Di balik pintu kaca, isinya hanyalah dinding langit yang di dekatkan. Bagaikan melukis langit itu sendiri. Benar – benar kosong, hampa itu nyata.
“A-anda memakai trik?” Kepalaku menoleh spontan dengan panik.
“Non, non, non.” Jari telunjuknya menyentuh ujung hidungku pelan. “Ho ho~ karena aku penyihir, Penn?”
Aku kembali tercengang, tanpa mendongak pun sudah menatap dinding langit. Aku berpikir lebar dan menyempit.
Sebagai pria sederhana yang mengandalkan logika, tentu menghasilkan nilai rasional. Masalahnya, ini datang tiba – tiba, kemudian aku berpikir Lady Honesty terkena sindrom lalu mengatakan hal aneh, mengaku sebagai penyihir, sesuatu yang tidak rasional. Sesuatu yang tidak rasional itu melakukan hal yang tidak rasional pula, syarat sebab akibat yang kental. Pada akhirnya masuk di akal.
Sehingga otakku berlogika bahwa, logika haruslah rasional agar masuk akal. Namun karena sesuatu yang mengaku tidak rasional, melahirkan hal yang tidak rasional, karena memang pada awalnya tidak rasional alhasil semua itu menjadi rasional dan membentuk logika yang masuk akal.
Tiba – tiba jari telunjuknya menekan – nekan ringan bergeser ke arah pelipisku, “Ho ho~ Penn melakukan paradoks. Kamu ini suka hal yang rumit, benar?” nadanya kecil dibuat bening.
“Logika kok! Semua itu harus berlogika, blimey!” protesku sambil menghalau tangannya. “Juga, jangan seenaknya membaca pikiranku!”
“Ho ho~ aku takut~ aku takut~” nadanya mengejek, ia bergegas kembali ke tempat duduk, persis di dekat metronome itu.
Tangan mulusnya menepuk – nepuk ringan tempatku duduk tadi, “Duduklah, Penn, karena ini spesial.”
Keganjilan ini tegas menolak bahwa dirinya memang bukan sindrom. Aku pasrah tak bisa berbuat apa – apa. Toh aku ke sini untuk berobat. Karena dia psikiater, agak centil namun terlihat nelangsa, pada awalnya. Kemudian lekasku duduk di sebelahnya.
“Ho ho~ aku mengerti sebagian darimu menolak, well, tidak masalah. Mortal cepat mengerti seiring mereka melangkah dalam perjalanan.” Ia mengangkat telunjuk kanannya. “Kali ini diriku tak akan bertele – tele, Penn. Kamu mortal kedua setelah Godiva yang paling kucintai jadi aku akan lebih bermurah hati. Lagipula kamu berhak tahu, itu juga milikmu. Bagaimanapun kamu berhak atas apa yang kamu ingin ketahui-”
“Nenek Godiva, apa yang-“
Lagi – lagi telunjuknya sigap menutup mulutku dengan mesra, “Akan tetapi, sesuatu di luar yang kamu butuhkan sekarang, bukanlah milikmu. Lady Honesty, tidak mengizinkan, sayang.”
Kini jarinya perlahan diangkat, bahkan tanpa sepatah kata, Lady Honesty bisa tahu roman wajahku telah menjawab setuju.
“Saat ini, Penn, kelihatannya sedetik melangkah, tapi kita berada di tempat yang paling jauh dari planetmu berasal. Tempat ini tidak kenal ruang dan waktu. Ini adalah dunia Ethereal.” Seketika tangannya mengeluarkan sedikit cahaya putih, bahkan terasa tiupan sekelbat udara dingin, saat memegang botol seliter berisi teh yang kubeli satu paket dengan makanan jepang tadi.
Ia menyilakanku membuka tutupnya. Tepat pada leher botol, pupil mataku sebesar rasa penasaranku. Teknik sulap apa secepat kilat bisa hingga teh itu membeku? Sampai kukocok – kocok pun tak kunjung jatuh sebelum kututupu kembali.
“Membeku bagai es. Logikanya, waktu bukanlah sebuah aturan. Biarpun mengendap, mengalir, atau deras dipercepat, tetap tidak berlaku di Coelzanon.”
Aku sedikit terbayang dengan beberapa anime yang kutonton belakangan ini. Dikatakan bahwa insiden fiksi yang berhubungan dengan waktu, bisa menimbulkan dua kemungkinan. Pertama itu akan tumpang tindih mengubah masa depan. Kedua, waktu di dunia bisa jadi sangat cepat bila dikonversi dengan tempat ini. Sehingga itu sedikit mengkhawatirkanku. Bisa jadi kemungkinannya aku telah meninggalkan Nona Chernyy bertahun – tahun.
“Ho ho~ kamu punya pendapat keren!” tambahnya setelah mengangguk, “Pada dasarnya mereka punya sepuluh klasifikasi. Ngomong – ngomong sebagai perbandingan, dunia ini termasuk Coelzanon. Hamparan luas yang hampa tak berbatas. Ini jauh berbeda dari yang kamu pikirkan tadi yang termasuk Seodrilin atau Dunia Paralel.”
Ia lagi – lagi membaca pikiranku dengan seenaknya. Tapi ini benar – benar membuat otakku yang konservatif runyam seketika. Pernyataannya memang seenak jidat, jauh lebih menakutkan karena terbukti nyata.
“Nona Chernyy? Ba-bagaimana dengan Nona Chernyy?”nadaku khawatir.
“Seodrilin menggunakan aturan waktu, walaupun itu mengubah sejarah dan tumpang tindih. Waktu bisa saja mengendap tapi itu akan cair pada waktunya ketika pelaku akan kembali pada urutan semua. Tapi seperti yang kubilang, bahwa kita berada di tempat hampa sejati, Coelzanon. Begitu kamu dikirim ke sini, maka kamu seperti menghabiskan waktu sedetik untuk ditukar selamanya di sini.”
“Seperti es yang baru saja dikeluarkan dari kulkas?”
“Ho ho~ bingo! Itu akan tetap menjadi es selamanya bila tetap di dalam kulkas. Namun setelah keluar, es akan mencair. Perbedaannya bila es mencair beberapa menit, kamu hanya sedetik.”
Teori – teori itu yang barusan dilontarkannya masih perlahan terserap di pori – pori otakku. Yang terpenting, kini kutahu Nona Chernyy, yang kutinggal sendiri baik – baik saja.
Tunjuknya pada benda trapesium dengan jarum mirip jam yang dari tadi berdentum, “Ho ho~ berkunjung ke tempat ini tidaklah mudah. Dunia etheral selalu punya dua sumber kekuatan mistis. Bagai semangka dibelah dua. Pemicunya adalah pada benda dan sebuah instrumen.”
“Dan itulah bendanya? Metronome?” tanyaku penasaran.
Ia menolak, “Bukan, ini hanyalah instrumen. Instrumen adalah perwujudan yang dihasilkan dari rapalan mantra. Maka benda ini tidak nyata selain aku yang membuatnya. Kalau benda, semua makhluk Ethereal pasti tahu.”
Lady Honesty menjentikkan jarinya, “Seperti ini.”
Sesaat aku merasakan ada angin kecil numpang lewat. Mataku memang mengedip normal, namun aku merasa tak ada perubahan. Bahkan aku memutar di sekitar, semuanya juga tak ada yang berubah. Tidak setelah dia membuka botol plastik berisi teh yang tadi dibekukan tadi.
Asap hangat menyenggol alisku. Kuperhatikan dalam – dalam isi pada leher botol. Teh hangat seperti sedia kala. Sebelum ia berbuat macam – macam, aku mengambil satu gelas bekas ia minum. Ini bukanlah aku aneh, tapi memang hanya itu satu – satunya gelas, yang menyatu pada tutup botol.
Menyeruput sedikit, kurasakan hangatnya kerongkongan, turun dalam tenang ke jiwa.
“Berarti anda butuh objek?”
“Ho ho~ dalam hal ini benar. Sama seperti metronome ini. Pokoknya saat ia berdiri tegak di atas meja, maka secara otomatis akan langsung terpental ke Coelzanon. Seperti tombol on atau off. Aku memdesainnya seperti itu,” ucapnya semringah seakan – akan ia memamerkan kemampuannya.
Perasaanku bercampur aduk antara bingung, jengkel, kagum, dan heran. Pada akhirnya beberapa keanehan terjawab sudah. Termasuk nenek, ataupun Lady Honesty yang mengaku menungguku selama bertahun – tahun.
Kuletakkan gelas kosong itu pada asalnya, menutup pada botol hitam plastik teh.
“Kelihatannya saya nggak bisa nolak, keluar apalagi. Dan bagaimana dengan sesi konsultasi saya?”
“Tch, tch, tch.” Jari telunjuknya di putar. “Karena itulah ini spesial. Dengan metronome ini, aku telah merapal instrumen lain lagi.”
“Eh?”
“Fokuskan manik matamu seakan – akan jarumnya berdentum tepat di tengah – tengah…”
Pandanganku langsung tertuju pada instruksinya.
Pelan dan lamban kurasakan…
“Rasakan bahwa dirimu semakin tenang…” ucapnya santai akhiran agak memanjang dan terdengar malas.
Dia mengulang kata – katanya berkali – kali.
Berkali – kali pula suaranya semakin lembut…
Semakin lembut…
Semakin mendayu – dayu…
Mataku masih disapa gambaran seluruh isi ruangan meski fokusnya lain, bahkan Lady Honesty juga masih di sebelahku. Bedanya semakin gelap.
Seperti lampu bioskop perlahan dipadamkan…
Cahanya kian meredup… seredup suaranya…
Kabut putih merangkulku, menyisakan aku dan dua suara…
Dentuman itu…
Lantunan halus…
Menggema dari setiap sudut…
Menggema kian bertumpuk…
Kian bertumpuk…
.
.
.
Lalu kosong.
Hanya aku… dan kabut…
Tiba – tiba terdengar suara lain.
“Lady Honesty, berbicara padamu, Tuan Al Penn. Perintahku adalah absolut. Mengangguk, berarti setuju.”
Suara itu mengikat, seakan kepala menurut tanpa kendaliku sepenuhnya.
“Konsultasi terakhirmu, Tuan Al Penn.”
ns 18.68.41.180da2