Aku yakin kalian semua familier dengan menu nasi kecap yang ditambah kerupuk. Nasi kecap dianggap sebagai menu khas anak rantau atau anak kos pada akhir bulan. Selain itu, nasi kecap juga biasa disantap ketika anak kos merasa mager atau bosan, sehingga tidak membeli makanan di luar. Suatu hari, aku pernah melakukan eksperimen dengan menggunakan mayones sebagai pengganti kecap. Hasilnya, menurutku rasanya lumayan enak. Hanya saja, keberadaan kerupuk terasa menjadi wajib untuk menyeimbangkan rasa asam dari mayones. Hasilnya, jadilah makanan eksperimenku yang kuberi nama: nasi, mayones, dan kerupuk.
Ceritanya, sore itu, tiba-tiba hujan turun dengan amat deras. Padahal, aku sudah merencanakan untuk membeli sate ayam sebagai menu makan malamku. Karena aku malas kebasahan, maka aku terpaksa membatalkan niatku. Pada masa itu, belum ada layanan pesan antar makanan yang seperti saat ini. Layanan pesan antar hanya dimiliki oleh restoran-restoran fastfood ternama saja. Kemudian, dengan terpaksa, aku mengaduk-aduk lemari persediaan makananku. Aku menemukan mi instan tapi aku merasa tidak ingin repot memasaknya. Aku ingin tinggal makan saja. Aku tidak menemukan kecap. Aku malah menemukan mayones. Seingatku, aku penasaran sehingga mayones itu kubeli secara iseng. Aku berharap rasa mayonesnya mirip dengan mayones yang ada di burger favoritku. Lalu, aku coba menuangkan mayones di sisi kiri sepiring nasi yang telah kusiapkan. Setelah kucoba, menurutku rasanya lumayan hanya saja sepertinya ada yang kurang. Aku pun mencoba untuk menambahkan kerupuk. Ternyata, perpaduan nasi, mayones, dengan kerupuk cukup sempurna.
Dulu, ketika pertama kali makan nasi, mayones, dan kerupuk, sejujurnya aku langsung teringat pada keponakanku, Marissa, yang sekarang berusia sepuluh tahun. Marissa pernah mengalami masa-masa hanya mau makan nasi dengan saus tomat. Seingatku, itu terjadi saat usianya tiga atau empat tahun. Sekarang, kalau kita menanyakan tentang kejadian itu pada Marissa, dia akan menjawab tidak tahu atau tidak ingat. Kemungkinan, saat itu, dia hanya mengikuti nalurinya saja sebagai anak kecil yang suka mencoba berbagai hal, termasuk makan nasi dengan saus tomat. Aku menyadari bahwa eksperimenku dengan nasi dan mayones seolah-olah menjadikanku seperti Marissa. Satu hal yang bisa kujamin yaitu Marissa tidak merasa terpaksa untuk makan nasi dengan saus tomat karena himpitan ekonomi. Seingatku, sampai hari ini orang tua Marissa masih bisa menyediakan makanan bergizi untuk Marissa.
Beberapa hari kemudian, kubagikan resep terbaruku itu kepada sahabat dekatku. Waktu kuliah, aku memiliki dua sahabat, yaitu Adi dan Rini. Rini, si perfeksionis, langsung menolak untuk mencicipi resepku. Aku sudah maklum terhadap sikap sahabatku yang satu itu. Rini adalah orang yang terbiasa mendapatkan semua keinginannya. Kondisi finansialnya selalu stabil. Saat akhir bulan, Rini tidak akan makan nasi kecap. Rini selalu makan makanan dengan standar gizi empat sehat lima sempurna. Terkadang, aku pun masih tak mengira bisa bersahabat dengan Rini. Padahal, dia punya teman-teman nongkrong yang lain. Teman-teman yang khusus menemaninya pergi ke tempat-tempat yang khusus didatangi kalangan dari kelas menengah atas. Namun, bagi Rini, mereka hanya teman saat kondisi suka. Sementara, saat kondisi duka, Rini lebih suka bercerita denganku atau Adi. Walaupun begitu, aku tetap merasakan persahabatan dengan Rini.
Sikap Rini dan Adi terhadap resep nasi, mayones, dan kerupuk sungguh bagaikan bumi dan langit. Adi sangat menerima resepku. Bahkan, sepertinya tanpa perlu kuceritakan, dia langsung memahami alasan terciptanya resepku. Pemikiranku memang lebih relate dengan Adi daripada dengan Rini. Yah... sebenarnya Adi memang cenderung selalu berusaha cocok dengan orang lain. Dia suka bergaul dengan banyak orang dari berbagai kalangan. Adi bisa bercakap-cakap secara akrab dengan berbagai macam orang, mulai dari penjual cuanki langganan kami sampai dosen kami yang terkenal galak. Membuat senang orang lain seakan-akan sudah menjadi renjananya Adi. Sepertinya, salah satu faktor yang mendekatkan diriku dan Rini dengan Adi adalah kemampuan Adi untuk menenangkan kami ketika kami sedang memiliki masalah. Namun, setelah lama berpisah dengan Adi, sepertinya aku baru menyadari bahwa Adi tak pernah berkeluh kesah padaku. Padahal, selama berkuliah, aku sering berkeluh kesah padanya.
Keinginan untuk makan nasi, mayones, dan mayones masih muncul sesekali walaupun aku sudah selesai kuliah. Aku cuma ingin merasakan lagi masa-masa kuliah ketika masalah yang menjadi beban berat berkutat di sekitar aktivitas perkuliahan dan bumbu-bumbu asmara. Hari ini, beban berat sudah berkutat di sekitar ujian kehidupan bukan lagi soal ujian akhir semester. Hari ini, aku sudah tak bebas untuk bertemu dengan Rini dan Adi. Selesai kuliah, kami kembali ke kota asal masing-masing. Kami jarang berkomunikasi karena terbatasi oleh kesibukan kami masing-masing. Rini sekarang sudah menjadi pemilik butik yang paling terkenal di kotanya. Adi pun sudah sukses sebagai manajer sebuah bank. Sementara itu, aku sibuk menjadi bos bagi diriku sendiri.
Adi sudah menikah dan memiliki anak. Aku, Adi, dan Rini bertemu lagi pada pernikahan Adi dua tahun silam. Aku terkejut ketika aku bertemu Rini dalam keadaan hamil dan sudah menggandeng pasangannya. Rupanya, Rini sudah menikah setahun sebelum Adi. Kemudian, Rini bercerita bahwa dialah yang merancang gaun pernikahan istri Adi. Dia bilang dia juga ingin merancang gaun pernikahan untukku. Rini juga banyak bercerita tentang kehidupan rumah tangga dan kariernya. Namun, aku tidak terlalu fokus mendengarkannya karena aku masih terkejut setelah mengetahui kabar pernikahannya. Aku merasa sedikit kesal karena tidak diundang ke pernikahan Rini. Ketika aku bersalaman dengan kedua mempelai, aku menyadari bahwa aku tak bisa lagi bercerita kepada Adi karena sudah ada sosok wanita yang memiliki Adi secara resmi. Aku melihat Adi tersenyum bahagia di pelaminan. Saat itu, aku harus menerima kenyataan bahwa sahabat-sahabatku ternyata sudah berubah.
Terkadang, nasi, mayones, dan kerupuk menjadi penghiburanku karena aku tak bisa bersama lagi dengan sahabat-sahabatku itu. Setidaknya, aku bisa memanggil lagi kenangan-kenangan masa kuliah bersama mereka. Lagi pula, Adi dan Rini sudah berubah. Mereka sudah tidak sama lagi dengan Adi dan Rini yang kukenal saat kuliah. Seingatku, tak pernah ada kejadian buruk antara aku dengan Adi dan Rini. Aku sering menerima keluhan-keluhan Rini yang menurutku kebanyakan merupakan masalah sepele. Namun, aku tak pernah mengutarakan pendapatku itu kepada Rini. Aku merasa tak mau kehilangan Rini. Sekecil apa pun masalah yang dia ceritakan padaku pasti kudengarkan dengan sungguh-sungguh. Apabila aku merasa ada ketidakcocokan dengan Rini, aku akan berkeluh kesah pada Adi. Dia akan menenangkan dan menyenangkan aku sampai aku melupakan kekesalanku kepada Rini. Sekarang, teman-temanku sibuk dengan kehidupannya masing-masing. Jadi, aku pun berteman dengan nasi, mayones, dan kerupuk.
Sesekali, aku terpikir bahwa orang yang berpendapat sepertiku mungkin saja jumlahnya banyak. Mungkin saja, ada orang-orang yang menyempatkan makan nasi kecap hanya untuk mengenang nostalgia masa kuliah. Kondisi yang sama seperti aku dengan nasi, kecap, dan kerupuk. Aku sempat terpikir untuk membuka usaha kuliner yang menunya nasi kecap yang ditambah kerupuk dan nasi mayones yang ditambah kerupuk. Dua menu itu saja cukup menurutku karena tujuanku adalah menjual nostalgia yang terkandung dalam dua menu itu. Karena tujuanku menciptakan nostalgia, menu sederhana bisa dibanderol dengan harga mahal. Namun, aku juga merasa kurang yakin. Sepertinya, aku harus melakukan riset terlebih dulu. ***
ns 15.158.61.43da2