"Di sekolah baik-baik aja kan, sayang?" Tanya sang tante.
"Baik kok." Jawab Monica berbohong.
"Kamu bisa bilang ke tante sama om kalau di sekolah ada apa-apa."
"Monica gapapa kok tan, kemarin gak sengaja tersandung aja." Serunya tersenyum dan tantenya percaya dengan reaksi Monica yang palsu.
Ia turun dari mobil. "Jangan pulang terlalu malem ya, kalo masih sempet nanti tante ke Apartemen."
Monica mengangguk mengiyakan saja. Monica memutuskan untuk keluar dari kediaman tantenya karena merasa tidak enak terus-terusan membuat kerepotan orang lain.
Saat ayahnya masuk penjara, rumah Monica langsung dipromosikan untuk dijual karena menurut omnya rumah tersebut membawa sial. Ibunya menjadi sakit-sakitan setelah terjatuh dari tangga lalu tukang kebun yang meninggal diakibatkan tersedak buah rambutan dan terakhir ayahnya Monica diharuskan masuk penjara karena kasus narkotika serta penggelapan dana.
Terlepas dari banyaknya insiden buruk yang terjadi, rumah tersebut tetap menjadi rumah yang indah. Ada banyak sekali kenangan yang terukir disetiap sudut rumah. Monica mengalami masa sedih yang sulit karena ia tidak bisa mengekpresikan isi hatinya yang menjerit keras.
Tangannya meraih beberapa makanan untuk persediaan di Apartemen. Ia juga memasukkan beberapa susu. Setelah itu pergi ke jajaran rak makanan ringan. Tiba-tiba saja tubuhnya tersentak ketika seseorang merangkulnya.
"Kebetulan yang pas banget ya."
Jantungnya berasa jatuh ketika mendengar suara Dimas.
Lelaki itu meraih salah satu makanan ringan yang ada di keranjang Monica.
"Thank you." Katanya melenggang pergi ke kasir.
Monica mengintip dari balik rak, tumben sekali Dimas tidak mengganggu.
Setelah Dimas keluar dari supermarket. Monica membayar semua pesanannya termasuk makanan ringan yang dibawa oleh Dimas.
Ia menenteng semua belanjaannya dan melewati pintu yang mendadak langsung berbunyi. Suara alarm terdengar sangat keras.
Monica celingukan tidak mengerti kenapa alarmnya tiba-tiba berbunyi. Karyawan kasir langsung menarik Monica masuk ke dalam supermarket dan nguncinya.
"Ada apa mas?" Tanyanya mulai panik.
"Lu nyuri barang disini kan pasti?" Beliau menggeledah pakaian Monica tanpa meminta izin.
Monica langsung menggelengkan kepalanya. "Engga mas, saya gak nyuri barang apapun. Kan mas tadi liat sendiri saya udah bayar." Ujar Monica membela.
"Halah bohong kamu, buktinya ini apa?"
Matanya langsung melebar ketika sepasang earphone kabel keluar dari saku hoodienya. Monica langsung melihat keluar supermarket dan mendapati Dimas yang sedang tertawa diatas sepeda. Ia tertawa senang melihat Monica ditangkap sebagai pencuri.
Ia tak bisa mendengar suara Dimas namun bisa mengerti dari bentuk bibirnya kalau lelaki itu mengatakan. "Mampus." Setelah itu ia mengayuh sepedanya.
Sekitar satu setengah jam akhirnya Monica dibebaskan. Ia keluar dari kantor polisi bersama dengan seorang lelaki dewasa.
"Terimakasih. Tolong buat rahasiain ini dari ayah dan tante juga om." Ujar Monica berpamitan.
"Monica, kamu bisa bicara dengan saya kalo ada apa-apa."
Gadis itu mengangguk pelan dan melanjutkan perjalanannya.
Di dalam bus tatapannya kosong memikirkan seandainya ia tidak membayar denda apakah dirinya akan masuk ke dalam penjara dan bertemu dengan sang ayah?. Perbuatan Dimas sudah kelewatan sampai Monica sendiri sulit mengatasinya karena perlu melibatkan orang tua untuk membereskan masalah seperti ini. Beruntung saja mantan sekretaris ayahnya mau membantu jika tidak bagaimana ia akan menyelesaikan kekacauan ini.
ooOoo
Sebuah sambaran petir bagi Monica ketika Mr. Juned menyebut nama Dimas di dalam kelompoknya. Tidak hanya Dimas tetapi semua siswa dikelas Monica menjadi ancaman bagi dirinya.
Tadi sebelum pembagian kelompok beberapa siswa sudah mengeluh tidak ingin satu kelompok dengan Monica. Karena Mr. Juned kesal dengan Dimas yang terus berceloteh pada akhirnya Monica dimasukkan ke dalam kelompoknya. Beruntung ketua kelas satu kelompok dengannya, siswi itu bernama Sarah yang tidak suka ikut campur, ia tidak peduli dengan background keluarga Monica saat ini toh dirinya merasa tidak dirugikan sama sekali.
Monica dimasukkan ke dalam grup obrolan kerja kelompok. Ini pertama kalinya Monica merasa malas mengerjakan tugas kelompok. Diam-diam Monica melirik Dimas, lelaki itu sedang menatapnya dengan tajam. "Mati lu." Gumamnya membuat seluruh tubuh Monica merinding ketakutan. Ia tahu bahwa Dimas akan memakai kesempatan ini untuk menghabisi dirinya.
Ia memasukkan semua peralatan belajarnya ke dalam tas dan menjadi siswa terakhir yang keluar dari kelas karena teman-temannya menyuruh Monica untuk piket sendirian. Keadaan sekolah sudah sepi hanya suara dedaunan yang terdengar. Gadis itu menyimpan alat kebersihan didalam gudang lalu kembali menyusuri koridor untuk pulang. Namun sepertinya ia bukan satu-satunya orang yang berada disekolah padahal jam sudah menunjukkan pukul 5 sore.
Awalnya Monica menganggap kalau ia salah dengar ketika mendengar suara seseorang tengah bernyanyi tapi suara itu semakin kencang dan membuat ia mencari letak sumber suara.
Kakinya terhenti tepat didekat taman lapangan baseball. Monica terdiam ketika melihat Reza tengah menulis sembari samar-samar bernyanyi. Sepertinya ia tidak sadar kalau suaranya terlalu kencang. Reza melantukan sebuah lagu yang menurut Monica menyakitkan. Mungkinkah lelaki itu sedang mengalami gagal move on?.
"Beritahu aku cara melupakanmu ~ Seperti kau ajarkan ku dewasa~ Beritahu aku cara merelakan mu~ Seperti kau ajarkan ku bahagia..."
Mendadak Monica terbawa suasana mendengarkan Reza bernyanyi. Sampai akhirnya lelaki itu menyadari kalau ada seseorang disekitarnya.66Please respect copyright.PENANANKs4ie3bzd
Reza kaget melihat Monica tengah berdiri dibelakangnya.
"Suara kamu bagus." Pujinya mengacungkan dua jempol dengan kaku lalu membalikkan badan dan melenggang pergi.
Reza tersenyum, buru-buru ia memasukkan semua alat tulisnya dan menyusul Monica.
"Mau balik bareng?"
"Gak usah, aku bisa naik bus." Tolaknya mentah-mentah.
"Kebetulan gue gak bawa motor, jadi bisa naik bus bareng."
Monica menoleh dan melirik tangan Reza yang terbungkus perban. "Kamu mau aku laporin sebagai penguntit?"
"Laporin aja, lagian gue tinggal bilang kalo gue pacar lu. Kita udah pacaran selama 1 tahun semenjak awal pertandingan sepak bola. Kronologi kita bisa ketemu waktu gue cedera dan lu nemenin gue ke klinik bareng panitia lainnya. Dari situ kita cinlok. Jelas banget kan?"
Kali ini Monica terdiam merasa diingatkan oleh Reza kalau dulu Monica pernah menolongnya.
"Pasti baru inget." Reza menyindir.
Monica menghembuskan napas menghiraukan Reza.
Lelaki itu senantiasa mengikuti Monica, ia juga ikut-ikutan duduk di halte.
"Kenapa sih suka banget pake airpods?"
"Buat menghindari pengganggu kayak kamu." Gumamnya.
Reza langsung mendesis. "Kok lu gak takut sih sama gue? Padahal lu takut sama Dimas."
Gadis itu terdiam lagi. Sepertinya setiap pertanyaan yang dilempar Reza membuatnya berpikir terlebih dahulu.
"Aku gak pernah liat kamu ngeganggu murid lain."
Perlahan Reza tersenyum. "Pikiran lu terlalu simple. Gue mungkin aja bisa jauh lebih jahat dari Dimas."
Monica memiringkan kepalanya. "Ngomong-ngomong kenapa kamu sama Dimas gak akur?"
Reza meluruskan kakinya ke jalanan. "Kalo gue temenan sama dia, gua juga bakal ikutan buli lu." Ujarnya sembari menatap langit-langit.
"Tapi mungkin bisa aja kamu yang bikin Dimas berubah jadi lebih baik."
"Dimas udah milih jalannya sendiri." Jawab Reza.
Keduanya saling bertatapan cukup lama. Sebuah tautan mata yang menggetarkan jantung Monica. Apa yang terjadi padanya?.
"Makan malem sama gue yuk." Ajak Reza secara tiba-tiba.
Bersamaan dengan gemuruh hujan yang terdengar sangat jelas.
Seorang perempuan muda keluar dari mobil ditemani seorang supir yang membawakan payung untuknya. Ia berjalan masuk ke dalam bar dan mulai mencari keberadaan teman-temannya.
Banyak sekali orang yang sedang menari bahkan sesekali para lelaki menggodanya untuk menari bersama namun gadis itu menolak.
"Sorry gue telat." Katanya menyesal.
"Gak apa-apa kita baru mulai kok."
Ia mengeluarkan sejumlah uang dan meminta temannya itu untuk memesan beberapa botol minuman.
Dibawah gemerlap lampu diskotik Dimas satu-satunya lelaki yang tidak di dekati perempuan, ia juga tidak minum dan merokok seperti teman-teman yang lain. Ia hanya datang untuk menikmati musik.
"Pukulan lu kurang keras Dim kemarin." Seru Rehan.
"Si Reza bisa mati kalo gue pake semua tenaga gue." Jawabnya songong.
Karin yang mendengarnya menjadi kesal.
"Bisa gak sih lu gak cari masalah sama Reza?"
"Gue? Orang Reza duluan yang ikut campur urusan gue sama Monica. Lagian apa sih yang lu harapin dari cowok modelan kek Reza?" Tanya Dimas.
"Yang pasti dia gak kayak lu." Ucapnya dingin.
Dimas tertawa hambar. "Reza lebih milih Monica dari pada lu. Itu artinya di mata Reza, Monica lebih baik. Gak kayak lu!"
Karin memandangi Dimas dengan kesal.
"Kenapa? Merasa hina karena bersaing sama Monica?" Dimas tersenyum jahat melihat Karin tersulut amarah.
"Gue bisa buktiin kalau pilihan Reza sekarang itu salah." Seru Karin membuat Dimas tidak bisa menahan tawa melihat kegigihan Karin. Sebegitu jatuh cintanya dia pada Reza sampai ingin membuktikan bahwa dirinya lebih baik dari Monica.
"Lu gak seharusnya menggunakan Monica untuk kepentingan pribadi. Lu bisa terus terang ke Reza kalo lu suka sama dia."
"Gak perlu sok-sok an ngasih tau gue sementara lu sendiri juga gunain Monica buat kesenangan pribadi."
Ujar Karin memejamkan matanya.
"Yang gue lakuin itu beda, gue gak nyari kesenangan. Gue pengen hidup Monica gak tenang karena udah nyeret bokap gue ke dalam kasus DC."
"Kita punya tujuan yang sama. Gue sama lu sama-sama pengen Monica hancur, kita bisa bikin dia terpuruk."
Sorot mata Karin mengandung sarat kebencian yang besar dan itu membuat tubuh Dimas merinding karena ia tidak benar-benar ingin menghancurkan kehidupan Monica. Yang diinginkan Dimas hanya membuat Monica kapok dan jera saja.
Di dalam ruangan dengan minim pencahayaan seseorang baru saja selesai mengadu pada Tuhan. Meminta pengampunan atas semua dosa yang pernah dilakukan. Pria dewasa itu bersandar ke tembok sembari melihat jendela kecil yang tersorot lampu.
Sudah dua hari ia memimpikan anak perempuan semata wayangnya. Denan Chandera merindukan Monica tetapi ia sudah mengatur pertemuan dengan sekretarisnya untuk tidak terlalu sering bertemu dengan sang anak.
Tangannya memainkan cincin yang melekat di jari manis, cincin pernikahan dengan sang istri yang sudah tiada. Mengingat itu semua membuat Denan menangis, ia terisak merindukan kehidupannya yang dulu. Sebuah keluarga kecil dengan sejuta kebahagiaan.
Denan menyesal dengan perbuatannya namun ia tidak bisa mengubah keadaan sekarang, mungkin pilihannya mendekam di penjara menjadi salah satu jalan untuk merubah diri menjadi lebih baik dan lebih menghargai suatu hal. Dan juga menjadi seseorang yang meluaskan rasa bersabarnya.
Begitu pun dengan Monica yang senantiasa mengikuti perkembangan kasus ayahnya. Saat ini analisis dari Monica menunjukkan bahwa kemungkinan ada banyak sekali orang yang akan terungkap identitasnya. Dengan aktris Kim yang ketahuan sebagai pengguna membuat Monica yakin bahwa masih ada banyak sekali aktris yang akan terseret.
Monica meneguk air minumnya lalu mencari artikel untuk bahan tugasnya. Ia mendapat artikel mengenai tawuran anak remaja yang kerap sering kali terjadi di jalanan. Kebanyakan pemicunya adalah karena mereka merasa memiliki wilayah atau terkadang dikarenakan masalah musuh bebuyutan dari angkatan terdahulunya. Kebencian terbentuk karena turun temurun yang bahkan mungkin konflik tersebut sebetulnya tidak pernah terjadi.
Ia mencari artikel berikutnya. Sebuah artikel dari salah satu blog membuat Monica tertarik.
'BISNIS GELAP DIKALANGAN ANAK DIBAWAH UMUR'
Monica tidak tahu blog ini bisa menjadi referensi atau tidak yang pasti ia menyimpan link tersebut untuk besok di perlihatkan pada Sarah.
Mr. Juned masuk ke dalam kelas untuk membuat pengumuman.
"Ini tugas kelompok dengan penilaian masing-masing. Jadi di mohon untuk mengerjakan tugas dengan semaksimal mungkin jika tidak kalian tidak akan bapak lulus kan ." Setelah mengatakan itu beliau keluar dari kelas.
Monica yang sedang berdiskusi dengan Sarah dihampiri oleh Dimas.
Lelaki itu merangkul Monica. "Baliknya ikut gue, awas aja kalo kabur."
Monica langsung mengangguk.
"Pindah sana, gue mau duduk disini." Usirnya pada Monica.
Perempuan itu menurut, Monica menarik bangkunya untuk mengerjakan tugasnya di belakang tapi seseorang menggeser tempat duduknya membuat Monica terjungkal ke belakang. Semua siswa langsung tertawa kecuali Sarah yang sibuk pada laptop. Monica menggigit bibirnya sembari menyentuh pantat karena berdenyut nyeri. Ia menarik bangkunya kembali dan kali ini berhasil mendaratkan bokong dengan mulus.66Please respect copyright.PENANA5ylN37iQKX
Sesekali nyerinya masih terasa namun Monica menghiraukan rasa sakit itu. Ia membaca isi blog yang sempat tertunda.
Sebuah bisnis ilegal yang dinaungi oleh perusahaan legal sudah merenggut beberapa nyawa pelajar. Kenapa yang menjadi korban adalah para pelajar? Itu di karenakan mereka menggunakan anak dibawah umur sebagai wadah bisnis.
Perusahaan K membuat para pelajar yang kehilangan arah untuk ikut bekerjasama dengan keuntungan yang fantastis namun mereka tidak bertanggung jawab jika para pelajar tertangkap oleh pihak berwajib Lagi pula mereka yang masih dibawah umur tidak akan mudah masuk penjara.
Bisnisnya ditargetkan untuk kalangan atas namun bisa juga dijumpai kalangan bawah jika mereka memiliki biaya. Sebuah barang yang mahal namun bisa didapatkan oleh siapapun.
Tapi perusahaan K tidak sembarangan merekrut anak dibawah umur. Mereka juga melihat potensi yang dimiliki anak tersebut. Bisnisnya bisa dengan mudah ketahuan jika memiliki anggota muda yang bodoh.
Apakah bisnis seperti itu benar adanya? Tentu saja ada.
Sebuah permainan yang rapih. Mereka adalah para pelajar pintar, memiliki reputasi yang baik dan tidak pernah membuat masalah sehingga transaksi yang terjadi di sekolah tetap lancar.
Monica berpikir keras mengenai bisnis yang terjadi di kalangan anak dibawah umur. Bisnis seperti apa yang dimaksud oleh pembuat blog ?.
"Udah sampe mana kerjaan lu?" Tanya Sarah.
"Aku masih belum nemuin lebih lanjut tentang perilaku kenakalan remaja. Tapi aku nemuin blog yang agak aneh tentang anak dibawah umur."
Sarah mengambil alih Macbook milik Monica. Ia membaca isi blog tersebut dengan singkat.
"Apa sih ngaco banget isi blognya. Mana ada pelajar ngelakuin bisnis dibawah naungan perusahaan. Jangan buang-buang waktu, gue pengen kelompok kita tampil pertama bulan depan. Jadi lu cari referensi blog yang bagus."
Monica mengangguk setelah diomeli oleh Sarah. Ia memasukkan bukunya ke dalam tas dan saat hendak meraih laptop Monica terdiam karena laptopnya diambil alih oleh Dimas. Dia sangat serius membaca isi blog yang Monica perlihatkan pada Sarah.
Setelah selesai Dimas langsung pergi meninggalkan kelas tanpa mengatakan apapun. Lagi pula tidak mungkin juga kalau Dimas berbicara panjang lebar pada Monica.
Gadis itu berjalan menuju kafetaria. Monica menghindari Reza yang tersenyum padanya, ia tidak mau kalau Karin sampai melihat. Monica tidak mau kalau dirinya menjadi sasaran empuk untuk Karin maka dari itu Monica menghindari Reza.
Walau pada akhirnya sifat Monica membuat Reza kebingungan dan tentu Reza mencoba memahami apa yang sedang dilakukan oleh gadis itu.
Padahal Monica tidak perlu repot-repot bersikap labil padanya. Reza bisa melindungi Monica dari gangguan satu sekolah kalo dia mau berpacaran dengannya. Tapi rupanya Reza tidak se-percaya diri itu untuk langsung menembak Monica sekarang.
Jarak mereka dekat saja masih sangat baru. Reza tidak akan terburu-buru untuk meng hak milik Monica dan seluruh kehidupan gadis tersebut.
Perlahan saja sampai secara natural Monica yang datang menghampiri Reza.
Bersambung...
Akhiri Revisi 21 Sepetember 2024
66Please respect copyright.PENANAJEadR1mbaT