2: SEORANG BEIVEN.
Suasana di dalam mobil sangat suram tetapi Aster bersikap seakan ia tidak tahu-menahu. Ia malah menatap catatan pelajarannya dengan tenang padahal lelaki di sebelahnya sudah gelisah sejak mereka memasuki mobil. Di dalam hatinya Aster ingin sekali menertawakan dirinya yang sekarang tiba-tiba memainkan peran ibu peri yang baik. Lelaki itu pasti terkejut ketika Aster tiba-tiba berubah peduli padanya. Pergantian plot mendadak ini bahkan bisa saja menyebabkan anak itu tidak tidur nyenyak semalaman.
Saat mobil telah berhenti di depan sekolah mereka. Aster mengambil tasnya dan tidak menatap lelaki itu karena ia langsung melenggang pergi. Wajah Aster begitu tenang ketika mengabaikan beberapa tatapan heran ketika melihat seseorang tabu yang juga turun dari mobil Aster.
Jam beristirahat telah berbunyi sehingga membangunkan Aster dari lamunannya. Ketika ia menatap beberapa gadis yang berdiri di depan mejanya, Aster menurunkan pandangannya untuk menutupi matanya yang penuh dengan ejekan.
Hanya karena Aster adalah anak pemilik Beiven grup sekaligus pemilik sekolah ini, teman-teman yang selama ini mengerubungi Aster adalah para pemain teater yang handal. Aster sadar akan statusnya sendiri, ia hanyalah anak angkat yang tiba-tiba saat berumur 10 tahun di bawa ke keluarga Beiven. Apalagi tidak seperti keluarga garis keturunan Beiven yang memiliki wajah yang menawan dan memikat, Aster memiliki wajah cantik standar dengan kulit sewarna gandum. Teman-temannya itu mau menjadi temannya Aster kerena ia anak Beiven bukan karena Aster. Dan yang paling menjijikkan Aster sudi berteman dengan mereka walaupun ia dari awal sudah tahu niat dan isi pikiran mereka.
Sebab Aster memang tidak punya teman.
Ketika mengingat rasa sakit akan kesendirian dan kesepian, Aster tidak mampu mengalaminya lagi. Ia rela menjadi bagian para munafik itu.
Itu dulu. Di kehidupan ini, Aster tidak menjamin segalanya akan tetap sama.
“Aster aku rasa mataku mungkin salah lihat tapi tadi ada bug yang juga keluar dari mobilmu, ya gak guys?” suara sarkas milik Helina bergema di seluruh kelas dan beberapa orang diam-diam tersenyum di belakang Aster.
Aster dengan wajah tak berekspresinya tidak menjawab. Beberapa gadis di depan Aster melirik satu sama lain dengan tatapan mengejek yang langsung sirna.
Helina kembali berbicara, “Yah mungkin aku memang salah lihat. Kan mana mungkin Aster kita yang pewaris Beiven Grup pergi sama anak yang tidak jelas asal-usulnya itu. Ya udah yuk kita ke kantin. Aster pasti ke sana lagi, ya kan?”
Aster mengangguk seadanya dan dengan pelan berjalan berlain arah dari teman-temannya itu. Apapun itu, tidak terlalu baik untuk berubah begitu tiba-tiba maka ia juga tidak keberatan untuk bermain dengan mereka juga. Biarkan mereka merasa senang untuk sesaat ketika mereka tidak tahu siapa yang mengintai mereka dalam kegelapan.
Membayangkan saja sudah mampu mengangkat suasana hati Aster.
Di lain sisi, tiba-tiba wajah ramah teman-teman Aster berubah menjadi wajah ingin muntah. Kyle yang berdiri di sebelah Helina menggelengkan kepala kasihan.
“Aster... Aster.... coba aja dia itu anak sah Mr. Beiven pasti segalanya lebih mudah. Sayang anak angkat itu malah belagu dan sombong kalau gak karena Beiven Grup mana mau aku berbicara sama dia. Ew.”
Leah terkikik. “Kyle udah ah nanti bahaya kalau Aster dengar.”
Kyle hanya mencibir.
Lethan berjalan pelan menuju kantin. Ia masih merenungkan sikap Aster yang tiba-tiba menjadi peduli padanya. Dia bingung dan curiga tetapi tidak dapat menemukan satu pun petunjuk. Lethan tiba-tiba menyeringai, memangnya jika dia berubah baik Lethan akan melupakan sikapnya selama ini? Apa Aster terlalu lugu untuk percaya kalau dia menjadi baik Lethan akan memaafkannya?
Lethan menggelengkan kepalanya kasihan. Baiklah ia juga ingin melihat sampai mana wanita jahat itu memakai fasad tersebut.
Lethan yang selalu berjalan menunduk tiba-tiba disiram dengan jus. Mata Lethan langsung berubah kejam. Ia mendongakkan kepalanya dan yang muncul malah wajah remaja polos yang lugu ketika menatap pelaku-pelaku itu takut.
“Aduh. Maaf ya,” kata Leah dengan wajah mengejek.
Lethan kembali menundukkan kepala bersikap seolah ia adalah pengecut yang malu ketika ditatap orang lain. Leah yang melihatnya bahagia dan seketika melirik penghuni kantin yang juga tertarik dengan kegiatan sehari-hari Leah dkk.
“Duh Leah, itukan minumannya yang Aster titip ke kita,” tambah Helina dengan raut takut seakan menjelaskan bahwa tindakan ini semata-mata diperintahkan oleh Aster, kakak Lethan sendiri.
“Ya ampun padahal itu satu-satunya jus yang tersisa. Tidak tau deh Aster marahnya nanti kayak apa..” suara Helina semakin memanas-manasi tetapi siapapun yang mendengarkan tidak akan menemukan rasa bersalah di suaranya itu.
Lethan masih menunduk dan ada senyuman ejekan yang tidak ada bisa melihat. Memang ia tidak bisa membalas perbuatan mereka saat ini tetapi tunggu nanti saat ia sudah bisa keluar dari rumah Beiven itu. Ia akan membalas penghinaan ini seribu kali lipat. Lethan yang diam karena berdelusi menjadi tersentak sadar saat mendengar suara Aster yang membawa jejak kesombongan.
“Apa ini?”
Suara Aster yang pelan tapi tegas itu menyentakkan orang-orang. Seketika penghuni kantin menatap penuh minat kepada Aster. Siapa yang tidak tahu Aster? Anak Beiven Grup. Anak emas Yayasan Beiven School. Wanita sombong dan penyendiri ini tiba-tiba mendatangi kantin yang tidak sudi ia injakkan. Ada apa gerangan?
Lethan juga sedikit terkejut, menatap takjub akan kehadiran Aster di depannya. Ia bertambah bingung ketika Lethan entah kenapa merasa bahwa Aster memusatkan perhatiannya ke seragam Lethan yang basah. Sebelum sempat Lethan berpikir terlalu dalam, Aster mengalihkan perhatiannya kepada Helina dan tersenyum padanya sebentar. Kemudian mendatangi Lethan dengan langkah santai dan tidak terduga ia mengeluarkan sapu tangannya untuk mengelap noda jus itu di seragam Lethan.
Sebenarnya tindakannya tergolong sesuatu yang biasa saja namun padanya malahan terasa tidak tepat.
Sebaliknya Aster penuh perhatian mengelap-ngelap noda itu padahal mau sekeras apapun ia berusaha pada akhirnya noda itu tidak memudar. Menyerah, Aster beralih ke wajah Lethan seperti bayi yang selembut tahu itu. Mata Lethan menatap heran pada Aster. Awalnya Lethan sangat ingin menjauh ketika tangan itu menggapainya tetapi saat ia mengingat bahwa itu tidak tepat, ia menahannya.
Aster penuh gejolak batin. Dulu ia tidak akan usil dalam urusan orang lain sekalipun yang dalam kesusahan itu adalah adiknya sendiri. Ia tidak peduli. Sekarang keadaan telah berubah untuk memaksanya dalam mengambil setiap kesempatan hanya untuk mendapatkan kebaikan dari anak kecil ini. Sangat menjijikkan dan membuat Aster mual.
“Bagaimana Anda bisa seceroboh ini?” kata Aster dingin. “Jalanan seluas ini tapi tidak mampu memasang mata dengan baik, ke depan perhatikan langkahmu.”
Untuk beberapa saat, orang- orang merasa ucapan Aster terdengar ambigu sehingga membuat mereka gugup. Sedangkan Aster ketika merasa cukup, ia melempar dengan baik sapu tangan itu ke dalam tong sampah. Ia menatap Lethan yang matanya terlihat gelisah sehingga Aster dengan dingin berkata lagi.
“Lethan apakah Anda mendengarkan?”
Lethan tertangkap basah. Pipinya memerah yang ketika orang lain melihatnya merasa bahwa anak lelaki itu pemalu dan kikuk padahal Lethan sebenarnya amat tersinggung. Ia mengerucutkan bibirnya dan memilih mengeluarkan suara kecil nan lemah.
“Aku mengerti.”
Aster mengangguk. “Bagus kalau Anda paham.”
Lalu ia menatap ke arah orang yang pertama kali memulai masalah itu lalu melirik ke arah gelas kosong sisa jus tadi yang masih dipegang Leah.
“Apa yang terjadi sehingga Anda begitu ceroboh dan memalukan diri Anda sendiri. Anda dan saya adalah seorang Beiven namun Anda masih saja melupakan siapa Anda. Dan untukmu, Leah, aku harap tidak ada kesalahpahaman hanya karena hal kecil ini.”
Leah masih tidak mengerti akan perubahan alur yang terjadi sehingga ia hanya mengangguk. Seolah tersihir ketika Aster memberikan tatapan naif, Leah sejenak merasa seperti tikus yang tertangkap basah. Akibatnya matanya bergerak kesana-kemari berusaha menghindari tatapannya itu.
Sedangkan Kyle yang berdiri di samping Leah menatap Aster dengan tatapan yang menyelidik namun ia tidak mengatakan apapun untuk itu. Ia hanya tersenyum memandang Aster dengan tatapan minat.
●●
ns 15.158.61.16da2