~ Hyde/ Hades Pov ~
Hampir sekuat tenaga kukerahkan hanya untuk berusaha tetap diam ditempat. Menunggu Luna dan semua teman - temannya masuk kedalam kelas. Tidak ingin membuat anak - anak itu lari ketakutan melihatku yang mungkin saat ini tampak seperti iblis menakutkan.
Dapat kurasakan dadaku bergemuruh menahan amarah. Mengingat bagaimana 3 bulan lalu dia menghinaku. Ok! Dia memang seorang wanita. Tapi bukan berarti saat itu dia dengan seenaknya merendahkan dan mempermalukanku di depan umum.
10 menit menunggu. Aku melihat murid terakhir masuk kedalam kelas. Kemudian dalam langkah cepat dan lebar kulangkahkan kaki mendekat ke arahnya. Menyiapkan segala makian yang terlintas di otakku. Semakin dekat telingaku terasa berdengung nyaring. Mengingat bagaimana caranya memandangku saat itu.
Pendendam? Tidak. Bukankah sudah kukatakan padamu bahwa aku hanya tidak menyukai orang lain merendahkan martabatku. Terutama wanita. Sekali lagi kukatakan. Athena adalah sebuah pengecualian.
"HEI!!". Bentakku menarik tangannya dengan kasar. Membuat jelmaan Aphrodite itu memekik kaget.
"Iya?". Tanyanya bingung.
"Don't you remember me sweety?". Hm... Hebat! Pura - pura tidak kenal! Such a nice acting!!
"... ?"
Tanpa sadar aku menggeram sambil tertawa dingin kearahnya. Kemudian berkata dengan nada yang amat merendahkan.
"Aku ingat kamu. Kamu gadis bar yang menumpahkan minuman dijaketku waktu 3 bulan yang lalu! Jadi nggak usah pura - pura nggak kenal!!"
Gadis itu hanya diam memandangku dengan tatapan bingung. Matanya tampak bergerak kesana - kemari dengan panik. Sedangkan tangannya yang kugenggam mulai basah karena keringat.
"Maaf . Tapi saya tidak merasa pernah berjumpa dengan anda". Ahahahaha. Rupanya gadis ini masih bersikeras meneruskan actingnya. Ish... Ish... Ish..!
"Oh....! Kamu tahu? YOU'RE SUCH A BULLSHIT!!". Geramku sinis.
Aku masih menatapnya dengan pandangan pekat akan kebencian. Lalu mempererat genggamanku pada tangannya. Mencoba membuat gadis itu mengaku.
"Maaf tapi saya benar - benar tidak mengenal anda. Tapi jika anda merasa saya melakukan sesuatu yang salah pada anda. Saya benar - benar tidak sengaja. Maaf". Lirihnya mengernyit kesakitan.
Dia mencuri pandang kearahku dengan takut. Matanya yang sendu tampak berair. Dadanya naik turun dengan tidak beraturan. Seperti orang yang benar - benar sedang ketakutan.
Aneh. Sepertinya dia berkata jujur. Dia tampak benar - benar tidak mengenalku. Bagaimana bisa? Aku menatap gadis itu lekat - lekat meyakinkan diri bahwa dia adalah orang yang sama dengan pelayan kurang ajar itu. Wajah yang sama. Mata yang sama. Semuanya sama.
"Lana? Ada apa? Pelajaran sudah kita mulai!". Seru sebuah suara dari dalam kelas memanggilnya. membuat kami sama - sama terlonjak.
"Maaf? Tapi bisakah anda melepaskan tangan saya?". Ucapnya begitu pelan mencoba melepaskan tangan dari genggamanku.
"...". Dia meminta maaf dengan mudah!! Sama sekali berbeda dengan pelayan bar 3 bulan lalu! Pikiranku bingung. Seperti benang ruwet yang susah terurai.
"Sir. Saya benar - benar tidak mengenal anda. Dan saya juga harus segera masuk kedalam."
"....". Mungkin saja dia hanya berpura - pura. Tapi...
"Sir... Please...". Rengeknya setengah menangis.
Suaranya yang bergetar membuatku tersadar. Dan perlahan aku melepaskan tangan itu. Membiarkannya berlari masuk kedalam kelas setelah sebelumnya membungkuk dalam - dalam kearahku. Meninggalkanku sendiri dalam kebingungan.
Aneh. Kenapa bisa begini? Mengapa dia tidak mengenaliku?! Padahal aku yakin dia adalah gadis kurang ajar itu! Atau mungkin tadi dia berpura - pura karena takut di pecat dari kerjaannya kalau ketahuan bekerja di discotic.
Guru yang bekerja sampingan di discotic? Cih. Mana ada orang tua yang mau menitipkan muridnya pada guru seperti itu!
Tapi. kalau dia hanya berpura - pura. Kenapa matanya menyiratkan bahwa dia memang tidak mengenalku?! Selain itu. Sikapnya juga sangat berbeda. Dia terlalu pemalu dan lemah. Bahkan melepaskan genggamankupun tidak bisa. Sedangkan gadis di bar itu dapat membanting tubuhku yang pasti lebih berat darinya kelantai dengan mudah. Dan satu lagi . Cara bicaranya. Gadis ini berbicara dengan lembut dan penuh kesopanan. Sangat berbeda dengan gadis kurang ajar itu yang berbicara penuh keangkukahan. Ugh. Bagaimana bisa?!
***
"Hades. Aku ingin kamu mengirimkan berkas - berkas yang akan di tanda tangani oleh Jarvis Co. sebelum nanti malam. Aku ingin mengevaluasinya terlebih dahulu"
"....". Hm... Kemarin siapa ya namanya? Lala? Lena? Lina? Luna? Lana!!
"Dan juga nanti sekitar pukul 15.00 Mr. Andreas dari Pemeliharaan Senjata Api SULLIVAN STAR datang. Tunjukkan padanya gudang senjata kita. Aku ingin segalanya benar - benar beres sebelum piala dunia dimulai."
"....". Kira - kira nanti kalau aku menjemput luna disekolah. Dia masih disana tidak ya ...
"Hades?"
".....". Aha! Dia pasti berpura - pura tidak mengenalku lagi seperti kemarin. Dasar gadis...
"Hades!"
Aku tersentak kaget. Tergagap dan memandang Ares yang sedang menatapku dengan dingin.
"Gomenasai Aniki". Ucapku tertunduk.
"Aku belum pernah sekalipun melihatmu kehilangan fokus seperti ini. Ada apa?". Tanya Ares dingin. Penuh selidik.
Kugelengkan kepala sambil tersenyum. Mencoba berkilah.
"Ok. Kalau memang kamu tidak ingin mengatakannya. Aku tidak peduli. Tapi aku ingin semuanya beres tanpa kurang sedikitpun.". Sergahnya dingin kemudian berjalan keluar ruangan. Enak saja dia main perintah! Dasar manusia egois menyebalkan!!
Sambil mendengus keras aku menghempaskan tubuh ke kursi di belakang meja. Membuka laci dibawah dan menarik sebuah kotak berwarna hitam metalic dan pemantik berbentuk persegi panjang dari dalamnya.
"Shit!". Makiku pelan saat membuka kotak itu.
Aku benar - benar lupa. Bahwa rokok yang tadi ku hisap sebelum ares datang adalah persediaan terakhirku di kantor. Ugh. Sial.
Ku pejamkan mata erat - erat dan bersandar dengan santai ke belakang. Mencoba serileks mungkin. Sudah seminggu ini pikiranku hanya tertuju pada gadis yang kata Luna bernama miss lana itu. Terutama sejak peristiwa di sekolah tempatnya mengajar. Dia benar - benar menghantui pikiranku. Memaksa otakku bekerja 2 kali lipat lebih keras. Mengira - ngira. Menerka - nerka. Siapa sebenarnya dia? Mengapa dia tidak mengenaliku? Apa mungkin dia mempunyai saudara kembar? Doppelganger? Atau dia hanya berpura - pura?
Ok. Memang saat itu dia tampak benar - benar tidak mengenaliku. Tapi entah kenapa otakku tidak dapat menerima hal yang setidak masuk akal itu. Dan aku juga yakin. Hampir 100% bahwa dia gadis yang sama dengan yang kutemui dibar lebih dari 3 bulan lalu.
Pikirkan! Bagaimana bisa kamu melupakan seorang gadis yang memukul dan mempermalukanmu di depan umum. Tidak mungkin!
Kutegakkan tubuh dan mulai berjalan cepat keluar dari ruangan. Aku harus mengisi persediaan rokok di kotak hitam sebelum kedatangan Mr. Andreas. Atau gadis itu akan kembali memenuhi setiap sel otakku. Membuatku tidak bisa berkonsentrasi seperti tadi. Bahkan bukan hanya tadi. Setiap waktu. Mengacaukan beberapa tugasku. Dan terpaksa harus mengulang. Mengecek setiap pekerjaanku. Ini adalah hal yang jarang kulakukan. Karena biasanya aku memang jarang membuat kesalahan! Argh...!!!!
"Tolong itu 10 pack mbak". Kataku menunjuk salah satu kotak rokok dari deretan panjang yang berjejer di belakang kasir.
Sambil menghela nafas kulirik jam ditangan. Masih ada 3 jam lagi sebelum Mr. Andreas datang dan mengecek segala peralatan pengamanan yang kami miliki. Termasuk senjata api, senjata tajam dan sejenisnya. Itu artinya aku masih mempunyai sedikit waktu bersantai sebelum memulai pekerjaan menjemukan yang memakan banyak waktu itu.
Perlahan kuputar roda kemudi mobil dan mulai melajukannya dijalan raya. Berputar - putar sebentar. Mengerang saat sadar aku sudah berhenti didepan sekolah Luna 3x. Kemudian dengan lelah duduk dibangku sebuah taman bermain sambil menikmati sebungkus Hotdog hangat.
"Halo Sky! Kabar kami baik - baik saja. ". Seru sebuah suara familiar membuatku tersentak. Membeku.
Ok. Sekarang bukan hanya pikiranku yang kacau. Pendengaranku pun mulai ikut gila. Dan mungkin aku harus segera ke rumah sakit sebelum gadis itu memenuhi setiap inchi dari sel tubuhku.
"Hanya menghirup udara segar setelah sekian lama terkunci"
Oh My God!! Tidak bisakah kamu keluar dari otak dan telingaku sebentar!! Arghhh!! You Damn Shit Girl!!
"Aku di Central Warrington Park". Serunya setengah tertawa membuatku terdiam dan langsung membalikkan tubuh.
Itu dia! lana! Aku melihatnya!! Aku tidak gila!! Dia benar - benar sedang disini. Berdiri santai di sebelah pohon rindang tidak jauh dari bangku tempatku tadi duduk. Tapi hari ini dandanannya sedikit aneh. Celana denim hitam longgar dipadu kaos polo hitam. Sedangkan rambutnya tampak dimasukkan kedalam topi bercorak loreng.
Aku terdiam. Menunggunya selesai menelepon. Kemudian menghampiri dan menepuk pundaknya ringan. Berjaga - jaga kalau mungkin itu bukan dia.
"Iya?". Jawabnya berbalik memandangku heran. "Siapa ya?"
Aku tersentak kaget. What the...
"Aku laki - laki yang waktu itu di sekolah. Kau tahu yang itu.. itu... yang itu..."
Dia memandangku dengan tatapan geli. "Yang itu? Yang mana? Aku tidak mengerti maksudmu!". Jawabnya dengan suara dalam yang aneh diselingi tawa ramah yang lebih aneh lagi.
Sebelum aku bisa menjawab. Tiba - tiba HPnya berdering lagi. Membuat gadis itu harus mengangkat telpon dan mengacuhkanku lagi.
"Aku harus pergi". Begitu katanya sambil tersenyum ramah sebelum meninggalkanku pergi.
Aku memandang gadis yang tampak berlari kecil di depan sana dengan tatapan tidak karuan. Semakin bingung. Heran. Tidak percaya bercampur aduk menjadi satu. 3 bulan lalu dia menghajarku. Kemudian seminggu yang lalu aku bertemu dengannya disekolah Luna dan dia mengatakan tidak mengenalku. Dan saat ini aku bertemu lagi dengannya dan dia berkata lagi kalau tidak mengenalku. Well, sebentar lagi aku benar - benar akan menjadi gila!
"Argh!!!". Geramku mengacak - acak rambut dengan frustasi.
Sebenarnya apa yang sedang dimainkannya? bersandiwara? Apa dia seorang aktris? Pemain sandiwara teater? Atau mungkin dia mengidap suatu penyakit yang membuatnya hanya mengingat kejadian selama 24 jam? Atau dia hanya berpura - pura tidak ingat? Atau? Atau? Atau? Entahlah!!
Sekali lagi aku memandang tempat dimana gadis itu menghilang. Dia benar - benar gadis aneh yang membuatku setengah mati penasaran. Belum pernah seumur hidup aku memikirkan seorang gadis sampai seperti ini. Aku bukan jatuh cinta!! Aku hanya bingung! Heran! Bagaimana bisa dia tidak mengingatku yang sudah 3x bertemu dengannya.
Tanpa kusadari. Langit yang tadinya cerah sudah berubah hitam ditemani angin kencang. Menerbangkan daun - daun yang berserakan di atas rerumputan taman. Membuatku harus bergegas kembali ke mobil.
Sekali lagi aku menoleh kebelakang. Entah mengapa. Tapi aku merasa bahwa ini bukan terakhir kali aku bertemu dengannya. Dan jika memang saat itu datang. Kalau bisa. Aku akan menyeret dan menguncinya di dalam salah satu kamar di apartemenku. Memaksanya mengakui segala permainan yang sedang dimainkannya dengan kalimat 'Aku tidak mengenalmu'. Tunggu saja nanti... Aku tidak akan melepaskanmu...
***
ns 15.158.61.6da2