istri saya diserahkan kepada Pak Risman untuk dipuaskan secara seksual. Dan di saat itu juga, istri saya tengah berjanji kepada Pak Yono untuk memberikan “kepuasan” secara terselubung lagi tetapi hanya jika mendapatkan kesempatan yang serupa saja. Sekiranya hari itu adalah hari Rabu (3 hari setelah kejadian penghianatan istri saya dengan Pak Yono dan Pak Risman yang tengah saya ceritakan di Part 2). Waktu menunjukkan pukul 8 malam, saat itu Pak Yono berkunjung ke rumah kami. Seperti biasa saya dan Pak Yono berdua saja sedang bermain catur sambil ngopi bersama. Lalu saya segera memanggil istri saya, “mah, ada Pak Yono nih, minta kopi dong.” Istri saya menjawab, “iya pah, sebentar.” Seingat saya, sebelum Pak Yono tiba, istri saya sedang mengenakan Daster Panjang di bawah lutut berwarna merah dan memiliki tangan. Tentu saja seperti yang kalian sudah ketahui dari Part 2, istri saya tidak mengenakan daleman lagi jika sedang berada di rumah. Namun, yang saya herankan mengapa istri saya lama sekali membuat kopinya kali ini. Sekiranya 30 menit berlalu, Istri saya, yola, datang sambil berkata kepada Pak Yono, “apa kabar nih pak?” Pak Yono tersenyum bahagia menjawab, “baik-baik saja tentunya dik.” Saat itu istri saya mengganti dasternya dengan Daster Kuning di atas lutut tanpa tangan (seperti tank top). Saya bertanya-tanya sendiri dalam hati, “perasaan tadi dasternya istri saya warna merah kok jadi pake yang ini yah?” Ketika istri saya meletakkan Kopi di meja, seperti biasa ia harus menunduk, pandangan Pak Yono tidak lepas dari buah dada istri saya. Saya sendiri dapat melihat secara samar-samar dari balik daster tersebut tonjolan pentil dari buah dada istri saya tercetak dengan jelas sekali. Sayapun diam saja tidak menegur ataupun mempermasalahkan hal itu.
Setelah istriku pergi ke dalam, ternyata yang tidak diduga-duga oleh saya, Pak Yono, si gendut jelek yang kurang ajar ini, malah bertanya dengan seenaknya kepada saya, “dik Yola, ga pake bra yah mas tadi sempet keliatan ‘itu’ nya? Maaf yah mas.” Lalu, aku sendiri langsung berdesir dan berasa “deg” di dalam dadaku karena hinaan spontan ini, setelah terdiam sekian detik akupun menjawab sambil berusaha tersenyum, “wah iyah ni Pak Yono, maaf, istri saya jarang pake bra kalau di rumah. Nanti saya suruh pake deh, bentar saya ke dalam dulu.” Lalu, Pak Yono dengan cepat langsung menyahut, “Jangan pak tidak usah, cuma boleh lah ya saya lirik-lirik dikit hehe… Mas Nar kan tahu saya tidak punya istri, mana ada yang mau sama saya gendut begini. Cuci mata sedikit sama dik Yola gak apa apa kan mas bantu-bantu temen kesulitan.” Lalu, sayapun mengurungkan niat untuk memberitahu istri saya untuk mengenakan bra, lagipula hal ini membuat aku sangat terangsang mengingat apa yang telah terjadi di Part 3 antara Pak Yono dan istri saya Yola. Sayapun menjawab, “yah, saya mah tidak apa apa deh pak, cuma kalau istri saya keberatan Pak Yono ngintip begitu ya saya tidak mau juga. Toh Pak Yono waktu itu sudah melihat tubuh istri saya ketika terjatuh dari tangga. Jadi saya pikir apa salahnya kalau lirik-lirik saja.” Sambil saya berusaha tertawa, pak yono pun tertawa bersama saya, lalu Pak Yonopun bertanya lagi, “Mas bole ga saya tanya satu hal ke mas nar?” Saya bertanya lagi, “tanya apa yah Pak?” Pak yono berkata lagi, “saya pernah dengar dari teman-teman saya ada sejenis penyakit bernama eksibisionis Pak. Mas Nar pernah dengar ?” Saya sejujurnya belum pernah mendengar istilah tersebut pada saat itu, mungkin saya pernah mendengar tapi saya belum tahu “arti sebenarnya” dari eksibisionis. Kalau yang sudah saya sebutkan dari Part 1 – 3 tentang Eksibisionis itu sebenarnya asal muasalnya dari Pernyataan Pak Yono berikut ini. “Eksibisionis itu adalah suatu tindakan di mana seseorang baik pria ataupun wanita bisa mengalaminya dia merasa ingin menonjolkan bagian-bagian tertentu yang di anggap sempurna dari tubuhnya kepada lawan jenisnya.”, kata Pak Yono. Saya pun hanya mengkerutkan dahi dan mengatakan, “oh seperti itu pak?” Lalu, Pak Yono melanjutkan, “Saya kok ngerasa dik Yola ini, mengidap penyakit yang sama loh Mas Nar, bukan bermaksud kurang ajar yah.” Lalu dalam hati saya, “jelas-jelas anda kurang ajar”. Tetapi saya menjawab, “lho?! Bagaimana Pak Yono punya pemikiran seperti itu?” Pak Yono melanjutkan lagi, “gini mas nar, Mas Nar masih ingat ketika kemarin dik Yola terjatuh dari tangga?” Saya menjawab, “ya tentu saja.” Pak Yono berkata, “jika wanita yang tidak mengidap penyakit eksibisionis ini, pasti secara spontan ia akan teriak minta tolong suaminya atau menutupi anggota tubuhnya karena malu dilihat orang luar seperti saya ini. Apa lagi saya tetangga masa dik Yola ga malu?” Lalu, mulai saat itu saya mulai berpikiran sepertinya memang benar pernyataan dari Pak Yono ini. Sayapun dengan makin cemas bertanya lagi, “lalu pak apa itu penyakit ? kalau penyakit apa bisa di sembuhkan yah?” Pak Yono berkata lagi, “wah mas mungkin saja bisa di sembuhkan tetapi, kita sendiri belum tahu benar apakan dik Yola mengidap penyakit eksibisionis ini kan mas? Kita harus tahu pasti dulu kalau dia benar-benar mengidap penyakit tersebut mas baru kita dapat memikirkan langkah penyembuhannya.” Sayapun menjawab lagi, “kalau dilihat dari kasus jatuh dari tangga sih rasanya memang benar pernyataan Pak Yono. Tetapi, bagaimana kita bisa tau secara pasti yah Pak?” Pak Yono tersenyum licik sambil berkata, “hm… saya sendiri juga baru sekarang mas menemukan orang yang berpenyakit eksibisionis ini secara langsung. Tetapi menurut teman-teman saya mungkin kita bisa cocokkan ciri-cirinya dengan cara menyuruh dik Yola melakukan sesuatu yang mengakibatkan ia harus melepaskan pakaian di hadapan kita mas. Karena orang eksibisionis pasti tidak akan malu untuk melepasnya atau malah ia berpura-pura tidak tahu malu mas.” Saya merasakan darah saya semakin berdesir entah mengapa saya sendiri juga bingung, istri saya mengidap penyakit kok malah saya terangsang? Lalu saya menanyakan lagi, “waduh gimana yah caranya Pak saya juga bingung?” Pak Yono menjawab dengan enteng, “saya minta izin sama mas nar dulu tapi, kalau seandainya saya berhasil membujuk dik Yola melepaskan dasternya di hadapan saya, saya harap Mas Nar jangan berpikir picik tentang saya, saya hanya berusaha membantu Mas Nar.” Lalu sayapun terdiam lama, sambil menengok ke arah istri saya yang sedang menonton televisi di dalam. Akhirnya, sayapun menjawab, “baiklah Pak, toh bapak sudah pernah lihat ini, asalkan istri saya dapat disembuhkan dan hal ini dapat bapak rahasiakan saya tidak apa apa.” Pak Yono tersenyum girang dan menjawab, “tenang saja mas, kita kan sudah lama menjadi teman rahasia mas aman di tangan saya. Sekarang… Mas coba panggil dik Yola untuk mengambilkan kita makanan. Lalu coba mas nar pergi ke kamar atau ke kamar mandi sebentar. Biar saya berbincang-bincang seidkit dengan dik Yola. Setelah 30 menit coba mas kembali lagi. Nanti saya beritahu apakah dik Yola berani menunjukkannya kepada saya atau tidak.”
Lalu saya pun pergi ke kamar mandi sambil berkata kepada istri saya, “mah Pak Yono tolong di kasih kue yah papah sakit perut nih. Sekalian di-‘temenin’ ngobrol dulu gih” Lalu istri saya berkata dengan sedikit girang, “oh ya pah!” Lalu saya mengambil posisi untuk mengintip dari dapur. Istri saya keluar untuk mengantarkan kue, saya tidak begitu jelas mendengar percakapan mereka, lalu saya mengambil inisiatif untuk memutar ke halaman sebelah. Hanya dalam waktu 1 menit saya memutar ke sebelah ketika saya mengintip, istri saya yola, bidadari bagi Pak Yono ini sudah tidak mengenakan pakaian apapun lagi dan sedang duduk berhadapan dengan Pak Yono tanpa rasa malu sedikitpun. Dan lebih gilanya lagi, dasternya berada di tangan Pak Yono. Saya tidak tahu apakah Pak Yono yang melepasnya ataukah istri saya yang memberikannya. Gila!!! Dalam hatiku ternyata istriku benar-benar mengidap penyakit ini. Apa yang harus aku lakukan, haruskah aku kembali sekarang dan melabrak mereka? Ataukah saya menunggu hingga istri saya memakai dasternya lagi? Kata Pak Yono 30 menit berikan dia waktu. Baiklah saya coba untuk menunggu. Lalu percakapan mereka mulai terdengar, istri saya berkata, “masa sih mas?? Mas Naryo menyuruh begitu?” Pak Yono tertawa sambil berkata, “iya loh dik, sekarang Mas Naryo ke kamar mandi pasti lama percaya deh sama mas.” Aku sendiri tidak mengerti apa yang sebenarnya mereka bicarakan. Istriku menjawab lagi, “ah paling mas mau menipu yola lagi kayak kemarin Pak Risman.” Jika kalian masih ingat di Part 3 Pak Risman memasukkan senjatanya kepada istri saya, tetapi istri saya mengira itu adalah senjata saya. Pak Yono menjawab sambil cengengesan, “benar kok dik, Mas Nar bilang kalau kamu bersedia Mas Nar tidak keberatan. Itung-itung jasa menyelamatkan kamu dari insiden tangga itu dik. Kita di kasih waktu 30 menit saja sebelum Mas Nar kembali.” Saya sendiri bingung, apa sih yang sedang mereka bicarakan? Lalu istriku nampak sedang melihat ke arah dapur, untuk mencari keberadaanku, setelah memastikan aku tidak ada. Istriku bangkit berdiri lalu ia meliuk-liukkan badannya di depan Pak Yono. Apa maksud dari semua ini??? Aku benar-benar bingung. Tetapi darahku berdesir tidak karuan, melihat istriku cantik sekali malam ini di bawah cahaya lampu halaman. Seperti bidadari yang sedang berjoget-joget ria tanpa mengenakan pakaian. Lalu Pak Yono sambil tersenyum l
Lalu saya pun pergi ke kamar mandi sambil berkata kepada istri saya, “mah Pak Yono tolong di kasih kue yah papah sakit perut nih. Sekalian di-‘temenin’ ngobrol dulu gih” Lalu istri saya berkata dengan sedikit girang, “oh ya pah!” Lalu saya mengambil posisi untuk mengintip dari dapur. Istri saya keluar untuk mengantarkan kue, saya tidak begitu jelas mendengar percakapan mereka, lalu saya mengambil inisiatif untuk memutar ke halaman sebelah. Hanya dalam waktu 1 menit saya memutar ke sebelah ketika saya mengintip, istri saya yola, bidadari bagi Pak Yono ini sudah tidak mengenakan pakaian apapun lagi dan sedang duduk berhadapan dengan Pak Yono tanpa rasa malu sedikitpun. Dan lebih gilanya lagi, dasternya berada di tangan Pak Yono. Saya tidak tahu apakah Pak Yono yang melepasnya ataukah istri saya yang memberikannya. Gila!!! Dalam hatiku ternyata istriku benar-benar mengidap penyakit ini. Apa yang harus aku lakukan, haruskah aku kembali sekarang dan melabrak mereka? Ataukah saya menunggu hingga istri saya memakai dasternya lagi? Kata Pak Yono 30 menit berikan dia waktu. Baiklah saya coba untuk menunggu. Lalu percakapan mereka mulai terdengar, istri saya berkata, “masa sih mas?? Mas Naryo menyuruh begitu?” Pak Yono tertawa sambil berkata, “iya loh dik, sekarang Mas Naryo ke kamar mandi pasti lama percaya deh sama mas.” Aku sendiri tidak mengerti apa yang sebenarnya mereka bicarakan. Istriku menjawab lagi, “ah paling mas mau menipu yola lagi kayak kemarin Pak Risman.” Jika kalian masih ingat di Part 3 Pak Risman memasukkan senjatanya kepada istri saya, tetapi istri saya mengira itu adalah senjata saya. Pak Yono menjawab sambil cengengesan, “benar kok dik, Mas Nar bilang kalau kamu bersedia Mas Nar tidak keberatan. Itung-itung jasa menyelamatkan kamu dari insiden tangga itu dik. Kita di kasih waktu 30 menit saja sebelum Mas Nar kembali.” Saya sendiri bingung, apa sih yang sedang mereka bicarakan? Lalu istriku nampak sedang melihat ke arah dapur, untuk mencari keberadaanku, setelah memastikan aku tidak ada. Istriku bangkit berdiri lalu ia meliuk-liukkan badannya di depan Pak Yono. Apa maksud dari semua ini??? Aku benar-benar bingung. Tetapi darahku berdesir tidak karuan, melihat istriku cantik sekali malam ini di bawah cahaya lampu halaman. Seperti bidadari yang sedang berjoget-joget ria tanpa mengenakan pakaian. Lalu Pak Yono sambil tersenyum lebar menyaksikan aksi istriku itu. Istriku yang bertubuh sedang tidak langsing dan tidak juga gemuk, meliuk-liukkan tubuhnya di depan Pak Yono yang brengsek ini. Entah apa yang sudah dikatakan kepada istri saya tentang saya. Akan tetapi, saya sendiri merasakan hal yang luar biasa pada senjata saya belum pernah saya melihat istri saya berjoget telanjang seperti ini. Entah dari mana ia mempelajari gerakan seperti itu. Lalu, Pak Yono memberikan pengarahan kepada istri saya untuk, berputar. Istrikupun berputar sambil terus meliuk-liukkan badannya. Ternyata aksi berputar tersebut untuk memperlihatkan tubuh istriku secara keseluruhan baik depan maupun belakang tubuhnya. Setelah itu, pak yono menyuruh lagi, “dik coba raba dada kamu dong.” Istriku dengan tanpa ragu-ragu mengarahkan tangannya ke arah dada 34 C nya untuk diremasnya di pilin dan di tarik-tarik hingga ia keenakan sendiri. Pak Yono diam saja menyaksikan ini sambil terus tersenyum kemenangan. Namun saya melihat, Pak Yono tidak tahan dengan aksi dada istriku yang saya sendiri pikir “sangat sexy” akhirnya ia membuka resleting celananya dan mengeluarkan senjatanya. Karena ia sendiri tidak tahan akan hal itu. Namun istriku yang melihat Pak Yono melakukan itu malah tersenyum, sambil tersenyum genit sekali kepada Pak Yono seperti berusaha menggodanya. Lalu Pak Yono mulai mengocok senjatanya sendiri. Sedangkan saya sudah melepaskan celana saya sendiri untuk beronani sedari tadi. Lalu, istri saya melakukan gerakan memilin kedua putingnya secara bersamaan dan menariknya ke depan secara bersamaan sambil memejamkan mata dan menengadahkan kepalanya ke atas, dan melenguh untuk pertama kalinya, “owhhh… sshhh…” Saya melihat pilinan tangan istri saya di atas putingnya semakin cepat dan semakin kuat di hadapan Pak Yono. Pak Yonopun semakin cepat mengocokkan senjatanya. Lalu, Pak Yono berkata lagi, “dik, kamu bisa raba bagian bawah kamu?” Istriku hanya tersenyum sambil duduk di hadapan Pak Yono dan mengangkat kakinya ke atas meja sambil mengangkang dan langsung meraba liang kewanitaannya di bawah bulu-bulu lebat itu di hadapan Pak Yono. Pertama-tama istri saya hanya meraba-raba vaginanya dari luar, lalu membuka belahan vagina tersebut terlihat lah warna merah dari dalam vagina tersebut. Pak Yono pun menyeletuk girang, “woww… hebat kamu dik…” Namun, istriku melirik lagi Pak Yono dengan tatapan sayu ke arah pak yono dan senjatanya, seperti ingin dipuaskan oleh senjatanya Pak Yono. Lalu, Pak Yono berkata dengan berengseknya, “wah dik, jangan nanti Mas Nar bisa gawat! Tadi Mas Nar cuma nyuruh kamu berjoget-joget aja di depan ku dik. Aku janji sama mas Nar untuk tidak melakukan hal lebih jauh.”22378Please respect copyright.PENANAQ9B6O6Y83B
Lalu, istriku nampak menatap Pak Yono lebih sayu dan lebih lama seperti memelas, sambil ia mulai memasukkan satu jari tengahnya ke dalam vaginanya dan ia mulai melenghuh lagi, “ssshhh… mass…” Akupun melihat itu tidak kuat lagi, onaniku kalah dengan Pak Yono, aku sudah keluar di detik ketika ia melenguh yang kedua kalinya. Namun, Pak Yono berkata lagi, “kamu cantik sekali dik… aku berusaha bertahan untuk tidak melakukannya dik.” Namun istriku, memasukkan dua jari ke dalam vaginannya mengocoknya memutarnya lebih cepat dan lebih keras, lalu melenguh lagi, “ohh… mas yonooo…” Gila!!! Ini benar-benar gila dalam batinku. Tingkat kesadaranku mulai kembali. Sepertinya aku dibohongi oleh bajingan gendut ini. Apa yang harus kulakukan haruskah aku melabraknya sekarang? Tetapi belum 30 menit jika aku melabraknya dalam keadaan seperti ini. Apa yang harus aku katakan kepada istriku ataupun mas yono? Apakah harus mencerainya? Ataukah harus menjelaskan eksibisionis itu kepada istri saya? Namun segala pemikiran tersebut buyar ketika, istriku berkata dengan nada sangat sayu memelas tanpa rasa malu kepada Pak Yono, “mass aku mohon masukin mas… puaskan aku mass seperti kemarin… jangan biarkan aku seperti ini… Mas Naryo biar aku yang tanggung jawab mas.” Pak Yono tertawa girang sekali namun masih dengan nada bajingannya ia tidak memberikan juga kepuasan kepada istri saya yang sudah memohon seperti itu benar-benar ia merendahkan sekali harga diri istri saya. Pak Yono berkata lagi, “waduh gmn yah dik, aku gak enak sama Mas Nar, soalnya uda janji tadi dik… aku panggilin Pak Risman lagi aja gimana dik?” Namun istriku menjawab dengan memelas lagi, “duh mass, mass aja dongg mas uda tanggung gini…” Lalu, akhirnya Pak Yono mengambil langkah maju, sambil melihat jam tangannya apakah sudah 30 menit, kejadian ini sudah berlangsung selama 20 menit, ia masih memiliki waktu 10 menit. Lalu, Pak Yono berlutut di depan liang kewanitaan istri saya dan menjilatnya, menghisapnya, menusuk-nusukkan lidahnya serta jarinya. Istri saya benar-benar dibuat mabuk kepayang olehnya, istri saya mengangkat pantatnya agar Pak Yono dapat lebih leluasa memainkan vaginanya. Sedangkan tangan istriku sendiri memegangi rambut Pak Yono dan tangan satu lagi memilin dadanya sendiri. Istriku meracau tidak karuan, “owhhh… mass… enakkk… enakk masss…. terussshhh… terushhh…” Lalu, Pak Yono nampak sudah tidak beronani lagi, melainkan memainkan istri saya lebih leluasa lagi. Ia melepaskan tangannya dari senjatanya lalu memilin-milin puting istri saya secara kasar meremasnya. Istri saya meracau lagi, “ohhh… mas yonooo… puaskan akuuu… uuuhhhh…. terusss mashhh” Istriku benar-benar sudah berada di luar akal sehat lagi, ia tidak inget lagi bahwa aku akan segera kembali dalam beberapa menit. Dan ia tidak lagi ingat bahwa dia bukanlah istri Pak Yono melainkan istriku. Mungkin yang ia pikirkan saat ini hanyalah bagaimana caranya mengayuh kepuasan dari bajingan gendut jelek ini. Namun saya akui dari cara Pak Yono memainkan istri saya belum pernah saya melihat istri saya merasa termabukkan oleh seksual liar seperti ini selama kami menikah maupun pacaran. Pak Yono melihat jam lagi, dan memang sudah 30 menit sekarang tetapi saya tidak mungkin keluar sekarang sementara saya sendiri sedang beronani untuk yang kedua kalinya. Pak Yono melepaskan semua rangsangan yang ia berikan kepada istri saya, padahal istri saya belum mencapai kepuasannya. Lalu istri saya berkata kesal sekali, “masssssssss!!!! terusin dongg!!!” Pak Yono hanya tertawa dan berkata, “aduh dik udah 30 menit ntar lagi mas nar balik loh!” Aku sendiri ingin sekali berteriak! Aku belum mau balik! Puaskan istriku!!! Lanjutkan!!! Entah apa yang terjadi pada diriku aku kesal sekali melihat Pak Yono menghentikan aksinya itu. Namun, aku masih tetap beronani berharap keluar yang kedua kalinya. Istriku melangkah maju ke arah Pak Yono. Dan menundukkan kepalanya di senjatanya Pak Yono untuk menghisapnya, lalu Pak Yono berkata, “dik… aduhh udaahh jangan diteruskan bahaya dik.” Namun, istriku nampak tidak perduli dengan hal tersebut. Ia terus menghisap senjata Pak Yono sekuat mungkin dan secepat mungkin. Pak Yono sampai menggeser-geserkan tubuhnya karena mungkin hisapannya terlalu kuat sambil berkata, “aduh dik jangan kuat-kuat…” Lalu, sepertinya Pak Yono mengambil inisiatif untuk mengerjai istriku lagi, ia berkata lagi dengan berpura-pura kaget, “eh.. halo Mas Nar…!” Berpura-pura aku sudah kembali. Namun yang aku tidak duga-duga istriku tetap diam saja menghisap senjata kecil milik bajingan gendut ini. Pak Yono tidak mau kalah ia berkata lagi, “maaf mas nar, bukan salah aku dik Yola begini, dia yang mau sendiri.” Istriku akhirnya melepaskan senjata Pak Yono dan menengok kebelakang. Lalu dengan sebal istriku berkata, “ah nyebelin kan…” Pak Yonopun beranjak dari kursi dan berdiri untuk berusaha kabur dari istriku karena ia sepertinya benar-benar ketakutan aku akan segera kembali.
Namun, istriku berdiri untuk mengintip ke arah dalam rumah memeriksa apakah aku sudah kembali. Setelah memastikan aku belum kembali, istriku berkata lagi kepada Pak Yono, “mas nar belum balik mas, ayo dong sebentar aja masukin mas.” Sambil menahan celana Pak Yono, istriku berusaha membukanya kembali. Akhirnya, aku berpikir rasanya aku tidak tega melihat istriku menjadi murahan seperti ini. Lebih baik aku hentikan, lalu aku mengenakan celanaku kembali dan berlari kebelakang, sambil berusaha membuat kegaduhan membuka dan menutup pintu. Aku melihat sepintas, istriku sedang berposisi mengangkang di atas kursi, sambil memegang senjata Pak Yono di mana kepala dari senjata Pak Yono sudah masuk separuhnya. Mereka Panik!!! Istriku mendorong Pak Yono dan senjatanya itu terlepas dari liang istriku dan hampir saja Pak Yono terjatuh dan berusaha menggapai dasternya secara terburu-buru memakai dasternya. Akupun berjalan melangkah ke depan, berusaha menarik nafas untuk menenangkan senjataku. Pak Yono sepertinya kesulitan menutup senjatanya karena masih keras sekali. Istriku masih tersengal-sengal di ambang nafsu yang tidak kesampaian. Sesampainya aku di depan, aku berkata untuk memecahkan situasi ini, “huffhhh… sakit perut… makan apa yah tadi.” Lalu, istriku berkata sambil tersengal-sengal dan mungkin masih berdebar-debar, “ttaaddiii paaggii kannn makan pecel pedas pahhh…” Namun aku menjawab, “oh iya yah” Sambil melirik Pak Yono yang manggut-manggut ke arahku. Istriku mohon diri kepada kami untuk pamit ke dalam namun, ternyata yang aku kagetkan adalah, istriku memakai dasternya TERBALIK!!! Mungkin karena ia buru-buru tadi memakainya sehingga daster tersebut terbalik luar dan dalam (bukan depan dan belakang) saya dapat melihat merek dasternya dari bagian leher belakangnya. Akhirnya, istriku beranjak ke dalam, saya melihat ia beranjak ke arah kamar mandi. Sedangkan Pak Yono yang masih juga berdebar-debar dan baru saja sempat memasukkan senjatanya berkata kepadaku, “wah gawat mas, tadi sudah hampir dia membuka bajunya mas. Tapi tadi saya ngobrolnya terlalu lama karena sulit untuk mendapatkan topic ke arah buka baju mas. Tapi sepertinya tadi ia sudah mengangkat dasternya sedikit lalu, mendengar suara pintu mas dan dia langsung menurunkan lagi dasternya.” Dalam hatiku, bajingan ini gendut, jelas-jelas kamu sudah hampir me-‘makai’ istri saya! Ingin sekali aku menonjoknya di wajahnya. Tetapi aku berusaha mengontrol amarahku. Lalu, sayapun berpura-pura untuk bertanya, “apa yang bapak bicarakan tadi kok sampai ia bisa mau melepaskan di hadapan Pak Yono?” Lalu dengan terbata-bata karena berbohong ia menjawab, “eng… anu mas, awalnya saya cuma menanyakan keadaan dia setelah jatuh dari tangga apakah masih sakit. Lalu, saya memuji-muji tubuh dik Yola sangat indah, menawan. Saya ingin sekali melihatnya lagi kalau dikasih kesempatan. Lalu, awalnya dik Yola menolak karena takut ada Mas Naryo. Dia bilang loh mas, jangan karena ada mas naryo. Itu pertanda ga baik loh mas. Berarti kalau ga ada mas naryo mungkin dia langsung memperlihatkannya.” Aku hanya memanggut-manggut saja mendengar pelecehan ini. Lalu Pak Yono melanjutkan, “Begitu saya rayu-rayu dengan kata membalas budi atas insiden tangga tersebut, lalu ia mulai beridiri dan ingin mengangkatkan dasternya. Tetapi baru mengangkat sebatas paha saja kita mendengar suara pintu Mas Naryo akan kembali dari dalam. Oleh karena itu, kami hentikan semua aksi kami. Tapi untuk saat ini saya belum tahu pasti apakah ia positif mengidap penyakit eksibisionis ini.” Sayapun berpura-pura mengerutkan dahi dan menjawab, “jadi kita belum tahu lagi nih istri saya harus diapakan?” Dalam hatiku berkata, “harus diapakan? Rasanya sudah jelas deh harus diapakannya…” Pak Yono berkata lagi, “Mungkin di lain kesempatan kita coba waktu lebih lama mas. Saya coba lagi untuk mencuri-curi kesempatan bersama dik Yola mas. Tetapi tentu saja dengan persetujuan mas naryo. Saya tidak berani mas.” Berengsek Sekali!! Dalam hatiku, “mencuri-curi kesempatan bersama dik Yola” Maksudnya mau menyetubuhi istri saya lagi? Batin dan pikiran saya sudah sangat marah mendengar ini semua. Namun, tidak aku pungkiri bahwa istri saya benar-benar tergila-gila dengan bajingan gendut ini. Jika saja tadi, mereka akan benar-benar melakukannya di depan saya pun mungkin saya bersedia. Karena, saya tidak tahan melihat istri saya di ujung kenikmatan tetapi tertahan seperti itu. Saya yakin ia sangat tersiksa akan keadaan ini. Ingin sekali aku mengatakan kepada Pak Yono, “tolong dilanjutkan Pak, kasihan istri saya.” Tetapi harga diri, martabat, dan derajat saya dipertaruhkan di sini. Saya dan Yola merupakan orang yang sangat dikagumi di desa ini bukan hanya karena Yola sebagai wanita periang yang menawan tetapi juga karena leluhur kami yang sudah sangat berjasa akan pembangunan desa ini. Setelah segala pemikiran panjang itu, akupun berkata kepada Pak Yono, “wah sayang sekali ya mas, ya mungkin di lain kesempatan aja deh mas. mohon dibantu mas agar saya dapat menyembuhkan penyakit istri saya itu.” Pak Yono dengan tertawa dan tersenyum sangat girang berkata, “wah tentu saja mas, saya sangat menghormati mas dan dik Yola, saya tidak akan main-main dalam membantu. dan saya juga berjanji untuk tidak mencoba untuk melakukan hal yang macam-macam mas. saya ga berani sama mas.” Lalu, dengan kesal sayapun berusaha menjawab, “wah jangan dong Pak Yono, kalau tubuh telanjang istri saya bisa di pamerkan ke bapak, harta saya yang tersisa tinggal masalah ranjang bersama istri saya dong. kalau ranjang juga di ambil sama bapak, sama saja saya kehilangan segalanya.” Namun, seketika saya melihat senyuman kemenangan dari wajah bajingan ini sepertinya ia berkata dalam hatinya, “mas belum tahu aja bahwa istrinya udah saya puaskan luar dan dalam, sudah saya jatuhkan harga dirinya, sudah dipakai oleh saya hampir dua kali. terlebih lagi Pak Risman sudah memuaskannya selama 3 jam berturut-turut.”
Tiba-tiba saja ketika kami sedang ngobrol tadi, istriku datang kembali dengan hanya mengenakan handuk kecil menutupi bagian bawahnya sedangkan kedua dadanya dia tutupi dengan tangan kanannya. Sambil berusaha menyembunyikan bagian tubuhnya yang mengenakan handuk dari Pak Yono sedangkan bagian atasnya dapat terlihat jelas oleh saya dan Pak Yono hanya saja pentilnya ditutupi oleh tangan kanan istriku. Istriku memanggil-manggil aku, “pahh… sini bentar deh…” Aku pun heran, apa karena keran kamar mandi mati? Atau handuknya terbang lagi? Kok pake handuk kecil? Ada apa nih? Lalu, akupun berkata kaget, “wah mamah kenapa kok pakaiannya begitu!” Lalu, dengan sambil tertawa-tawa sedikit malah istriku melangkah maju sehingga kami dapat melihat tubuhnya dari atas hingga kakinya sedang ditutupi handuk kecil bagian bawahnya, sedangkan tangannya terus menutupi dadanya, sambil berkata kepada Pak Yono, “pak yono, permisi sebentar yah aku pinjem mas naryo nya.” Pak Yono tersenyum-senyum berkata, “oh.. i..iya dik gak apa apa, aku tunggu di sini.” Aku yang terheran-heran ada apa sih ini? Digandeng oleh istriku ke arah kamarku, lalu istriku berjalan ke arah jendela membuka jendela tersebut, dan berbalik arah menghadapku sambil mengibaskan rambut panjangnya. Lalu, perlahan membuka tangan kanannya dari dadanya, dengan sedikit berjoget ia menurunkan handuknya, lalu ia meliuk-liukkan badannya seperti yang dilakukannya kepada Pak Yono tadi. Ia mengerlingkan matanya kepadaku, sayu, cantik, indah, sexy oh, apakah ini istriku yang dulu? Mengapa ia lebih cantik hari ini? Mengapa ia sangat sexy malam ini? Akupun terbuai oleh godaan istriku, dan sudah melupakan keberadaan Pak Yono. Akupun dengan terheran-heran namun senjataku tidak pernah bohong, ia berusaha mencuat dari celana dalamku. Aku berusaha membetulkan celanaku namun istriku dengan cepat melangkah maju dan membuka celanaku langsung memasukkan senjataku ke dalam mulutnya. “Oh!” Aku terpekik. Istriku menghisap senjataku, mengulumnya, sambil meremas-remas dadanya sendiri. Aku hanya terpana menyaksikan keliaran istriku ini. Istriku menghisap senjataku mengulum senjataku yang memang lebih besar daripada Pak Yono sampai air liurnya belepetan di bibir dan dagunya. Ia benar-benar kesetanan. Lalu, tangannya beralih dari dadanya ke arah liang kewanitaannya. Sambil melenguh, “hhhmmmppphhh…” Aku benar-benar terpana melihat ini semua. Bahaya sekali ini bisa-bisa belum apa-apa aku sudah keluar lagi di mulutnya. Wah kalau aku sampai tidak memuaskan istriku lagi sekarang bisa-bisa ia lari ke depan untuk memperkosa Pak Yono. Akhirnya aku memutuskan untuk, menggigit bibir bawahku keras sekali agar kesakitan. Pikiranku akan nafsu buyar seketika. Wah ampuh juga ini cara baru. Lalu, aku di dorong oleh istriku untuk terlentang di atas ranjang dengan jendela terbuka di atas kepalaku. Istriku dengan liarnya melenggok-lenggokkan pinggannya, menjilati seluruh tubuhku, menciumiku, mengocok-ngocok senjataku sambil meremas dadanya sendiri. Lalu ia menaiki tubuhku secara perlahan, menggenggam senjataku, diarahkannya ke liang kewanitaaannya. “Oh.. istrikuu… kamu liarr….”, aku meracau kepadanya. Istriku hanya tersenyum sayu kepadaku. Lalu, mulai menengadahkan kepalanya ke atas sambil memilin-milin dadanya sendiri, ia mulai menggoyangkan pinggulnya karena memang vagina istriku ternyata sudah sangat basah dan licin sekali. Ia meliuk-liukkan tubuhnya pinggulnya sambil seperti menari diatas senjataku. Istriku liar sekali malam ini. Dan tiba-tiba saja pandangan istriku terpaku ke arah jendela, aku memiringkan kepala sedikit untuk melihat apa yang ada di jendela, sepertinya aku melihat sosok seseorang di sana tetapi tidak begitu jelas siapa. Namun aku teringat, apakah itu Pak Yono? Wah, apakah ini rencana mereka berdua? Ataukah istriku memang sengaja membuka jendela tersebut berharap Pak Yono mengintip kami? Namun, istriku terus terpaku ke arah jendela, aku tidak tahu apa yang dilakukan oleh Pak Yono di sana. Sambil terus memilin dadanya, meliuk-liukkan pinggulnya memandangi jendela dengan tatapan sayu. Namun, aku terkaget sekejap istriku seperti menjulurkan lidahnya ke arah jendela tersebut. Apakah Pak Yono sedang mengeluarkan senjatanya aku sendiri tidak dapat melihatnya. Namun, sekarang istriku benar-benar gila, ia meracau keras-keras, “ohhh… masss…. enakkk… masss…. terusss…” Aku mengangkat tanganku menggenggam buah dada 34 C istriku memilinnya meremasnya semakin keras karena aku sendiri sudah terbuai oleh keadaan ini. Tiba-tiba saja istriku mengangkat pinggulnya melepaskan senjataku dan melangkah maju, ke arah kepalaku, ia mengarahkan liang kewanitaannya ke arah mukaku bermaksud agar aku dapat memanjakan liang tersebut. Namun, bau yang pekat dari cairan cinta istriku dapat tercium dari sana, akupun sudah setengah sadar atas keadaan ini karena mengingat adanya Pak Yono di jendela aku menjadi sangat bernafsu dan ingin menunjukkan bahwa aku juga bisa memuaskan istriku, aku tidak boleh kalah. Oleh karena itu, aku langsung menusukkan jariku ke dalam vagina istriku sambil menjilati klirotis dari istriku, istriku meracau tidak karuan, “uhhhmmm… ssshhh… aahhh…” Terus-terusan istriku meracau dan berteriak semakin keras, “OOHHHHh….. masss… terusshhhhhh hmpmmhmm…” tiba-tiba saya saya merasa suara istriku tertahan oleh sesuatu, saya tidak dapat melihat dengan jelas karena tertutup oleh vagina istri saya, tetapi sekilas aku melihat istri saya menempelkan wajahnya di tralis jendela. Apakah ia sedang berciuman dengan Pak Yono?? Aku tidak terlalu jelas, tetapi keadaan ini membuat aku semakin terbuai. Racauan istriku tidak terdengar begitu jelas lagi yang terdengar hanya, “ehhmmmphh… uhmmm… ohmmm…” Sepertinya benar mereka sedang berciuman!! Oh gila! Secara tidak langsung kami sedang mengadakan threesome di sini. Hanya saja pemain yang satunya sama sekali tidak tahu bahwa ada pemain satu lagi di atas balik jendela. Sensasi ini membuat senjataku keras seperti kayu. Akupun akhirnya mengocok kemaluanku sendiri. Tiba-tiba samar-samar aku melihat adanya tangan masuk dari jendela tersebut! Dan benar itu adalah jam tangan Pak Yono! Brarti Pak Yono ada di balik jendela itu! Iya meremas dada istri saya!!! Memilinnya memutarnya!!! oh gilaaa!!! Sensasi apa ini??? Baru pertama kali aku merasakan sensasi sehebat ini. Gaya seks macam apa ini?? Aku belum pernah merasakan hal yang seperti ini sebelumnya. Bukannya aku mencegah Pak Yono meremas istriku malah aku mendorong pantat istriku agar naik ke atas sehingga istriku lebih leluasa di remas oleh Pak Yono. Lalu, tiba-tiba saja tangan kiri istriku masuk ke salah satu tralis jendela tersebut berusaha menggapai sesuatu aku tidak tahu apa. Menurut perkiraanku adalah itu senjata Pak Yono!!! Aku semakin gila. Dan berpikir yang aneh-aneh. Apakah pak yono tahu bahwa aku menyadarinya apakah lebih baik aku panggil pak yono saja masuk ke kamar dan kita bermain bersama? Ataukah aku harus membiarkan istriku terus-terusan di-‘nikmati’ oleh Pak Yono seperti ini? Pikiranku berkecamuk tidak jelas. Antara ingin, dan tidak, antara bangga dan cemburu! Aku benar-benar terbuai oleh suasana liar ini. Aku semakin mendorong pantat istriku ke atas, namun sekarang istriku hanya berlutut di depan mukaku tidak lagi merapatkan Vaginanya kepadaku. Ia benar-benar menikmati ciuman Pak Yono dan remasan Pak Yono. Jadi sama saja sekarang ini istriku sedang melakukan foreplay bersama Pak Yono bukan bersamaku lagi. Aku mendiamkan hal ini hanya dengan mengocokkan senjataku sambil terus berusaha mengintip mereka sedang melakukan apa di balik sana. Akan tetapi, memang dari posisiku memang tidak terlalu jelas, hanya terilhat kedua tangan Pak Yono sedang meremas dan memilin kedua buah dada istriku. Sedangkan kepala istriku seperti sedang memaksa ingin ke luar dari tralis jendela karena mereka sedang berciuman. Aku diamkan hal ini berlangsung selama sekitar 10 menit. Akhirnya, terdengar suara, Pak Yono, “oghh…” Walaupun samar-samar dengan suara racauan istriku aku dapat mendengarnya. Sepertinya Pak Yono tengah mencapai klimaks nya. Namun, istriku seperti melambai ke arah Pak Yono. Dan kembali mundur, untuk menancapkan senjataku kembali ke arah liang vaginannya. Bless ketika senjataku yang sangat keras itu masuk ke dalam vaginannya yang sudah mulai mengering karena 10 menit tidak aku sentuh. Istriku meracau-racau lagi, “ohh… massshhh… eenakkk… ohhh enakk… lagi… lagi…” Tiba-tiba istriku berkata, “massss… yono… aku keluarrrr……ahhhhhhhh….” Akupun juga keluar setelah mendengar kata2 “mas yono” Sialan dalam hatiku, jadi dari tadi istriku bersenggama denganku hanya memikirkan Pak Yono sedang menyetubuhinya? Akupun dengan jengkel sambil terengah-engah aku bertanya kepada istriku, “kok mas yono sih?” Lalu istriku dengan terbata-bata menjawab, “eh… anu pah, mas yono masi ada di depan kan kita harus cepet balik ke depan ga enak pah. tadi aku tiba-tiba saja teringat mas yono ada di depan.” Lalu aku hanya diam, dan aku tahu pasti bukan karena itu.
Melihat keanehan yang terjadi dalam istriku, aku bingung, senang, bahagia, dan bangga atas perlakuan istriku ini. Aku malah mengambil kesimpulan, “wah jangan-jangan pengaruh Pak Yono tadi malah membuat istriku menjadi seperti ini. kalau begitu mah sering-sering juga gak apa apa!” Dalam hati gelapku aku berkata seperti itu, meyakinkan kepada diriku bahwa istriku boleh di-‘permainkan’ lagi oleh Pak Yono, terserah mau diapakan yang penting ketika beranjak ke kamar istriku menjadi liar lagi seperti ini. Kali ini aku benar-benar merasa terhina, terpuaskan, direndahkan, dilecehkan oleh Pak Yono. Akan tetapi, saya tahu ini semua adalah salah saya sendiri yang membiarkan ini semua terjadi. Saya bisa saja mencegahnya tetapi kenapa saya tidak melakukannya? Mengapa saya malah menginginkan Pak Yono memuaskan istri saya lebih lama lagi lebih puas lagi lebih liar lagi? Mengapa? Oh Yola, istriku tercinta, mengapa kamu menjadi seperti ini? Yola aku sangat sayang sama kamu aku tidak ingin bercerai denganmu. Mohon seseorang menghentikan hal ini terjadi lagi.
Akan tetapi, harapanku mencegah hal itu terjadi lagi bukanlah sesuatu yang mudah, istriku benar-benar sudah dimabukkan oleh permainan Pak Yono yang sampai kepermainan kedua kalinya ia belum juga mengeluarkan spermanya sedikitpun ke dalam tubuh istri saya. Saya sendiri berharap Pak Yono dapat dipuaskan oleh istri saya dan memuaskan istri saya, menyemburkan cairan Pak Yono kepada istri saya karena sudah dua kali belum juga terlihat! Sepertinya saya harus memikirkan cara lain sebelum Pak Yono benar-benar memanfaatkan istri saya untuk kepuasannya sendiri.