Adam kembali mengecup bibir Salma, merasakan nikmatnya hisapan, pagutan, kecupan, dan pertalian lidah yang saling membelit dan melipat. Terasa sekali sentakan demi sentakan elektris kenikmatan mereka rengkuh bersama. Keduanya berpelukan erat, dua tangan Salma merengkuh erat leher Adam, sementara tubuh rampingnya berada di atas pangkuan sang pejantan.
"Eih!"
Saat melepas ciuman, Salma sempat terpekik kaget melihat penis Adam sudah kembali menegang padahal beberapa saat lalu pria yang dipacarinya 6 bulan belakangan itu baru saja menyemburkan sperma. Salma mencoba memalingkan wajah, tapi Adam memeluk dan kembali menciumnya. Pria itu kemudian meremas lembut payudara bulat Salma yang menantang, kencang dan sama sekali tak kendor.
"Masih aja Kamu ya..." Bisik Salma lirih menggoda.
"Kenapa?"
"Nakal.."
Cengkraman dan remasan tangan Adam tak lagi dapat dihindari, buah dada Salma menjadi sasaran utama. Dengan nafsu yang kian memuncak, payudara Salma pun mengeras dan putingnya menonjol keluar. Ciuman terus menerus dilakukan oleh Adam seakan tidak ada hari esok, sementara tangannya terus meremas, dan meremas. Kedua insan yang tengah dilanda birahi ini sama sekali tak menyadari jika ada mata lian yang tengah memperhatikan tingkah mesum tersebut dari balik celah pintu kamar yang terbuka.
"Mmmhhh..." Lenguhan Salma awalnya lembut, tapi makin lama makin kencang dan penuh pelampiasan.
"Nggghhhh...! Ngghhhhh...! Nghhhhhhhh!!" Kepala Adam menunduk semakin ke bawah, kali ini bibirnya tak lagi mengincar bibir Salma, melainkan puting susu sang dewi jelita. Ia menangkup pentil susu mungil milik wanita cantik itu.
"Haaaaaaaaaagkkkhhh! Hssssstttt!" Salma tak mungkin lagi menahan desahan yang keluar dari bibir mungilnya.
Seluruh tubuh Salma bergetar hebat dalam sensasi nikmat yang dipancarkan melalui sentuhan lidah pada ujung pentil payudaranya. Adam yang sudah sangat berpengalaman memanfaatkan waktu yang ia miliki, pria bertubuh kekar itu mengecup, menjilat, mencium, melumat, menyapu hingga menghisap. Lidahnya mengular, melintir, mengoles ke semua arah. Setiap apa yang ia lakukan, menyebarkan sentakan elektris ke sekujur tubuh Salma. Si cantik itu pun memeluk kepala Adam, menekannya di dada, membantu sang pejantan untuk menikmati ranumnya buah dada.
Adam tak berhenti, tangannya kembali beraksi. Jemari Adam bermain, mengelus paha mulus yang sungguh licin bagai ubin. Lalu ke selangkangan dan mengelus bibir kemaluan sang bidadari. Sudah basah rupanya. Adam mundur, meletakkan tubuh mulus Salma di atas sofa panjang dan tersenyum mengamati keindahan tubuh kekasihnya itu.
"Diliatin doang nih?" Goda Salma dengan wajah erotis memabukkan.
"Kamu memang sempurna banget sayang...." Ujar Adam sebelum kembali mendekat.
Ada gelombang rasa haus akan birahi yang terus didaki oleh Salma, terlebih setelah ia melihat batang kejantanan Adam yang kekar, besar, dan kencang. Si cantik itu meneguk ludah saat melihat kemaluan Adam. Seumur hidupnya, baru kali ini Salma melihat kemaluan laki-laki sebesar itu. Jantungnya semakin berdebar dan tubuhnya bergetar menghangat ketika menyadari barang milik Adam sangat superior. Padahal dulu seingat Salma penis Adam tak sebesar ini, entah apa yang telah dilakukan pria itu untuk memermak batang kejantanannya.
"Bagaimana?" Adam tersenyum melihat perubahan wajah Salma.
"Bagaimana... ehem... bagaimana apanya?" suara Salma sedikit tercekat di awal. Malu si cantik itu mengakui kalau ia kagum. Ia mengalihkan pandangan pada ruangan sekitar, tak ingin menatap langsung ke mata Adam atau ke batang kemaluannya.
"Lebih besar kan?"
"Ish!"
Salma mencibir. Adam mendekati ke arah Salma, lalu menarik tangannya dan meletakkan jemari lentik milik Salma untuk menangkup besarnya batang kejantanan Adam.
"Lebih besar atau tidak?" Adam memeluk tubuh indah di depannya dan berbisik di telinga Salma. Wanita cantik itu meneguk ludah dan mengangguk.
"Iya...Lebih besar..."
Adam tersenyum puas, ia semakin jumawa, tubuh sempurna Salma akan kembali dia puaskan. Jari lentik Salma yang masih memegang batang kejantanan Adam merasakan batang yang keras itu terasa hangat, kencang, dan juga berdenyut. Benda besar inilah yang hendak dimasukkan ke dalam liang vaginanya yang mungil untuk kedua kalinya.
Pria gagah itu mengecup bibir indah sang wanita , menguasai Salma dalam pelukannya yang meluluhkan. Bibir memagut bibir, menelusur, mematuk, mengecup, mengelus dari sisi kiri ke kanan, dari kanan ke kiri, menghisap, menuntut, membuat lutut Salma lemas. Lidah Adam ikut menuntut, menusuk ke dalam, menjilat sudut-sudut dalam rongga mulut sang bidadari. Percumbuan itu disaksikan begitu khidmat oleh Hanna dari balik pintu kamarnya yang terbuka sedikit. Gadis polos itu begitu terkesima dengan adegan mesum yang tengah disaksikannya.
Salma membalas, lidahnya beradu dengan lidah Adam, bibirnya yang dipagut membalas dengan hisapan penuh nafsu. Salma sudah bukan lagi Salma, dia sudah berubah menjadi perwujudan manusia yang dikuasai oleh nafsu alamiah sejati. Gila, Adam sungguh pintar sekali mencium, membuat jiwa Salma seakan diterbangkan ke angkasa, menyatu dengan awan, mengarungi angin, menikmati biru yang padu padan.
Tak hanya bibir dan lidah, jari jemari Adam juga beraksi, memainkan buah dada Salma yang sentosa dengan remasan dan elusan, makin membuai sang jelita ke awang-awang. Beginilah kalau nafsu sudah berkuasa atas pikiran manusia, tidak ada kata penyesalan akan perbuatan yang tercela. Beban hidup sudah lenyap tak teringat, hanya mengendarai hawa nafsu untuk dipuaskan dan memuaskan.
Desah bisikan disertai peluh yang mulai menetes menjadi perlambang, bahwa sudah saatnya meningkatkan pemainan. Adam merebahkan kembali tubuh indah Salma ke sofa, bersatu dengannya dalam satu pelukan. Adam rupanya tengah menatap keindahan yang teronggok di antara selangkangan sang wanita muda, wajah Salma memerah, si cantik itu segera menutup apa yang dilihat Adam dengan kaki jenjangnya.
"Mmmh. Malu, ih." desah manja Salma.
"Kenapa harus malu? Vagina kamu indah, sayang."
Adam tersenyum, ia memegang kedua lutut Salma dan membukanya, merenggangkan kedua paha, membuka pintu menuju jendela bahagia. Sang pria gagah itu maju sedikit untuk meletakkan penisnya tepat di depan bibir vagina Salma, membuat cairan pelumas liang cinta sang bidadari makin membanjir. Wanita cantik jelita itu mungkin sudah tak peduli jika di dalam apartemennya kini juga ada orang lain selain dirinya dan Adam, ia hanya ingin merengkuh kenikmatan dalam labuhan nafsu.
"Aku masukin ya."
"He'em... tapi pelan ya." Adam mengangguk.
Ujung gundul kejantanan Adam mulai menyelinap masuk bak serdadu penyelundup. Perlahan tapi adidaya. Salma kembali mengernyitkan dahi dan mendesis sakit ketika batang kejantanan kekasihnya itu mulai berkuasa di dalam liang cintanya.
"Nghhhh..." Salma meringis kesakitan.
"Sakit, sayang?"
"He'em... gede banget sih..."
Adam menusuk dengan gerakan yang lembut, batangnya bagai ditangkup dan dilahap liang cinta yang paling sempit di dunia. Kenikmatannya sungguh luar biasa. Dia sama sekali tidak mengira kalau vagina Salma ternyata masih serapat ini meskipun tadi mereka berdua sudah sempar bersetubuh. Benar-benar dewi idaman yang masih seperti perawan.
"Ehm..." Salma mendesah dengan mata terpejam dan kepala yang dilempar ke kanan dan kiri. Tak kuasa menahan rasa sakit yang nikmat bukan kepalang.
"Pelan, Aacch... Pelan..."
Adam mendorong pantatnya ke depan selembut mungkin, agar tusukannya bisa masuk tanpa menyakiti Salma. Dengan sepelan mungkin Adam menyodok ke depan, melesak, menguak, membuka jalan, melebarkan saluran. Liang cinta yang sempit dan sesak kini mulai terjejali dengan sempurna. Salma masih merintih kesakitan. Ada perih di sana, ada ngilu, ada rasa yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.
"Edan, masih rapet banget memek kamu, sayang."
"He'em..."
Salma kembali mendesah lirih. Dia tidak bisa fokus bercakap, dia hanya merasakan ngilu di antara selangkangannya. Ingin disudahi, tapi juga ingin dikuasai. Adam tahu Salma masih belum merasakan nikmat karena selama ini belum pernah ada batang penis sebesar milik Adam meraja di liang cinta sempitnya, maka ia pun segera berinovasi. Bibirnya bergerilya di sekujur tubuh Salma. Pundak, leher, pipi, dan bibir menjadi sasaran pagutan berulang. Buah dada dan puting menjadi sasaran remas dan cubitan.
"Oocchhh! Fuck!"
Jilatan lidah dan letupan ciuman Adam yang menghujam di sekujur badan membuat Salma akhirnya kelejotan, tak mampu menguasai diri sendiri, tenggelam dalam badai nafsu birahi. Hingga akhirnya alam bawah sadarnya menyelimuti rasa perih dan ngilu yang sebelumnya memenjarakannya dari kenikmatan. Kini pintu dosa itu sudah terbuka, dan Salma melaju kencang untuk menggapai apa yang sebelumnya dibatasi, ia melonjak mendaki nafsu birahi.
"Enak sayang?" tanya Adam.
"Mmhhhh... mmmhhhh... mmmhhhh..." Salma hanya melenguh tanpa mampu mengutarakan rasa, tapi ia mengangguk untuk mengiyakan.
Batang kejantanan Adam yang keras dan kencang masuk teramat perlahan seiring kerja keras bibirnya yang terus menerus menciumi wajah Salma. Remasan tangan dan cubitan pada pentil payudara sang bidadari juga membuat Salma kian tak tahan. Adam memang tidak ingin memburu, dia ingin menikmati saat-saat ketika penisnya menguak liang cinta sempit yang mengagumkan ini.
"Hnggkkkkkkkhhhhhhhhh!" Salma melenguh panjang dan mengerutkan kening.
Penis Adam mendesak masuk lagi, menusuk lebih dalam lagi untuk membuat Salma merasakan apa yang belum pernah ia rasakan sebelum ini. Setiap rasa sakit yang dirasakan oleh Salma, dibalas dengan ciuman dan pagutan, remasan dan elusan. Silih berganti menjadikan tubuhnya ibarat taman bermain, di mana jemari adalah pengunjung yang menjadi raja dan ratu, berkuasa penuh dan menjadi tamu. Gairah Salma menyala dahsyat. Ia kembali mendesah, selangkangannya makin basah.
"Acccchhhhh..."
Dengan penuh kesadaran Salma membuka lebar-lebar kedua paha, merenggangkan kaki jenjangnya, supaya Adam lebih leluasa melesakkan penisnya. Pria itu tersenyum dan mematuhi undangan Salma. Ia pun segera menggerakkan tubuhnya, maju dan mundur, keluar dan masuk.
Keluar, masuk, keluar, masuk. Tarik, sodok, tarik, sodok, tarik, sodok. Masuk, keluar, masuk, keluar, masuk, keluar. Maju, mundur, maju, mundur, maju, mundur. Terus, terus, terus. Mulut Salma terbuka lebar, desahan, erangan, lenguhan mulai terdengar tanpa kendali. Ia bahkan sesekali berteriak tapi kali ini dalam kenikmatan, bukan karena sakit yang merajam. Liang cintanya mulai lentur menyesuaikan ukuran dengan batang kejantanan besar milik Adam.
Keringat sebesar jagung menetes membasahi wajah kedua insan yang tengah memadu cinta. Mereka tak lagi ingat siapa-siapa. Pikiran terpusat pada kenikmatan semata. Salma kini sudah tak lagi dibatasi rasa nyeri, ia ikuti kata birahi. Dipacu semangat tinggi, dengan kenikmatan yang makin mendaki, Adam juga tak lagi membatasi diri. Ia gunakan seluruh energi, untuk memuaskan diri, untuk memanjakan hati, dengan kanvas tubuh Salma yang bebas ia nikmati.
Bibir mengerang, tubuh menegang, badan berputar ke kiri dan kanan, nafsu meraja, nikmat dirasa. Napas yang berpacu terdengar dari dengusan berulang saat tubuh Adam bergerak tanpa henti, memaksakan diri untuk terus menyodok dan menguasai liang cinta sang dewi. Tangannya bergerak meremas, bibirnya tak henti mengecup, dan batang kejantanannya terus menerus keluar masuk. Salma melenguh dan mengerang, tak bisa mengatasi sensasi.
Dinding-dinding liang cintanya kini terdesak melebar dan rasanya seperti keajaiban. Kedua badan bergoyang, berguncang, dan bergetar, tiap kali pinggul melaju untuk menyodok, menusuk, melesak, dan menyeruak. Makin lama kesadaran Salma makin lenyap ditelan birahi, ia makin mengikuti gerakan dari sang penguasa liang cintanya saat ini. Saat Adam maju ia terima dengan penuh daya, sedangkan tiap kali Adam mundur ia menghamba.
"Teruuuus..." pinta Salma, berharap Adam menumbuknya lagi dan lagi dan lagi.
"Masukin lagi, teruuus... Enaaaakgghh... Mmmmh... Mmmhhh..."
Permintaan Salma ibarat siraman bensin di atas api. Adam menggenjot kian semangat, ia bergerak lebih cepat dan menusuk lebih dalam. Batang kemaluannya benar-benar memekarkan vagina sang dewi jelita yang hanya sanggup mengerang dan melenguh saat gairah dilampiaskan. Adam menatap sang dewi dengan penuh rasa nafsu.
"Enak banget memekmu, sayang. Enaaaak bangeeett..."
Salma juga merasakan hal yang sama, rasa nyaman dan nikmat di selangkangan yang diwujudkan oleh persatuan dua alat kelamin yang saling melengkapi dan mengisi, berpadu padan menjadi satu kesatuan. Menangkup dan melesak, memijat dan menusuk, meremas dan mendorong.
"Boleh... hnnghhh... boleh aku keluarin di dalam?" Tanya Adam sambil menggoyangkan pantatnya maju mundur dengan kekuatan penuh, ibarat ia menggunakan penisnya untuk menggergaji liang cinta milik Salma yang tak henti-hentinya mendesah mengendarai birahi yang tak terperi. Si jelita itu hanya sanggup melenguh berulang tanpa bisa ditahan.
Mata Salma masih terpejam, tubuhnya tersentak berulang digoyang sedemikian kencang hingga melayang. Tusukan demi tusukan memasuki tubuh Salma tanpa henti, tanpa ampun, tanpa ragu, semua dilakukan untuk memuaskan diri sampai ke ujung kenikmatan. Sungguh luar biasa nikmat ini bagi Salma. Adam menggumulinya dengan tuntutan nafsu yang menggelegak dan menjadikannya wanita. Jantung Salma berdetak kencang, napasnya memburu tidak karuan, nafsunya ibarat kereta yang terus dipacu penuh kecepatan.
"Bo-boleh."
Entah kenapa Salma mengucapkannya. Dia hanya tidak ingin genjotan ini berakhir, karena ia berasa bagaikan disihir, apalagi saat penis Adam dipuntir, dikeluarkan sedikit dengan melipir, lalu disentakkan begitu kencang menghancurkan daya pikir, hingga akhirnya menghadirkan sentakan ke sekujur tubuh dari hulu sampai ke hilir. Jemari saling bertautan, saling menggenggam erat. Persatuan dua kelamin yang melekat seakan tak ingin terlepas, penis yang menusuk, dan vagina yang memijit. Cinta tidak hadir di sini, nafsu yang pegang peranan. Gelombang tsunami nafsu hewani yang diikuti, dituruti, dan dijadikan raja sehari. Tak banyak kata terucap, karena bersatunya tubuh menjadi pemuas nikmat.
Salma melenguh dan mendesah lirih, tubuhnya terguncang berulang, tiap kali sodokan kencang datang. Dia ingin dikuasai, ditaklukkan, dijadikan mainan, ditusuk oleh batang kejantanan, dan diberi kenikmatan. Si cantik itu memeluk dan menciumi sekujur tubuh sang pejantan, pundak, leher, pipi, dan tentunya bibir. Salma tak tahan lagi, nafsunya makin memuncak, kecepatan Adam juga makin meningkat, napas keduanya memburu seperti ingin segera bersama mencapai tujuan akhir. Genjotan Adam makin menggila.
Tiap sentakan seperti lebih kencang dari sebelumnya. Tubuh Salma kelojotan dibuatnya, tak tahan dengan semua kenikmatan yang diberikan. Sesak, ngilu, sedap, nikmat, semua menyatu bagaikan bumbu-bumbu yang dipadukan untuk menjadi sajian akhir yang akan sangat lezat. Salma memeluk tubuh kekar Adam saat puncak kenikmatan hadir kembali dalam diri, menguasai, menaut, dan bertahta.
"Acchhhhh, Akuuuu ngga kuaaaaaat!!!" Kencang Salma menjerit.
Cairan pelumas vagina bercampur dengan cairan cinta yang secara bersamaan membasahi dinding-dinding liang kewanitaan milik Salma. Rasanya? Sungguh luar biasa. Enak tak terperi, terbang tak terbayang, melayang bagai layang-layang, bersahutan di tepian awan. Badai kenikmatan menggelora membuat tubuh Salmala melejit berulang.
Sementara itu batang kejantanan Adam tak berhenti menusuk, menyodok, dan menguasai liang cinta sang bidadari idaman. Inilah yang ia tunggu, inilah yang ia cari selama ini. mendulang kenikmatan bersama wanita terindah yang pernah ia temui. Apalagi ketika dinding liang kewanitaan Salma ibarat memijat dan memijit ruas batang penis, membuat Adam merem melek merasakan vagina tersempit yang pernah ia masuki.
"Aaaaaghhhh... Aku mau keluar sayaaaaang." Adam akhirnya melenguh.
Kepala pria itu turun ke bawah, bagai elang yang menyambar, menyusuri leher, dagu dan akhirnya bibir Salma. Mereka saling memagut, saling melilitkan lidah, saling menghisap menikmati aroma buah terlarang hingga ke titik penghabisan. Sodokan terakhir. Pemuncak. Napas Adam makin tersengal-sengal, ia dan Salma masih berpagutan dengan kencang, dengan batang kejantanan ia tanam teramat jauh hingga ke ujung dinding terdalam.
Tubuhnya menegang, matanya terpejam. Batang kejantanan Adam berdenyut berulang, hingga akhirnya ujung gundulnya menyemburkan cairan cinta hangat yang membasahi dinding-dinding gua cinta sang dewi jelita. Cairan kepuasan pun membanjir di dalam vagina Salma. Keduanya berpelukan dalam pelepasan kepuasan.
Sementara itu di balik pintu kamar, Hanna yang sedari tadi menikmati pertunjukan langsung perzinahan antara Salma dan Adam tak kalah lemas. Untuk kedua kalinya gadis polos itu bermasturbasi, memuaskan hasratnya seorang diri.
3488Please respect copyright.PENANAQOJF6cV05W
BERSAMBUNG
ns 15.158.61.51da2