Kondisi persetubuhan istriku dan aku sepertinya menjadi semakin parah. Aku bukanlah lagi pria yang kuat dalam ranjang, sekali saja ingatanku kembali semua aksi eksibisionis yang dilakukan oleh istriku, terutama aksi yang terjadi di Part 2 ketika keempat bapak-bapak tetangga kami menyaksikan istriku berdiri di hadapan mereka tanpa mengenakan pakaian sehelaipun serta ketika istriku melemparkan senyum termanis dan tercantik yang pernah kulihat kepada keempat bapak-bapak tersebut, aku langsung berejakulasi. Dan lagi jika kalian masih ingat kejadian di Part 1 tentang Yola yang beraksi dengan menggunakan timun di dalam liang kewanitaannya di depan kamar mandi. Hal itu sekarang menjadi rutinitas istriku untuk memuaskan dirinya dengan timun baik di kamar mandi maupun di ruang tengah. Aku tidak menyalahkannya memang semua ini salahku sendiri yang terlaku “terbawa suasana” dengan aksi eksibisionis istriku ini dengan bayang-bayang istriku akan diperkosa oleh Pak Yono, Pak Bayu, Pak Mamat dan Pak Risman. Sekiranya hampir genap 4 bulan istriku tidak meraih krpuasan dalam persetubuhan suami istri lagi. Aku sendiri semakin takut apa yang harus aku lakukan bagaimana caraku melewati semua ini. Sayangnya kami belum mengenal internet pada saat itu dan aku hanyalah seorsng diri saja dalam krisis ranjang ini. Aku sangat mencintai istriku apapun ingin aku lakukan untuk dapat memuaskannya.
Saat itu adalah hari sabtu, hari sabtu di desa ini merupakan hari yang cukup ramai untuk berkumpul di salah satu jalan untuk bermain sepak bola, kartu, dan sebagainya. Istri saya pulang berjalan kaki setelah turun dari angkot di depan sana melewati warga dan anak-anak yang berkumpul tadi. Anak-anak tersebut selalu girang melihat istri saya karena akan diberi uang jajan ataupun makanan. Lalu istri saya terpaksa berhenti untuk duduk sejenak di sana untuk membagi-bagikan uang jajan serta makanan. Saya dapat melihatnya dari kejauhan karena tempat berkumpul itu berposisi lurus agak menyamping dari tempat duduk di halaman rumah saya. Seperti biasa saya menunggu istri saya di halaman rumah. Saya melihat istri saya berbincang-bincang dengan anak-anak serta tetangga-tetangga pria kami di sana yang kebetulan hanya ada beberapa wanita itupun masih ABG. Sehingga ia menjadi pusat perhatian di sana, istri saya melepaskan cardigennya dan hanya mengenakan kaos tangan buntung duduk di bale-bale kayu sambil tertawa-tawa riang karena di ajak bercanda oleh mereka. Dan sepertinya ramai sekali di sana entah apa yang sedang mereka bicarakan. Sekiranya 1 jam terhenti di sana, akhirnya, istri saya pamit pulang kepada mereka. Kerumunan itupun bubar sepulangnya istriku dari sana. Salah satu dari mereka mengantar istriku pulang, ternyata itu adalah Pak Yono. Sesampainya di rumah Pak Yono menyapa saya dan berkata, “Pak Nar, lagi apanih? Masa dik yola dibiarkan jalan sendirian malam-malam gini.” Waktu memang menunjukkan pukul 21.15, saya tidak menyalahkannya juga. Lalu saya hanya berkata, “iya nih, makasih yah sudah nganterin. Bapak mau mampir dulu? Saya punya kue kiriman dari saudara.” Pak Yono menjawab dengan girang, “wah kue mah saya ga nolak.”
Saya pun memeluk dan mencium istri saya seperti biasa, dan saya melihat dada istri saya agak “kencang” saya tidak begitu mengetahui apakah ia merasa libidonya meningkat atau pengaruh dingin malam hari. Karena saya tidak tahu pasti apa yang mereka perbincangkan di sana. Sambil tetap menenteng cardigennya ditangan, saya mengamati istri saya rasanya ada yang aneh dengan caranya berpakaian. Dan sayapun kaget ternyata istri saya tidak mengenakan Bra sama sekaki!!! Ada apa ini? Pikiran saya berkecamuk sekaligus senjata saya beraksi kembali. Tak heran mengapa Pak Yono “ingin” mengantarkan istriku pulang. Seribu pertanyaan timbul di benak saya, “apakah istriku tidak mengenakan bra sepanjang hari? Apakah ia melepas kan bra itu di suatu tempat? Apakah ia melepaskan cardigen tadi di bale-bale itu dengan sengaja? Ada apakah ini?” Saya dan Pak Yono duduk di halaman depan rumah seperti biasa kami memang bermain catur di depan sana. Akan tetapi kali ini kami hanya berbincang-bincang saja, sambil terus memikirkan istriku “mengapa tanpa bra?” Istrikupun kembali keluar memberikan kami minuman dan kue, sedangkan aku terus memperhatikan Pak Yono. Dan ternyata benar Pak Yono memang menyadari bahwa istriku tidak mengenakan bra. Ia melihat ke bagian dada istriku yang tercetak puting kecoklatan yang sepertinya sudah sangat keras. Akupun mengikuti istriku ke kamar untuk memeriksa tasnya apakah ada bra di dalamnya. Dan ternyata tidak dapat kutemukan bra tersebut sepertinya ia memang tidak mengenakannya sepanjang hari. Aku mengamati istriku yang sedang bersiap-siap untuk mandi. Ia melepaskan pakaiannya dan menggantungnya seperti biasa. Tetapi aku juga tidak menemukan Celana Dalamnya! Gila jadi seharian tadi istriku??? Sama saja telanjang di depan umum! Aku mengamati keberadaan Doni dan Rizal, dan seperti biasa mereka berada dalam posisinya mengintip. Seperti yang pernah kukatakan sebelumnya istriku “jarang” sekali menutup pintu kamar mandi karena kejadian waktu itu. Saat inipun ia tidak menutupnya. Akupun teringat bahwa aku memiliki tamu, Pak Yono tadi. Lalu aku ke depan untuk mencarinya, tetapi tidak menemukannya. Dadakupun semakin berdegup kencang berusaha mencari keberadaan Pak Yono. Aku berjalan ke arah halaman belakang melewati ruang tengah. Dan ternyata aku melihat Pak Yono baru saja berjalan dari arah halaman belakang tempat istriku mandiiii!!! Aku sendiri bingung harus berkata apa, tetapi Pak Yono dengan entengnya menjawab “aku tadi mau pinjam kamar kecil mas, tapi kayaknya dik Yola lagi mandi tuh.” Istriku kan tidak menutup pintunya brarti Pak Yono ini sudah?? Melihat tubuh istriku secara keseluruhan. Akupun cuma bisa berkata, “oh ia Pak lagi dipake mandi kayaknya.” Lalu Pak Yono mengajakku kembali duduk di halaman depan. Sekiranya 10 menit aku berbincang-bincang di sana. Aku pamit ke kamar lagi untuk memeriksa Doni dan Rizal. Aku melihat mereka mengambil tongkat panjang dan mengambil handuk istriku serta beberapa pakaian dalam istriku. Akan tetapi, bukannya mereka merhasil mengambil pakaian tersebut malah, handuk tersebut tersangkut di atap sedangkan pakaian istriku terjatuh di tanah. Mereka sudah semakin kurang ajar pikirku. Lalu istrikupun selesai mandi dan tersadar dan bingung, “wahhh angin sialan.” Mungkin dia berpikir itu angin. Lalu istriku mengambil tangga di belakang, aku berniat untuk membantu istriku, ketika aku berjalan ke arah dapur belakang. Aku menyaksikan Pak Yono sedang mengintip istriku dari jendela dapur. Lalu dengan cepat aku kembali lagi ke dalam kamar agar tidak ketahuan. Dalam hatiku, “lho?! kok jadi aku yang ketakutan yah?” Lalu aku melihat istriku memanjat tangga itu untuk berusaha mengambil handuknya yang tersangkut di atas. Namun aku sudah tidak melihat keberadaan Doni dan Rizal lagi, mungkin ia lari ketakutan karena upaya pencurian pakaian istriku gagal. Namun, yang tak kuduga-duga adalah ketika istriku hampir mendapatkan handuk tersebut ia malah tergelincir mungkin karena kakinya masih licin karena mandi tadi. Istriku berteriak, “aaahhh….” Lalu tangga dan istriku pun terjatuh, akupun panik dan baru saja ingin lari ke depan, tetapi ternyata aku melihat Pak Yono melompat untuk menangkap istriku yang terjatuh itu. Pak Yono pun tak sanggup menahan berat istriku karena ia sendiri gendut dan tidak terlalu kuat. Akhirnya mereka berdua jatuh bertumpukan dengan istriku menduduki perut Pak Yono, namun tangan dan kaki istriku berdarah tertimpa tangga kayu. Sedangkan Pak Yono itu sendiri jg terluka di bagian sikut tangannya. Aku bukannya langsung lari melihat keadaan istriku, malah diam saja untuk menyaksikan apa yang telah terjadi. Dengan sedikit perasaan amarah terhadap Doni dan Rizal yang menyebabkan ini semua terjadi, aku pun merasakan tonjolan di bagian senjataku. Apakah aku tidak waras? Namun, Pak Yono, mengangkat istriku yang kesakitan. Pak Yono dengan sigap menggendong tubuh telanjang istriku yang mengkilat karena air mandi, kotor karena tanah, dan darah di tangan serta kakinya, sambil berkata, “dik Yola, gpp sini aku bantu ke dalam.” Istriku menjawab sambil mengaduh, “aduhhh… ii…iyaa… gpp pak makasih.” Namun, ketika istriku di angkat oleh Pak Yono, istriku merangkulkan tangan kirinya ke leher Pak Yono, seperti sepasang kekasih yang siap di bawa ke atas Ranjang Percintaan. Sepertinya, hal ini mempengaruhi istriku, terbukti dengan wajah istriku yang terpana akan aksi Heroic nya, istriku menatap dengan sangat gembira ke arah muka Pak Yono yang tergopoh-gopoh berusaha menggendong istriku. Sesampai nya di ruang tengah, akupun keluar untuk melihat keadaan istriku. Namun, istriku melihatku dan menjawab, “anu pah, aku terjatuh dari tangga, untung ada Pak Yono.” Akupun berusaha mengeluarkan ekspresi kaget, “lho!? kok bisa gitu? ngapain sih kok naik-naik tangga waktu lagi mandi?” Pak Yono menyelak kami, sebaiknya luka ini di bersihkan dulu Mas Nar, takut infeksi, lalu aku dengan agak panik mencari betadine serta beberapa kapas pembersih. Namun ketika aku ingin mebersihkan luka istriku, perban dan segala peralatan itu di ambil oleh Pak Yono, sehingga dia mengambil alih untuk membersihkan luka istriku. Aku hanya terpana melihat mereka berdua, istriku yang mengarahkan lukanya ke arah Pak Yono yang sedang membersihkannya. Sedangkan Pak Yono yang nampak serius membersihkan luka istriku. Aku hanya diam saja melihat mereka. Lalu Pak Yono berkata lagi, “Mas Nar, mungkin bisa ambilin handuk dik Yola yang tersangkut tadi, kasian masih basah begini badannya.” Lalu aku pun hanya berkata, “baik saya coba ambilkan, kamu gpp kan mah?” Istriku tidak menghiraukan aku, ia masih terus-terusan mengeluh kesakitan setiap kali Pak Yono menempelkan kapas betadine ke arah lukanya. Akupun mengambilkan handuk istriku di atap tadi. Lalu sekembalinya aku dari halaman belakang aku tidak lagi mendengar suara istriku mengeluh kesakitan. Lalu dengan perlahan aku berjalan mencoba mengintai apa yang mereka lakukan, namun aku menemukan istriku sedang berciuman dengan Pak Yono. Saya melihat Pak Yonopun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, ia membalas ciuman istriku dengan lumatan dan permainan lidah. Sekiranya 1 menit mereka berciuman. Lalu, istriku berkata sambil menatap lirih kepada Pak Yono, “mas… terima kasih yah…” Akupun memutuskan untuk segera membuat kegaduhan agar mereka usai dengan apapun yang mereka pikirkan di kepala mereka. Merekapun kembali ke posisi masing-masing sambil dengan perasaan jengkel dan cemburu dalam hatiku akupun datang. Membawa handuk istriku, lalu Pak Yono mengambil handuk tersebut dan aku disuruhnya, “Mas Nar, bantu dik Yola berdiri bisa? Biar aku yang handukin.” Akhirnya akupun membantu istriku berdiri sambil istriku berpegangan kepadaku, aku hanya melihat dan membiarkan Pak Yono mengelap seluruh inci dari tubuh telanjang istriku. Pak Yono mengelap dengan telaten sekali terutama ketika pada bagian dada istriku, serta bulu-bulu kemaluannya. Seusai aksi pengelapan itu, Pak Yono berkata, “dah kering dik, dah cantik lagi tuh. hehe…” Istriku hanya berkata kepada Pak Yono, “makasih mas… jadi ngerepotin… mas sendiri terluka ayo saya obati.” Lalu Pak Yonopun berkata, “oh ga usa cuma lecet kecil dik. Mas Nar minta baju untuk dik Yola dong masa ga di kasi baju sih.” Lalu aku pun tersadar, oh iya kenapa tidak kepikiran dari tadi yah. Tetapi dengan spontan istriku menjawab, “ah tidak usah pah, sebentar lagi kan mau tidur.” Seperti yang kalian sudah ketahui di Part 2, bahwa istriku dan aku sekarang kalau tidak sudah tidak mengenakan pakaian apapun lagi. Lalu akupun mengkerutkan dahiku atas aksi istriku yang berani dengan santainya menonjolkan ketelanjangan istriku. Sambil berusaha mendudukkan kembali istriku ke kursi, lutut bagian dalam istriku nampaknya masih berdarah. Namun Pak Yono dengan segera memberikan obat dan kapas ke arah luka tersebut. Namun, karena kesulitan, Pak Yono mengambil kursi satu lagi lalu menaikkan kaki kiri istriku ke kursi tersebut. Sambil berjongkok di antara kursi, kaki kiri istriku dan paha kanan istriku. Dari situ saya tahu betul Pak Yono dapat melihat jelas belahan vagina istriku yang terbuka sedikit kemerah-merahan. Dan lebih gilanya lagi, ternyata vagina istriku sudah basahh aku dapat melihat cairan mengkilat di sana. Tetapi istriku hanya diam saja melihat Pak Yono melakukan ini semua. Akupun hanya bisa terdiam.
Setelah sekiranya beberapa menit. Aku membuka percakapan lagi, “mah kamu tadi ngapain sih kok bisa sampe gini?” Istriku akhirnya memalingkan wajahnya kepadaku sambil berkata, “anu pah, handukku kayaknya ketiup angin, terus aku coba ambil sendiri pake tangga, eh malah jatuh! Untung tiba-tiba Pak Yono berlari menahan aku kalau tidak mungkin kepala aku bisa kena pah.” Aku pun dengan bernada sedikit marah, “kok mama ceroboh gitu sih! Kenapa ga manggil papa biar papa yang manjat?” Istriku dengan sedikit menyesal menjawab, “ya tadi aku pikir papah masi ada Pak Yono, masa aku telanjang-telanjang keluar manggilin papah.” Dalam hatiku berkata, “percuma saja kan ujung-ujungnya kamu telanjang juga di depan dia.” Aku hanya menjawab kepada istriku, “ya lain kali kalau ada begitu teriak aja mah, atau kalau darurat gak apa apa kamu keluar telanjang daripada kamu luka begitu. Lagipula emang nya kenapa telanjang di depan Pak Yono. Toh kita semua uda besar yah Mas Yono.” Sambil aku menepuk pundak Pak Yono. Walaupun aku tidak tahu apa yang aku pikirkan bisa berkata seperti itu. Namun, dengan sedikit menyeringai terpancar wajah girang Pak Yono sambil menatap istriku, Pak Yono berkata, “yah lumayan mas dapet bonus liat bidadari cantik malam-malam, hehe…” Istriku pun tertawa mendengarnya sambil menepuk punggung Pak Yono, “ihh… apa sih…” begitu goda istriku. Namun, seusainya mengobati, Pak Yono berpamitan kepada kami. “Mas Nar, Dik Yola, aku permisi pulang dulu deh yah, udah malam. Dik Yola istrirahat aja biar cepet sembuh lukanya.” Istriku tersenyum dan berkata, “iyah mas terima kasih banyak. Kalau mas butuh apapun bilang aja sama kita pasti kita bantu kok.” Akupun menimpali kata-kata istriku, “Iya mas yono, klo ada yang kita bisa bantu bilang aja ga usa malu-malu. Kita di sini sudah kayak saudara.” Padahal aku tidak suka sekali dengan Pak Yono ini, karena dia kurang ajar sifatnya, gendut, benalu, dan tidak menarik sama sekali seperti yang sudah saya deskripsikan di Part 2 sebelumnya. Pak Yono pun tediam, sambil menatap istriku dari ujung kaki hingga kepala, lalu ia tersenyum dan berkata, “ah… gak apa apa Mas Nar, aku kebetulan aja bisa bantu. Untuk saat ini aku mah uda seneng bisa liat dik Yola tidak terluka parah walaupun dapet bonus lagi hehe…” Akupun hanya tertawa sambil melihat istriku yang juga tertawa. Lalu setelah mengantar Pak Yono pulang, seperti biasa aku mengunci semua pintu. Dan istriku mencoba berdiri untuk melangkah ke arah Kamar sepertinya ia mau tidur. Akupun bergegas membantunya sambil menggendongnya ke arah ranjang. Aku berkata kepada istriku, “kamu gak apa apa mah?” Istriku menjawab, “iya gak apa apa pah. Cuma…” Aku mengkerutkan dahi dan berkata, “cuma apa mah?” Istriku sambil melirik kepadaku sayu, berkata, “aku kok pingin itu pah yang enak-enak.” Akupun menjawab sambil tertawa, “ya ampun mah, papa masi dag dig dug gara-gara kamu jatuh dari tangga kok sekarang malah jadi horny sih.” Istriku cuma berkata, “ya… abis…” Ia tidak melanjutkan kata-katanya, saya yakin maksud dari kata-katanya adalah “abis dilihatin pak yono jadi horny.” Namun, aku melihat tidak memungkinkan kita melakukan persetubuhan malam ini karena aku tidak ingin lukanya terbuka lagi. Oleh karena itu, aku berkata kepada istriku untuk mengurungkan niatnya, “mah besok aja deh yah, takut lukanya kebuka lagi. uda mau kering kan tuh.” Istriku dengan sedikit cemberut berkata kepadaku, “iya deh pah, yuk bobo yuk.” Akhirnya kamipun tertidur.
Sekiranya seminggu setelah kejadian tersebut, Pak Yono menjadi sangat akrab dengan istri saya. Jika datang ke rumah, ia selalu bercanda dengan istri saya akan segala hal. Ternyata hubungan ini merupakan kesalahan saya karena telah membiarkan Pak Yono akrab dengan istri saya begitu saja. Hal ini menjadi kesalahan terbesar yang pernah saya lakukan. Suatu saat di hari minggu pagi, Pak Yono dan Pak Risman datang ke rumah saya untuk bermain kartu seperti biasanya. Istri saya pun di rumah sedang menonton televisi. Sesekali ia halaman depan untuk memberikan kami cemilan dan minuman. Saya melihat Pak Yono mengamati istri saya seperti ingin melahapnya. Dan istri sayapun hanya melempar senyum kepada Pak Yono. Sekiranya waktu menunjukkan pukul 10.00 pagi di hari minggu, saya berkata kepada istri saya, “Mah… Pak Yono dan Pak Risman habis tuh kopinya, tambahin gih.” Kata istri saya, “Kopinya sudah habis pah…” Lalu saya berkata kepada Pak Yono dan Pak Risman, “Wah pak kopi habis nih… saya pergi dulu deh ke Mang Imran untuk beli kopi… Sebentar aja kok…” Kata Pak Risman, “wah pak ga usa repot-repot… biar saya aja deh yang pergi…” Akhirnya, saya menyuruh Pak Risman untuk pergi membeli kopi sambil memberinya uang. Tinggalah saya dan Pak Yono. Pak Yono sepertinya juga sudah mempersiapkan sebuah strategi agar dapat berduaan dengan istriku untuk membahas ketelanjangan istriku kemarin. Lalu, Pak Yono berkata, “mas, katanya ada titipan baju dari Pak Soni untuk saya sudah di ambil belom mas?” Lalu, muncul pikiran kotor saya ingin memastikan lagi tentang kejadian istri saya bersama Pak Yono waktu itu. “Sayapun berkata, wah ia nih saya lupa!”, timpal saya. “Ya sudah saya ke rumah Pak Soni sebentar yah ambil bajunya.” saya berpamitan kepada Pak Yono. Sambil berkata kepada Istri saya, “Mah papa ke rumah Pak Soni sebentar ambil titipan Pak Yono. Pak Yono di-‘temenin’ dulu gih, kasi cemilan apa gitu.” Istri saya menjawab, “yahh papa… jangan lama-lama lagi asik nonton ini.” Saat itu istri saya mengenakan daster rumah tidak terlalu panjang di atas lutut. Sayapun menyalakan sepeda motor dan berjalan ke luar rumah sambil memutar arah belakang, sambil mengintip istri saya sedang memberikan cemilan kepada Pak Yono. Pak Yono berkata, “duh coba bisa liat bidadari siang yah… pasti asik tuh.” Timpal istri saya, “ihh… apaan sih mas…” Dengan nada sebal. Namun Pak Yono, tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini, “waktu itu kata Mas Nar dan dik Yola, mau melakukan apapun untuk saya”. “Ya, mas yono minta bantuan apa?”, tanya istri saya. “Ya.. sehabis kejadian kemarin saya ga bisa melupakan sosok dik Yola dari kepala saya, apa lagi dik Yola taukan saya belum punya istri.”, tekanan cerdik diberikan oleh Pak Yono sambil cengengesan. Istri saya berkata sebal, “ya gimana toh pak, aku juga sudah sangat berterima kasih atas pertolongan bapak.” Mencoba sekali lagi Pak Yono berkata, “Walaupun dik Yola berterima kasih! Kan dik Yola yang memiliki tubuh indah terpampang depan saya. Saya kan jadi terbayang-bayang terus sama dik Yola” Namun istriku pun luluh, dan berkata “Ya pak yono maunya gmn biar yola bisa berterima kasih?” Pak Yono tersenyum lebar tanda lampu hijau dan berkata, “ya kalau boleh sih saya ingin dik Yola bisa melepaskan hasrat saya waktu itu.” “Hus! Apaan sih Pak Yono!”, sambil berkata marah menengok keadaan sekitar kali-kali saya sudah kembali. Hampir saja saya ketahuan saya langsung buru-buru menyembunyikan kepala saya. “Ya melepaskan hasrat kan tidak harus berhubungan intim dik. Gimana kalau dik Yola buka pakaiannya sekali lagi di depan aku, biar aku beronani sendiri. Dengan tubuh indah seperti dik Yola mah aku cuma butuh 1 menit untuk melepaskan. Apa lagi kalau dik Yola mau bantu pegangin… wah bisa-bisa 10 detik deh.”, timpal Pak Yono sambil tertawa. “Ya jangan sekarang dong Pak kan ada Mas Naryo kalau balik gimana?”, sambil berkata dan melirik keadaan sekitar mencari kehadiranku. “Keliatahannya Mas Naryo lama deh kalau ke rumah Pak Soni, kamu kan tau Pak Soni suka ngajak ngobrol. Kita satu menit aja cukup kok dik.”, lanjut Pak Yono. “Aduhh ga ada cara lain apa mas?”, kata istri saya. Namun, Pak Yono dengan licik berkata, “Lagipula sepertinya kemarin Mas Nar sudah bilang kalau butuh bantuan apapun minta aja jangan malu-malu. Jadi saya pikir Mas Nar juga gak apa apa kalau kita ketahuan toh kita ga ngapa-ngapain cuma melihat tubuhmu sekali lagi aja kok.” Akhirnya istri sayapun luluh, ia berdiri dari kursi dan berjalan kedepan Pak Yono sambil mengangkat dasternya sebatas buah dada, dan memperlihatkan Bra 34 C nya berwarna putih kembang-kembang kepada Pak Yono. Pak Yono melanjutkan, “dibuka dong dik BH nya.” Lalu, dengan muka sebal menahan daster dengan kedua ketiaknya dan kesulitan berusaha membuka pengait Bra nya. Pak Yono melingkarkan tangannya untuk membantu membukakan pengaitnya. Lalu di lepaskannya perlahan melalui siku tangannya dan Bra tersebut sudah berada di genggaman tangan Pak Yono. Dengan sekejap Pak Yono berkata, “Indah sekali dik…” “Cepetan donk mas ah!!!”, timpal istri saya yang ketakutan sambil melihat terus kearah sekitar. Pak Yono dengan cepat membuka celananya dan beronani di depan Istri saya. Sambil terus berulang-ulang berkata, “Wah dik kamu benar-benar indah.” Istrikupun terdiam dan sepertinya sudah terlihat ada bercak basah di bagian celana dalamnya. Melihat itu Pak Yono mengambil kesempatan berkata, “dik Yola biar mas cepet keluar sekalian aja itu celana dalamnya dibuka. Kalau basah gitu nanti keliatan sama Mas Naryo gmn?” Istrikupun merasa alasan tersebut masuk akal, dengan kesulitan karena dia harus memegangi dasternya istriku berusaha melepas Celana Dalamnya. Lalu Pak Yono tanpa menyia-nyiakan waktu, ia berdiri dan langsung memelorotkan celana dalam istriku. Istrikupun diam saja malah mengangkat kakinya untuk dapat melepas celana dalam itu seluruhnya. Terlihatlah sekarang istriku telanjang baik dada maupun bulu-bulu kemaluannya terpampang di depan Pak Yono persis. Mungkin ia dapat menghirup aroma kewanitaanya itu dari jarak sedekat itu. Pak Yono berkata, “wah dik kamu wangi banget yah. Udah cantik wangi lagi. Badan kamu juga mulus.” Sambil terus beronani di depan istri saya tetapi tidak kunjung keluar juga. Lalu istri saya semakin panik takut saya sudah kembali. Istri saya berdiri di depan halaman dengan telanjang dari dada ke bawah di depan tetangga sialan ini. Istri sayapun berkata cemas tetapi bergairah, “Mas udah ya aku takut Mas Naryo balik nih…” Sahut Pak Yono, “Sebentar dik, aduh kok ga keluar-keluar nih. Kalau kamu buru-buru gitu aku juga bingung dik. Apa kamu mau bantuin aja?” Istri saya pun bingung harus berbuat apa. Akhirnya dengan nekat istriku mengangkat tangan Pak Yono satu lagi untuk diizinkan memilin putingnya yang sudah keras itu. Dengan sangat gemas senang dan horny Pak Yono memilin-milih puting istri saya meremasnya dengan kasar sambil terus beronani. Kebetulan hari ini adalah hari minggu. Tidak banyak orang yang lewat di depan rumah, karena jika ada orang yang lewat tentu saja dapat melihat aktifitas istri saya itu. Sayapun yang dari tadi mengintip sudah sangat berdebar-debar dan mulai beronani sendiri. Sebenarnya kejadian ini sudah berlangsung selama 45 menit. Akan tetapi, mereka tidak ada rasa curiga sedikitpun terhadap saya akan segera pulang, malah mungkin mereka mengharapkan waktu yang lebih lama. Aku sudah tidak dapat berpikiran dengan jernih lagi karena perasaan cemburu, marah, benci itu kalah oleh nafsu dan hasrat ku melihat apa yang akan terjadi selanjutnya. Mereka melakukan ini sempa di halaman depan, tempat terbuka cukup panas cuaca hari itu, dan istriku telanjang dari dada ke bawah, serta remasan dan pilinan di puting kanan istriku makin kasar dan cepat. Istrikupun melenguh untuk pertama kalinya, “uhhh…” Sambil sedikit memejamkan matanya. Lalu Pak Yono melihat ini sebagai kesempatannya untuk mengambil langkah lebih jauh, ia malah melepaskan tangan kananya dari onaninya. Mengarahkan tangan tersebut ke arah liang kewanitaan istri saya yang sudah basah kuyup. Sambil sedikit memejamkan mata istri saya malah melebarkan kakinya di depan tetangga gendut jelek ini untuk memberikan kesempatan kepada Pak Yono memasukkan jarinya ke liang kewanitaan istri saya. Akhirnya istrikupun terbawa suasana dia sudah tidak lagi perduli dengan keadaan sekitar ditambah lagi kalau kalian ingat bahwa saya suaminya tidak mampu lagi memberikan kepuasan kepada istri saya. Sekiranya istri saya sudah tidak terpuaskan selama empat bulan lamanya. Saya rasa ini adalah kesempatan besar bagi istri saya untuk meraih kepuasannya setelah setelah sekian lama. Istri saya memejamkan matanya dan mendongak ke atas sambil melenguh yang kedua kalinya “ohhh….sshhh… enakkk mass….” Istrikupun entah sadar atau tidak ia mengangkat kakinya sebelah kanan untuk bertumpu di sisi bangku yang diduduki oleh Pak Yono sehingga wajah Pak Yono dapat sejajar dengan liang kewanitaan istriku, dan membiarkan Pak Yono mulai menjilatinya. Istriku benar-benar di puncak kenikmatan, ia bahkan mungkin akan mengizinkan Pria Gendut jelek ini untuk memasukkan senjatanya ke dalam liang kewanitaannya. Pak Yono sepenuhnya telah mendapatkan kontrol atas istri saya. Ia memilin, menghisap dadanya, menjilat liang kewanitaannya mencoblos-coblos jarinya berulang kali. Istrikupun lupa tujuan utama dari aksi ini justru membuat Pak Yono terpuaskan. Tetapi malah sebaliknya, “yaaa ammmmppppuunnn…. masss… gilaaaa”, racauan istriku yang mulai tidak jelas. Sepertinya istrikupun mulai teringat tujuan utama dia adalah memuaskan Pak Yono, sedangkan dia sendiri juga sangat ingin dipuaskan setelah 4 bulan lebih ia tidak meraih kepuasan seksual dariku, akhirnya istriku mendorong Pak Yono untuk duduk bersandar, dan yang benar-benar tidak aku duga-duga dan aku sangat takut hal ini akan terjadi. Akhirnya terjadi juga, istriku berjalan mengangkangi senjata Pak Yono yang keras dan tidak terlalu besar itu. Gila!! Dan ternyata istriku menggenggamnya sendiri dengan tangan kanannya dan menuntunnya ke dalam liang kewanitaannya itu. Pak Yono berkata dengan penuh kemenangan, “dik Yola, aku janji untuk memuaskan kamu hehe…” Sambil melepaskan daster istriku seluruhnya dan melemparnya ke bangku sebelah. Istriku diam saja atas semua perlakuan itu, sambil terus berusaha menggoyangkan pinggulnya tidak karuan dan meremas buah dadanya sendiri sambil meracau, “ohhh… ssshh…. mass yoonnoo… masss…” Sedangkan Pak Yono hanya duduk bersandar sambil cengengesan melihat Yola, istriku, bidadari malam bagi Pak Yono, wanita yang paling dihormati dan periang di desa ini, sedang berusaha mengayuh kenikmatan darinya. Waktu sudah menunjukkan jam 12 siang. Tetapi saya belum berani pulang karena sayapun sedang beronani untuk yang kedua kalinya!!! Ya saya sudah keluar tadi ketika istri saya melenguh kedua kalinya. Dan sepertinya merekapun sedang tidak ingin diganggu, jika saya keluar sekarang, banyak hal yang saya takutkan, entah istri saya akan saya ceraikan, entah dia akan di cap murahan oleh orang sekitar. Darahku sendiri berdesir kencang, jantungku berdegup tidak karuan, senjataku keras seperti kayu, hatiku hancur remuk, tetapi libido dan nafsuku telah memabukkan diriku. Jadi saya memutuskan untuk terus bersembunyi terus sambil onani untuk kedua kalinya. “Enak ya dik Yola?”, tanya Pak Yono sambil sambil terus tersenyum saja melihat istriku seperti cacing kepanasan di atas senjata kecilnya. Istriku tidak menjawab hanya melenguh lagi, “uhhh… mass…” Lanjut Pak Yono, “enak mana sama suamimu?” Istriku hanya terus memejamkan mata sambil melenguh, “masss… ennakkk…” Aku sendiri tidak begitu jelas maksudnya istriku “Enakan Mas Yono” atau “Aku sedang Enak Mas”. Saya beranggapan sepertinya ia memilih Mas Yono lebih enak dari saya karena saya sudah tidak mampu memuaskan dia lagi sekian lama mendorong saya dan darah sayapun berdesir lebih kencang lagi. “mass… aku ga tahaannn lagiii… mas keluarin donk cepetannn”, pinta istriku sambil memelas untuk segera dipuaskan. Tetapi bukannya diteruskan malah istriku diangkat terlepas dari senjatanya. Istriku berkata kesal, “yahhh…… mass kok?!” Lalu Pak Yono berdiri menggendong istriku ke halaman sebelah agar jika aku kembali tidak dapat langsung menemukan mereka dan orang yang lewat tidak dapat melihat mereka. Di situ ada tiang bendera, tangan istriku dituntun oleh Pak Yono untuk bertumpu ke situ sambil menghadap ke arah aku mengintip. Dan dari belakang Pak Yono mulai mengarahkan senjatanya kedalam liang istriku. Istrikupun hanya menuruti saja perlakuannya tanpa berkata apapun sambil menengok ke belakang melihat Pak Yono yang tersenyum lebar. Bless masuk lah senjata Pak Yono. Istriku melenguh kecil, “uhhhm…” Pak Yono mulai memaju mundurkan senjatanya secara perlahan, namun semakin kencang, dada istrikupun terus berguncang hebat atas sodokan-sodokan Pak Yono. Dan aku dapat menyaksikan dada istriku bergoyang hebat dengan sempurna dari sisi ini. Istriku berkata lagi, “massss hebattt… kok belum keluar juga sihhhh…” Pak Yono hanya tersenyum dan berkata, “aku akan puaskan kamu dulu dik… sudah lama aku ingin puaskan kamu… ingin miliki dirimu… hampir tiap hari aku melihat kamu seperti ingin menelanjangi kamu ini seperti mimpi bagiku dik” Istriku tersenyum juga dan berkata, “masss… ohh… sshh… gilaa…. teruss mass jangan berhenti…. benar mas puaskan aku…” Lalu Pak Yono malah mencabut senjatanya sambil memundurkan badannya. Dan istriku marah dan berkata, “massss kok di cabuuuttt!!! cepetan donk ahhh.” Pak Yono berkata, “bentar dik aku copot celana dulu…” Karena celananya berlipat-lipat karena kejadian di atas bangku, istriku yang sudah tidak sabaran sambil telanjang bulat ia berlutut di tanah yang kotor itu untuk menyambar senjata si gendut ini memasukkannya ke dalam mulutnya sambil meraba dadanya sendiri. Gilaa istriku kenapa menjadi seperti ini??? Istriku yang periang, menarik, dihormati, menjadi murahan seperti ini? Lalu Pak Yono melepas celananya dan baju nya ia pun telanjang bulat di situ. Jelek sekali seperti kerbau bunting. Akan tetapi, istriku belum mau melepaskan kemaluannya dari mulutnya. Pak yono mendesis, “dikkk pintar sekali kamu…” Lalu saya lupa dengan Pak Risman!!! Ia rupanya sudah kembali dan menyaksikan daster, BH, dan CD istriku berserakan. Lalu ia mencari-cari Pak Yono dan aku di mana. Ternyata kejadian ini sudah berlangsung selama 2 jam. Pak Risman akhirnya melihat istriku yang sedang menghisap batang kemaluan Pak Yono. Ia pun kaget. Dan tidak tahu harus bagaimana. Ia berdiam mengintip aktifitas tersebut tanpa menegur mereka. Namun sepertinya Pak Yono mengetahui keberadaan Pak Risman dia hanya tersenyum melihat Pak Risman sedang mengintip. Istriku masih terus menghisap senjata Pak Yono, lalu Pak Risman sudah mulai berani untuk melangkah maju. Pak Yono memberi kode untuk melepaskan semua pakaiannya terlebih dahulu. Tak lama kemudian Pak Risman sudah tidak berpakaian apapun lagi. Saya melihat senjatanya sangat panjang dan kekar. Mungkin karena ia kurus dan bekerja seperti kuli rumah. Pak Yono berkata kepada istriku, “dik, jangan menoleh kebelakang yah, ada Mas Naryo tuh mau kasi kejutan untuk kamu.” Istriku bukannya menoleh kebelakang malah ia memanggut, “he ehm..” sambil terus menghisap senjata Pak Yono. Saya juga heran kenapa Pak Yono berkata Mas Naryo? Lalu ia berkata lagi, “dik kamu berdiri deh tetap menghadap aku yah.” Istriku tetap menuruti saja, lalu Istriku berusaha melirik kebelakang, akan tetapi Pak Yono dengan sigap melumat habis bibir indah istriku. Dan yang membuatku terheran-heran istriku malah membalas ciuman tersebut dengan menjulurkan lidah. Sepertinya istriku sudah tidak seperti istri yang kukenal lagi. Lalu dari belakang dengan sangat bernafsunya Pak Risman meludahi senjatanya sendiri dan langsung mengangkat pantat istri saya sehingga istri saya terpaksa agak menunduk. Pak Yono kemudian mengarahkan lagi mulut istri saya kepada senjatanya yang masih keras itu. Kemudian Pak Risman dengan leluasa dari belakang berusaha memasukkan kedalam liang istri saya. Akan tetapi, nampak ia menyeringis kesulitan karena sempit atau karena terlalu besar. Istri sayapun melenguh “hhmmppphh…” Akhirnya masuk juga kepala dari senjata Pak Risman. Disusul dengan kata-kata Pak Yono semakin tertawa lebar, “dik Yola tenang aja itu Mas Naryo lagi kasi kejutan untuk kamu, sudah kubilang kan tadi dia gak apa apa kok ngeliat kita begini.” Lalu istriku sepertinya mengangguk sambil terus menghisap batang kemaluan Pak Yono dengan semakin bernafsu. Perlahan tapi pasti senjata Pak Risman berhasil masuk setengahnya dan istriku kembali melenguh “hhmmmpphhh… duhhh…” sambil melepas hisapannya sementara merasakan besarnya senjata yang masuk ke dalam dirinya tersebut. Lalu istriku kembali melanjutkan servicenya kepada Pak Yono, sedangkan Pak Risman yang bertubuh kecil tersebut mencoba mengangkat pantat istriku agar lebih leluasa lagi. Di angkatnya pula pantat istriku dan di hujamkannya sedalam mungkin sehingga masuk seluruhnya senjata sebesar itu di dalam tubuh istriku tanpa menyadari bahwa itu bukanlah suaminya. Istrikupun berteriak kecil, “mas naryoo…. kok?!? uhhffffhhh…” Mungkin maksudnya adalah kok senjataku besar sekali? Padahal itu adalah milik Pak Risman. Pak Yono menimpali lagi, “sepertinya suamimu terangsang hebat melihat permainan kita dik Yola. gimana kalau kita berikan atraksi yang lebih hebat lagi untuk memuaskan suami kamu.” Istrikupun mengangguk setuju kepada Pak Yono. Pak Risman mulai berusaha menggerakkan senjatanya di dalam istriku. Baru hujaman kedua istriku melenguh tidak karuan, “mass… aihhh… gilaaaa… sesakkk…” Istrikupun tidak dapat berkonsentrasi lagi untuk menghisap senjata Pak Yono. Sambil terus menikmati hujaman ketiga dari Pak Risman, istriku meracau lagi, “uhhh…. ga tahaaannn…. mass… aku keluarrrr…” Lanjut istriku, “ehhmmm…. keluarrrr…. ahhh… ngeehhh… ngehhh…” Pak Risman berhenti tidak bergerak sama sekali baru tiga kali hujaman lambat istriku sudah mendapatkan kepuasannya. Bagaimana jika ia mendapatkan lebih? Akhirnya akupun keluar untuk yang kedua kalinya tidak tahan lagi melihat aksi ini. Dalam pikiranku ingin sekali aku ikutan di dalam permainan ini. Tetapi aku berusaha menahan diri. Lalu istriku hampir terjatuh lemas karena orgasmenya akan tetapi ditahan oleh Pak Yono dan Pak Risman agar tetap dalam posisi tersebut. Setelah didiamkan sekitar 5 menit. Kulihat muka istriku memerah akibat orgasme tadi. Pak Yono dan Pak Risman menahan tawanya karena melihat istriku sang bidadari malam merka berada dalam posisi tidak berdaya seperti itu malah berusaha meraih kenikmatan dari mereka. Dua setengah jam sudah berlalu tidak ada tanda-tanda pergumulan ini akan selesai malah terlihat seperti akan berlanjut lama. Akhirnya setelah istriku mulai dapat berpijak kembali, istriku menegakkan badannya dan berkata kepada Pak Yono dengan manja “mas… lanjut lagi yahh….” Pak Yono tertawa keras sekali mendengar itu, “hahahaha…” Pak Risman pun tertawa kecil, “hehehehe….” Tetapi nampak istriku tidak menyadarinya. Istriku mulai kembali dengan pekerjaannya yang tak kunjung selesai dari 2.5 jam lalu yaitu memuaskan Pak Yono.
Istriku mengulumnya lebih dalam lagi ke dalam mulutnya dan dihisapnya kuat-kuat sehingga membuat Pak Tono tersentak kaget “woww…” Sementara Pak Risman pun mulai menggerakkannya lagi senjata tersebut. Istriku nampak bangkit kembali libidonya secara singkat karena hujaman yang mulai dipercepat oleh Pak Risman. kembali istriku melenguh “masss aduhhh gilaaa enakkkk bangettttt….” Terlepas lagi mulut istriku dari senjata Pak Yono. Istriku berusaha menyeimbangkan irama Pak Risman sambil meracau “mass baru kali ini akuuuu sesakkkk…. Ahh mass hauusss…” Akhirnya Pak Yono memutuskan untuk mengangkat mulut istriku untuk kembali diciumnya dilumatnya dan lebih parah lagi ia meludahi mulut istriku dan kembali melumatnya. Sambil meremas remas dada istriku yang menggantung bebas. Sebenarnya ia kehausan karena mereka bermain di halaman samping walau cukup rindang pepohonannya tetap saja keringat sudah bercucuran. Istriku malah berkata “mass.. ahh lagiii…” Pak Yono kemudian mengangkat mulut istriku menghadap atas sedikit sambil berusaha meludahinya lagi akan tetapi kali ini istriku menjulurkan lidahnya menanti air liur itu. Pak Yono memberikan air liurnya kembali dan istriku menelannya dengan tuntas. Kemudian hujaman Pak Risman semakin cepat istriku mercau lagi “ohh… ssshhhh… awww…..” sambil terus memejamkan mata kepalanya naik turun melihat ke atas dan ke bawah dengan keduatangannya bertumpu kepada Pak Yono menanggapi serangan Pak Risman dari belakang ia tidak lagi bisa berkonsentrasi untuk memberikan service kepada Pak Yono. Yang keluar dari mulutnya hanya, “yaahhh… uhhhh… terussss… lagi… lagi…..” Sepertinya Pak Yono tidak akan mendapatkan kenikmatannya kali ini, karena Pak Risman sudah memuaskannya lebih dari yang ia bayangkan. Akhirnya Pak Yono menuntun istriku untuk bertumpu kepada tiang bendera lagi sambil terus memejamkan mata ia berpegangan pada tiang tersebut. Pak Yono namun berkata, “dik, aku sek ke kamar kecil dulu ya. Kamu lanjutin aja sama Pak Risman kamu.” Namun istriku tiba-tiba tersentak kaget,”ha??!?” Melihat kebelakang sejenak… “Pak Rismannn… aduuhhh… sshhh… paannnttesssannn… ehmm….” Pak Risman hanya menyahut, “panntessan enak ya dik? heh heh…” Lalu ia menoleh dan mengangguk dua kali sambil berkata, “ehm ehmmbph..” dan kembali menoleh ke tiang bendera serta memejamkan mata sambil menikmati bersetubuhan ini sesekali ia meremas buah dadanya sendiri. Tidak lama setelah itu Pak Yono kembali dari kamar mandi masih bertelanjang bulat membawa tikar. Sambil melihat istriku yang tersengal-sengal, istriku juga melempar senyum kepada Pak Yono. Pak Yono berkata lagi, “mass mu hebat kan?” Sambil tersengal-sengal Istriku mengucap sebal, “huuuh! mas bohong” Pak Yono tertawa sambil menyahut, “ohhh… jadi ga mau nih sama mas risman?” Istriku melotot ke arah Pak Yono dan diam saja tidak menjawab apapun. Pak Yono berkata lagi, “ya udah ris, klo dia ga mau cabut aja” Lalu Pak Risman mencabut senjatannya. Istriku malah “aduhhh maasss jangan dongg…. ampuunnn mass ampunn…. terusin dongg…” Pak Yono merasa menang kembali, “terusin apa dik?” Istriku menjawab dengan memelas dan berlutut di depan tiang, “mau lagi” Pak Yono menimpali, “mau lagi apa yah?” Istriku dengan melotot ke arah Pak Yono berkata, “mau mas risman lagi.” Pak Risman tertawa, “heheheh….” Pak Yono bertanya lagi, “mau diapain ama risman?” Istriku sebal, “apaan siihh, uda ahh nyebelin…” Lalu ia menggelar tikar di dekat tiang itu, menyuruh Pak Risman berbaring, tanpa di suruh lagi istriku dengan lutut kotor menuh tanah langsung berjalan ke arah senjata Pak Risman menggenggamnya dan menuntunnya secara perlahan ke arah liang kewanitaannya. Pak Yono dan Pak Risman saling bertatap muka sambil melempar senyum kemenangan total. Istriku tanpa berlama-lama lagi ia langsung menggoyangkan pinggulnya ke sana kemari. Hanya dalam hitungan 3 menit, istriku meracau lagi, ia mencapai orgasm nya yang kedua, “masss…. riss… akuu keluarrrrr……. ngeeehhhh…” suaranya seperti melengking. Pak Risman dari tadi hanya diam menyaksikan istriku berdansa di atas senjata kemenangannya, sambil merasakan kontraksi dari liang istriku, lalu Pak Risman pun berkata, “kamu cantik dik, sempit, enak untung aku bisa menahannya, aku ingin puaskan kamu dulu dik.” Istriku tertunduk lemas di atas tubuh Pak Risman, mukanya memerah padam, tidak mampu berkata-kata, ia hanya menggeleng-gelengkan kepala tanda sangat puas dan lemas. Pak Yono pun akhirnya mengenakan pakaiannya dan berjalan ke arah halaman depan tadi di mana daster, BH, dan CD istriku berserakan. Ia mempersiapkan diri untuk kepulanganku sepertinya. Ia mengambil BH dan CD tersebut dimasukkannya ke dalam kantong celananya, sedangkan dasternya ia gantungkan di dekat tiang bendera tempat Pak Ris dan istriku bermain di atas tikar. Sepertinya istriku sudah tidak kuat lagi, akhirnya Pak Risman mengambil inisiatif untuk menyedot buah dadanya terlebih dahulu, meremasnya, memilinnya. Pak Yono terhenti sejenak di belakang istriku, sambil menggantungkan daster tersebut. Sepertinya libidonya naik kembali dan memiliki inisiatif baru. Tetapi dia harus berjaga di depan menunggu kepulanganku. Padahal aku berada di samping rumah sambil mengintip aksi ini. Aku melihat di sekitarku sangat sepi tidak ada orang sama sekali. Waktu kira-kira sudah menunjukkan pukul 1 siang. Sudah tiga jam pergumulan ini berlangsung. Akhirnya Pak Yono berkata lagi, “dik, aku mau jaga depan yah menunggu mas nar. Takut pulang.” Istriku melihat Pak Yono, dan bingung harus berbicara apa, “tapi mas, mas kan belum keluar…” sambil tersengal-sengal. Pak Yono menjawab, “ga apa apa dik, lagipula senjata aku lebih kecil dari mas ris, nanti kalau aku masukin sekarang tidak ada rasanya dik.” Istriku mengucap lagi, “baik mass, aku janji kalau ada kesempatan lagi aku balas budi mas dua kali lipat.” Pak Yono tertawa sambil melempar senyum kepada Pak Risman. Istriku melanjutkan pergumulan itu lagi, sepertinya istriku benar-benar lemas. Akhirnya Pak Risman mengangkat istriku dan membalikkan posisinya. Istriku mengangkang dengan bulu-bulu kemaluannya yang sudah basah dan bau keringat bercampur cairan cintanya. Pak Risman berusaha memasukkan senjatanya lagi. “ohh….” lenguhan istriku ketika senjata itu masuk lagi. Pak Yono membakar rokok sambil berjalan ke arah pagar depan. Wah gawat aku bisa ketahuan, akhirnya aku memutuskan untuk memutari rumahku sambil mengintip di mana posisi Pak Yono. Sepertinya Pak Yono mencari-cari aku yang tak kunjung pulang. Aku tidak dapat lagi menyaksikan apa yang dilakukan Pak Risman dan istriku di dalam sana dan onaniku pun terhenti. Pak Yono sepertinya tidak menemukanku, ia merokok di depan pagar hingga dua batang. Sekiranya hampir 20-30 menit menunggu Pak Yono pergi kembali ke dalam. Saya sudah bisa melihat lagi ke arah dalam. Tetapi tidak menemukan istriku dan Pak Risman. Pak Yono pun tidak aku temukan. Yang aku lihat hanyalah pakaian Pak Risman di halaman samping dan daster istriku yang masih menggantung saja. Lalu aku memutuskan untuk memanjat dari tempat Rizal dan Doni mengintip untuk mencari di mana istriku berada. Akhirnya aku menemukannya, ia sedang berada di atas meja kayu setinggi lutut Pak Risman sambil mengangkang menyambut senjata Pak Risman. Pak Yono sambil merokok terus menyaksikan kejadian ini. Yang terdengar hanyalah lenguhan istriku berkali-kali, “uhhh…. hmmm… ehhh…” Setelah itu beberapa menit kemudian, istriku berkata lagi sambil tersengal-sengal, “mas ris kok belum keluar sih… apaaa akuu kurang memuaskan ya mass… uhhmm” Pak Risman menjawab, “dik Yola, kamu itu wanita tercantik yang aku pernah rasakan, aku ingin sekali cepat keluar, tapi nanti kita ga bisa dapat kesempatan seperti ini lagi.” Istriku meracau lagi, “oooohhh… gillaaaa sssshhh… mass… puassinnn akuu yaahhh terusss ngeeehhh terussshh…” Pak Yono hanya tersenyum melihat istriku seperti itu. Pak Risman menjawab, “pasti dik Yola, aku sering sekali beronani sendirian membayangkan kamu seandainya saja kamu istriku.” Istriku mengangguk-anggukkan kepalanya dengan terus memejamkan mata, dan mulai berkata, “maasss… harii inii… akuuu istriiimuu…” Pak Yono menimpali, “mas naryo gimana dong?” Istriku diam saja sambil terus merasakan kenikmatan ini. Istriku berkata lagi, “masss… akuuu hauss lagiii….” Pak Risman menurunkan istriku diarahkannya ketembok sambil tetap menancapkan senjatanya. Lalu mencium istriku melumat bibirnya memberikan air liur kepada istriku hingga menetes keluar dari bibir indah istriku. “ohhh gilaaa… ssshhmmm…”, racauan istriku lagi. Pak Yono mengajak Pak Mamat dan Pak Bayu bermain kartu di depan. Dan pamit sebentar kepada mereka untuk menggulung tikar mengambil daster istriku serta pakaian Pak Risman.
Tiba-tiba saja kami dikagetkan oleh Pak Mamat dan Pak Bayu di depan pintu. Istriku melotot ke arah Pak Yono tetapi tidak juga melepaskan serangan Pak Risman. Pak Yono buru-buru ke depan sambil mengajak mereka bermain kartu. Pak Yono kembali belakang ia berkata kepada istriku, “dik ada Pak Mamat dan Pak Bayu tuh.” Istriku melihat Pak Yono, “mass… sebentar lagii… yahhhh… tanggunngg…” Pak Yono hanya tersenyum kepada Pak Risman, dan berkata, “apa mau di ajak sekalian dik?” Istirku melotot dan marah, “ngawur aja kalo ngomong emangnya aku apaan!!!” Akhirnya setelah 4 jam permainan ini, Pak Risman mencapai orgasm pertamanya, “dik Yola… aku keluarrr yaahhhh….” Istriku yang sudah tidak sadar lagi siapa dirinya, cuma mengangguk-angguk sambil melihat Pak Risman dengan memelas “ohh mass… aku juggaaa….” Istriku berteriak keras sekali, “ahhh…. ngeeehhh… ssshhhhhh…” Akhirnya dikeluarkannya sperma Pak Risman di dalam liang kewanitaannya. “yeaahh”, suara terdengar dari Pak Risman. “banyaakkk… duhhh…”, istriku berkata. Istriku lemas sekali entah ini orgasm ke 3 atau ke 4. Karena saya tidak melihatnya selama 30 menit tadi. Akhirnya dengan rambut yang acak-acakan, tubuh penuh tanah, ada sisa-sisa sperma yang menetes di tanah. Badannya bau keringat, sperma dan air liur. Ia terduduk di tanah. Tidak mampu berdiri lagi. Pak Risman meninggalkan istriku di sana, menuju ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Entah apa yang dikatakan Pak Yono di depan sana, tetapi mereka seperti sedang tertawa-tawa setelah mendengar teriakan istriku tadi. Seselesainya Pak Risman membersihkan dirinya, ia berpakaian sambil melihat istriku yang masih terduduk lemas dan memejamkan matanya ke arah langit-langit. Akupun harus menghindar karena bisa kelihatan klo sedang mengintip. Pak Risman namun berkata, “dik Yola, kamu sungguh wanita idamanku. Terima kasih banyak yah…” Istriku kemudian menoleh dan melempar senyum kepada Pak Risman, “aku juga terima kasih mas… ini pertama kalinya aku merasa terpuaskan seperti ini.. hosh hosh… jangan bilang-bilang mas nar yah mas. Tolong!” Pak Risman tersenyum, “ya ga lah dik, bisa gawat atuh kita.” Pak Yono sudah kembali dan memanggil Pak Risman. Akhirnya mereka meninggalkan istriku dalam keadaan seperti itu karena tidak ingin ketahuan Pak Mamat dan Pak Bayu. Istriku masih terkulai lemas di tanah itu sambil terus terengah-engah dengan wajah penuh kepuasan ia tersenyum sendiri. Sekiranya 10 menit dari itu. Istriku mencoba bangkit. Pak Yono kembali lagi ke belakang untuk melihat keadaan istriku. Pak Yono membantu istriku menuju kamar mandi. Sambil menggantungkan daster nya tadi. Istriku berkata kepada Pak Yono, “mas tolong ambilin handuk yah di samping.” Pak Yono pergi ke samping dan mengambil handuk. Hampir saja aku keliahatan. Lalu aku memutuskan untuk pulang sekarang aku ingin tahu seberapa paniknya mereka melihat aku kembali. Lalu suara motorku kunyalakan dari kejauhan terdengar suara motor yang sudah ingin sampai di rumah. Lalu sesampainya di rumah Pak Risman buru-buru masuk ke dalam memanggil Pak Yono. Pak Yono dan Pak Risman pun keluar, sedangkan aku mendengar suara istriku gedebukan di belakang. Sepertinya buru-buru mengenakan daster. Lalu Pak Yono dan Pak Risman bermain lagi dengan Pak Mamat dan Pak Bayu. Akupun bersiap untuk bergabung bersama mereka. Aku memanggil lagi istriku “mahh, kopi nya dong disiapin…” Istriku menjawab, “ia pahh” Akhirnya tak lama istriku keluar dan memberikan kopi itu kepada mereka. Istriku pun keluar membawa kopi. Agak basah kumelihat daster itu menyetak bentuk buah dadanya putingnya dan terlebih lagi ternyata BH dan CD istriku masih di kantong Pak Yono. Aku dapat melihat putih-putih sedikit dari kantongnya. Aku bertanya kepada istriku, “kok basah gini mah? keringetan?” Istriku melirik Pak Yono dan Risman, “i..iyaa mass… tadi abis beres-beres abis mas lama sih perginya.” Akupun menjawab, “ia tadi ngobrol dulu sama Pak Soni jadi lupa waktu deh.” Waktu menunjukkan pukul 2 siang berarti pergumulan itu berlangsung selama 4-5 jam. Sambil menunduk dan meletakkan kopi saya rasa Pak Mamat dan Pak Bayu serta Pak Risman maupun Pak Yono dapat menyaksikan payudara istriku yang sudah tidak mengenakan apa-apa lagi. Lalu aku menyeletuk kecil,”mah kok ga pake BH sih… ga malu apa” Istriku cuma menjawab, “panas pah…” Pak Yono dengan kurang ajarnya mendengar kami, “gpp mas nar… bonus… hehehehe….” Lalu akupun berlagak tertawa kepada mereka. Istrikupun tertawa puas.
Aku sebenarnya marah kepada istriku, “Mengapa Aku Dikhianati?” Aku sendiri bingung apakah ini semua salahku? Aku yang mebuat ini semua terjadi? Mengapa aku sangat menginginkan hal ini? Darahku terus berdesir dan jantungku berdegup setiap kali tatapan Pak Risman dan Pak Yono kepada istriku. Setiap kali ejekan dan candaan Pak Risman dan Pak Yono kepada istriku. Antara bangga,cemburu,senang,horny,bahagia, tidak tahu lagi yang mana yang aku rasakan.
Ketahuilah ini bukanlah akhir, melainkan awal dari semua aksi eksibisionis Yola, istriku, wanita yang sangat kucintai menuju ke arah yang lebih tinggi lagi.