#1
“Aku akan bertunangan.” Sheila memberi tahu Chris seraya melepaskan diri dari pelukannya lalu beranjak dari tempat tidur.
“Kamu akan mengakhiri hubungan kita?” Chris memandangi Sheila yang sedang mengenakan kemejanya.
“Kamu kan tahu aku nggak bisa melawan keinginan Ayu,” jawab Sheila datar. Sebagai anak yatim piatu di keluarganya, Sheila senantiasa harus menuruti Ayu, tante yang sudah membesarkannya.
Chris tidak menyahuti perkataan Sheila. Dia beranjak dari tempat tidur lalu mulai mengenakan pakaiannya. Sheila sungguh-sungguh membenci keheningan yang tercipta di antara mereka. Sheila amat mencintai Chris. Meskipun Ayu sudah memberikan peringatan bahwa mereka tak akan sampai menikah, Sheila tetap bersama Chris, selama tiga tahun terakhir ini. Di sisi lain, Sheila juga tahu bahwa Chris mendapatkan peringatan serupa dari keluarganya. Di mata keluarga, hubungan mereka dianggap semu belaka. Sementara, Sheila dan Chris menjalani hubungan secara serius. Chris adalah satu-satunya pria yang selalu dia harapkan untuk menjadi suaminya.
“Aku tahu Ayu tak pernah menganggap keluargaku setara dengan keluargamu.” Chris menghampiri Sheila lalu mengecup keningnya sekilas.
“Ini bukan soal posisi tapi soal pengaruh. Semua orang tahu keluargamu lebih kaya daripada keluarga Aryo. Sayangnya, keluarga Aryo lebih berpengaruh.” Suara Sheila mendadak serak. Sheila melihat Chris mulai membereskan barang-barangnya. Sejenak, Chris keluar dari kamar Sheila kemudian kembali lagi. Sementara, Sheila terduduk di ranjangnya sambil memikirkan banyak hal. Chris sudah memutuskan untuk pergi, batin Sheila.
“Kalau begitu biar aku yang mengakhiri hubungan ini. Rasanya tidak etis kalau perempuan yang memutuskan.” Chris memaksakan seulas senyum sementara air mata mulai menggenang di sudut mata Sheila.
Chris menggenggam tangan Sheila kemudian berujar, “Selamat tinggal Sheila. Aku harap kamu bahagia.”
“Au revoir. Aku yakin kita akan ketemu lagi.”
Kemudian, Sheila hanya bisa memandangi punggung Chris yang beranjak pergi dari kamarnya, dari apartemennya, dan dari kehidupannya.
169Please respect copyright.PENANAGmra1coJM1
#2
“Apa kau suka padaku?”
Sheila merasa ingin muntah ketika mengingat pertanyaan itu. Sheila tak jua menemukan alasan atau hal yang memotivasi Aryo bertanya seperti itu kepadanya. Sepanjang perjalanan pulang, Aryo sama sekali tak mengajak Sheila bicara. Sheila berharap Aryo sudah menyerah dan segera mengakhiri sesi pendekatan yang memuakkan ini.
Sheila belum bisa menebak sosok yang menjadi dalang sebenarnya dari perjalanan liburannya berdua bersama Aryo. Sheila merasa Aryo pun terpaksa menjalani liburan ini. Semua ini terasa lebih masuk akal jika diatur oleh Ayu, atau mungkin ibu Aryo. Meskipun, waktu itu, Aryo yang mengajak Sheila berlibur berdua saja. Lalu, Sheila terpaksa mengiyakan ajakan itu.
Selama seminggu, mereka telah melakukan berbagai hal berdua saja. Sheila begitu terkejut ketika mengetahui bahwa kamar yang dipersiapkan di hotel hanya satu untuk mereka berdua. Sheila amat geram ketika membayangkan Ayu mengeset semua ini sambil berharap akan terjadi sesuatu antara Sheila dan Aryo. Sheila segera memutuskan untuk memesan kamar di hotel yang lain. Aryo sempat memprotes keinginan Sheila. Namun, Sheila bersikap masa bodoh. Sheila menceramahi Aryo tentang nilai-nilai moral yang harus dijunjung tinggi sampai akhirnya Aryo menyerah. Aryo membiarkan Sheila menginap di hotel yang berbeda.
Dengan cara itu, Sheila juga berhasil menghindari banyak kegiatan yang melibatkan Aryo. Sheila lebih sering bepergian sendiri selama liburan ini. Walaupun, ada beberapa momen yang Sheila habiskan bersama Aryo, hanya untuk formalitas. Selain itu, Sheila berharap sikapnya yang masih menghargai Aryo dapat menghindarkannya dari kemarahan Ayu. Sebab, Sheila tahu segala informasi tentang gerak-geriknya akan sampai ke telinga Ayu.
Ada juga momen-momen Aryo berusaha merayu Sheila. Namun, Sheila selalu berhasil menghindar. Ternyata, Aryo cukup kaku saat menghadapi wanita. Seolah-olah, Aryo baru pertama kali mendekati wanita. Sheila bergeming atas segala usaha Aryo menaklukkannya. Di mata Sheila, semua usaha Aryo lebih tepat ditujukan supaya Sheila mengakui bahwa Aryo adalah pria sejati. Gestur dan ucapan Aryo saat merayu Sheila sungguh tidak natural. Sementara itu, Sheila yang sudah terbiasa membalas saat dirayu oleh Chris menjadi lebih berpengalaman dan akhirnya mampu menghindari segala jurus yang dilancarkan Aryo.
“Sepertinya aku harus mengakui sesuatu padamu,” ucap Aryo secara tiba-tiba.
“Sepertinya apa pun yang kamu mau katakan sebaiknya menunggu sampai kita menginjak daratan.” Sheila membalas dengan ketus.
Aryo terdiam. Kemudian, dia memalingkan wajahnya. Sheila sungguh-sungguh merasa bahwa liburan kali ini adalah liburan terburuk sepanjang hidupnya. Sheila mengencangkan sabuk pengaman lalu memejamkan matanya. Sheila mengingat momen-momen saat berlibur bersama Chris. Perjalanan bersama Aryo malah membuat Sheila semakin merindukan Chris. Sheila benar-benar membutuhkan sentuhan kekasih sejatinya itu.
Sejenak sebelum mendarat, Sheila membuka matanya. Setelah mereka menginjakkan kaki di tanah, Aryo mengajak Sheila pergi ke lounge untuk melanjutkan pembicaraan mereka. Sebenarnya, Sheila sudah benar-benar merasa lelah dan ingin segera tidur. Apalagi, mereka mendarat pada pukul 11 malam.
“Mari kita perjelas semua ini.” Wajah Aryo terlihat serius. Sementara itu, Sheila hanya menatap Aryo tanpa minat. Minat Sheila malam ini hanyalah kasur, dan mungkin Chris.
“Aku tidak mencintaimu,” bisik Sheila.
“Aku juga tidak. Kita jelas-jelas dijodohkan.” Aryo membalas.
“Aku juga tahu kamu punya kekasih.” Sheila berusaha memojokkan Aryo. Sebenarnya, Sheila tidak benar-benar tahu tentang kekasih Aryo. Sheila hanya butuh pernyataan yang kemungkinan bisa membuat Aryo terpojok. Bahkan, Sheila berharap Aryo mampu memutuskan pertunangan ini.
“Aku juga tahu kamu tergila-gila dengan anak pengusaha tambang emas yang kaya raya itu.” Suara Aryo terdengar penuh kebencian. Mungkin, fakta bahwa keluarga Chris lebih kaya daripada keluarga Aryo membuat Aryo membencinya, pikir Sheila. Sheila menjadi agak merinding.
“Tapi, pertunangan kita sudah ditentukan. Keluarga kita sudah memutuskan...” Aryo mendadak menunduk. Dia seolah-olah menahan banyak luapan emosi. Sheila jadi memahami bahwa posisi Aryo dan posisinya sendiri sama. Mereka sama-sama menahan perasaan demi keluarga.
Aryo mendadak berdiri kemudian berujar, “Aku rasa aku tak bisa mengantarmu pulang. Aku lelah sekali. Akan kusuruh supir untuk mengantarmu.” Aryo beranjak pergi.
Sheila melongo. Beberapa menit kemudian, Sheila masih tak bergeming di tempat duduknya. Pikirannya campur aduk. Perasaannya tak menentu. Sheila hanya mengangguk saat seseorang memberi tahu bahwa jemputannya sudah tiba.
Entah berapa lama kemudian, Sheila merasakan perasaan berdesir di dadanya. Perasaan itu muncul seiring terciumnya wangi parfum yang sudah sangat familier bagi Sheila. Ada seseorang yang sedang berdiri di belakangnya yang kemudian mengajukan pertanyaan.
“Habis pulang berbulan madu?”
Sheila menggeleng. Sheila tak berani menoleh. Wangi itu, suara itu, amat familier baginya. Namun, Sheila takut semua ini hanya imajinasinya. Chris tak mungkin muncul di sini secara tiba-tiba, batin Sheila.
Sheila masih memejamkan matanya ketika Chris mendekatkan wajahnya lalu berbisik tepat di telinga Sheila.
“Aku akan mengantarmu pulang.”
169Please respect copyright.PENANArO5b9Tikto
#3
Sheila membuka matanya. Sheila merasa lelah sekaligus bahagia pada saat yang sama. Sheila duduk kemudian meregangkan tubuhnya.
“Kopi?” Chris muncul di kamarnya sambil membawa dua mug yang berisi kopi kesukaan mereka masing-masing.
Sheila melongo sejenak. Sheila tak menyangka Chris masih ada di apartemennya. Sheila sudah bersiap-siap untuk melupakan segala kejadian yang terjadi semalam di antara dirinya dan Chris. Sebab, Sheila mengira pagi ini Chris akan menghilang lagi dari hidupnya.
Chris meletakkan kopi di meja rias Sheila sementara Sheila berjalan ke arah Chris. Ketika posisi mereka menjadi amat dekat, Sheila dapat menangkap ekspresi terluka di wajah Chris.
“Jangan bilang kamu lupa kejadian semalam,” ujar Chris
“Aku tidak...”
“Kamu merasa bersalah?”
“Aku... Aku tidak...”
Sheila merasa tak mampu berkata-kata. Momen bersama Chris terasa sangat berharga untuk dilalui secara sia-sia. Sheila memeluk Chris. Chris balas memeluk Sheila kemudian mengecup keningnya.
“Aku amat merindukanmu.” Sheila berbisik.
“Aku mantan kekasihmu.” Chris mengingatkan sambil menahan tawa.
Sheila melepaskan pelukannya.
“Kamu merusak momen,” ujar Sheila.
Sheila beranjak untuk mengambil kopi dan menyeruputnya.
“Apa yang kamu lakukan di bandara tengah malam tadi?” Sheila sempat mengira sopir yang diminta untuk menjemputnya adalah Chris. Sheila mengira itu semua lelucon dari Ayu.
“Aku baru pulang dari perjalanan bisnis saat kulihat bunga yang kupelihara sampai mekar telah teronggok layu. Hatiku jadi teriris-iris.”
Sheila tersenyum mendengarnya. Chris menyeruput kopinya. Mereka berdua kemudian beranjak ke balkon untuk menikmati kopi dengan lebih santai. Sheila memerhatikan Chris yang bersandar di pintu menuju balkon sambil memegang mug kopinya. Sheila menyadari bahwa dia tak bisa hidup tanpa pria itu.
Sheila mendekati Chris dan mencium pipinya dengan spontan. Sheila tak menyangka Chris akan kaget. Rupanya, pria itu sedang melamun.
“Aku mencintaimu,” ucap Sheila tegas.
“Hei. Haruskah aku ingatkan lagi kalau aku adalah mantan kekasihmu?”
Sheila pura-pura cemberut lalu balas bertanya, “Lalu yang tadi malam itu apa?”
“Ehm. Peristiwa semacam tadi malam bisa terjadi pada siapapun yang sekalipun bukan sepasang kekasih.” Chris nyengir. Sheila menonjok bahu Chris. Lalu, Chris tertawa terbahak-bahak. Sheila ikut tertawa bersamanya.
Tiba-tiba bel pintu berbunyi. Dengan malas, Sheila berjalan menuju pintu depan. Sheila membuka pintu dan menemukan Aryo berdiri di hadapannya. Sejenak, Sheila shock melihat Aryo. Pria itu langsung masuk ke apartemen Sheila tanpa menunggu dipersilakan. Sheila berbalik dan melihat Chris muncul. Chris dan Aryo saling berpandangan. Lalu, Aryo memalingkan wajahnya ke arah Sheila.
“Kau berselingkuh?!”
“Bagus sekali. Jadi, sekarang posisiku adalah selingkuhan.” Chris berkomentar.
Sheila berkata pada Chris dengan nada malas, “Dia bahkan bukan siapa-siapaku.”
Aryo benar-benar tak tahu apa yang harus dia lakukan ketika berada di antara Chris dan Sheila. Perasaannya campur aduk. Sementara itu, Sheila berjalan ke sisi Chris. Chris menggenggam tangan Sheila ketika Sheila bertanya kepada Aryo.
“Mau apa kamu ke sini?”
Aryo memandangi Chris dan Sheila bergantian kemudian berbalik dan meninggalkan apartemen Sheila. Dia membanting pintunya.
“Orang itu berbahaya,” ujar Chris kepada Sheila.
“Orang itu aneh. Bagiku, kamu lebih berbahaya.” Sheila mengerling manja. Chris tersenyum lalu membimbing Sheila ke sofa. Chris mulai membawa Sheila untuk menikmati kebersamaan mereka kembali.
“Aku mencintaimu.” Chris berbisik lembut di telinga Sheila. Sheila amat menikmati momen itu. Sheila sudah memutuskan untuk mempertahankan Chris di dalam hidupnya. Hari itu dihabiskan Sheila berdua bersama Chris. ***
169Please respect copyright.PENANASlqcZPUcc1