti aja,” jawab Santi.
Santi kemudian membilas tubuh Febrian. Ia ambil air dengan gayung di bak mandi, ia siram dari ujung kepala Febrian. Agar bersih tubuhnya dari busa.
“Oh ya ibu mau tanya, tadi malam kamu kebangun ya pas tidur,” tanya Santi keingat kejadian semalam.
Febrian diam saja dengan pertanyaan ibunya. Ia takut jika jujur, ibunya marah.
“Iya bu, kebelet kencing, tapi tiba-tiba takut mau ke belakang. Kulihat ibu dan bapak sudah tidur, sebenarnya mah minta temenin,” Febrian berkelit ke ibunya.
“Kamu lihat ibu dan bapak tertidur?” tanya Santi memastikan.
“Iya, akhirnya aku balik tidur lagi,” kata Febrian.
Santu mempercayai jawaban Febrian. Mungkin Febrian sedang ngantuk, jadi tak melihat detail apa yang dilakukan dengan suaminya malam itu. Febrian sekilas melihatnya tertidur.
“Oh ya udah, besok-besok panggil aja ibu dan bapak kalau kebangun, jangan langsung melihat ke kamar,” Santi takut kejadian semalam terulang lagi dan anaknya tahu apa yang sebenarnya terjadi.
“Iya bu,” Febrian lega, ibunya percaya padanya.
Febrian diam-diam curi pandang ke payudara ibunya yang masih terbungkus BH. Namun belahan payudara ibunya terlihat jelas. Bagian atas payudaranya juga terlihat.
Kini Febrian mengarahkan matanya ke tubuh bagian bawah ibunya. Ia melihat selangkangan ibunya yang masih tertutup CD warna merah muda. CD itu sedikit basah. Sehingga sedikit membayang belahan vagina ibunya dan rambut yang tumbuh di sekitarnya.
Setelah tubuh Febrian bersih, Santi meminta Febrian untuk keluar kamar mandi.
“Kamu sikat gigi di luar aja, ibu mau mandi,” kata Santi.
Febrian pun keluar dari kamar mandi untuk sikat gigi. Sambil sikat gigi, ia mencuri kesempatan dengan mengintip ibunya di sela-sela tirai terbuka yang menutup pintu kamar mandi itu. Apa yang dilakukan Santi dilihat oleh Febrian.
Santi melepas CD-nya dan melempar ke bak pakaian kotor. Vaginanya terlihat berwarna coklat sedikit kemerahan. Ada bulu-bulu yang sedikit panjang di sekitar bibir vagina itu.
Kemudian Santi duduk jongkok, ia lepas BH warna putih tersebut. Tubuhnya kini telanjang total. Lalu menyirami tubuhnya yang berwarna kuning langsat tersebut.
Lekuk tubuh dan gerak-gerik Santi terus diintip oleh anaknya yang masih terus menyikat giginya.
“Kalau selesai sikat giginya, kamu ambil handukmu, ambilin handuk ibu juga,” ucap Santi.
Selesai sikat gigi, Febrian pun mengambil dua handuk.
“Ini bu handuknya,” Febrian menyerobot masuk ke kamar mandi tanpa bilang ke ibunya.
Ia langsung mengulurkan handuk ke ibunya sambil matanya memandangi tubuh ibunya yang tetap jongkok. Ia kembali melihat payudara ibunya. Lalu matanya beralih ke bawah, melihat vagina ibunya yang basah.
Santi biasa saja. Ia tak menaruh curiga pada anaknya.
“Kamu segera masuk ke rumah, segera ganti baju,” perintah Santi.
Febrian pun keluar, ia keringkan tubuhnya dengan handuk. Lalu masuk ke rumahnya. ***
2688Please respect copyright.PENANAJCYrQpaBqQ