Sekarang tubuhku yang lemas, sama sekali sudah gak ingin melakukan perlawanan. Aku udah pasrah mau diapain aja sama Om Iqbal. Ditambah dengan posisi telentang saat ini, aku bisa melihat wajah tampannya. Wajah tampan suami ibuku, yang begitu mempesona.
Dia mirip seperti salah satu biasku di drama korea. Bedanya dia sedikit lebih gemuk, lebih gagah, dan juga lebih keliatan berwibawa. Iyaa kalo gak salah Om Iqbal ini, bekerja sebagai mandor proyek gitu. Tapi entah kenapa dia sama sekali gak mencari kerja di sini.
Ketika kedua kakiku direntangkan olehnya, tepatnya ketika tubuhku berada di pinggir kasur. Om Iqbal bersimpuh di atas lantai, membuat posisi wajahnya sejajarnya dengan vaginaku. Aku sudah paham dia mau apa, dia mau jilmek. Jilatin memek basah aku.
“Om mau ngapain aku lagi? Haahhh… Haahhh… Om mau bikin aku gila yaa? Udah dibikin dua kali orgasme, sekarang vaginaku mau dijilatin. Ampuun deh, habis udah aku ini. Om bener-bener mau bikin aku kelojotan,” protesku karena aku mau dirangsang lagi.
“Hahaha, iyaa jelas dong. Om kan pengen kamu nurut dan tunduk sama Om. Dan Om sangat paham, bagaimana cara membuat wanita seperti kamu tunduk. Tiduran santai dan nikmatin aja yaa. Jangan dilawan rasa gelinya,” jawab Om Iqbal yang ngomong apa adanya.
Dia bicara begitu santai, sejak awal dia merangsang aku. Gak ada rasa takut, seolah dia yakin kalo aku akan tunduk dan nurut sama dia. Vaginaku masih terasa geli, akibat dari kocokan jari Om Iqbal tadi. Aku bahkan sesekali masih gemeteran, perut kembang kempis.
Perutku kembang kempis begitu kencang dan dalam. Dengan kedua tangan masih terikat, gak banyak yang bisa aku perbuat. Om Iqbal mulai mendekati wajahnya ke bibir vaginaku. Di awal dia menciumi vaginaku perlahan, sumpah aku udah mulai merinding.
Baru diciumin aja, udah bikin aku merinding banget. “O-Omm, kalo mau bikin aku kelojotan, minimal tolong lepasin dulu iketan tangannya Om. Aku janji gak akan berontak, aku janji gak akan ngelawan. Aku udah lemes, udah gak mungkin buat aku ngelawan Om.”
Namun Om Iqbal gak mendengarkan aku, dia malah mulai menjilati vaginaku. Iyaa lidahnya menyentuh klitorisku yang basah. Sementara tiba-tiba aja, salah satu jarinya menusuk masuk ke lubang pantatku. Aduuh, apa lagi ini. Aku bisa bener-bener gila kalo gini.
Dengan mudahnya Om Iqbal menemukan klitorisku, dan dia mulai menjilatinya perlahan. Secara bersamaan, salah satu jarinya yang masuk ke lubang anusku. Mulai digerakkan maju mundur, iyaa anusku mau dikocok olehnya. Gilaa anus itu sensitif banget.
Terakhir aku kena double penetration, kemasukan dua kontol di vagina dan lubang pantat. Itu aku rasanya sampai hampir pingsan, meski ini baru pakai jari. Dan gak akan bikin aku pingsan juga sih. Tapi tetep aja, kalian sebagai perempuan pasti paham rasa gelinya.
Setelah sekian puluh detik berlalu, Om Iqbal menambah kecepatan jilatannya. Lidahnya bergerak naik turun menggesek klitorisku. Jari tengahnya makin cepat mengocok anusku. Aku mulai menggelinjang, tanganku ingin meremas sesuatu tapi gak bisa.
Aku menggeliat gak karuan, aku sampai beberapa kali menggigit bibir bawahku saking gelinya. “Aaahhh… Omm… Aaahhh… Gilaa geli banget inii. Aaahhh… Itu lubang pipis aku Omm… Aaahhh… Om nakal banget. Om Iqbal nakal banget. Nanti aku kasih tau Ibu.”
Om Iqbal tiba-tiba aja berhenti sebentar menjilati klitorisku. Dan dia pun menjawab sambil tertawa kecil. “Hahaha, masa kamu mau ngasih tau? Nanti gak Om kasih jatah lagi loh. Setelah ini kamu pasti akan minta terus sama Om. Percaya lah kamu pasti pengen.”
“Aaahhh… I-Iyaa, Om. Tapi soalnya Om nakal bangeet. Aaahhh… Badanku sampai merinding Om. Aaahhh… Enaak… Enak banget rasanyaa. Aaahhh… Rasa enaknya lebih berasa kalo dijilatin begini,” jawabku yang udah gak tau ngomong apa. Udah gak fokus sih.
Om Iqbal kembali menjilati klitorisku, kini dia menambah hisapan di sana. Dia berkali-kali menghisap klitorisku. Meski hisapannya masih pelan dan lembut. Tapi udah bikin merinding parah. Bulu kudukku kembali berdiri lagi, tubuhku juga mulai berkeringat.
Aku mulai menyukainya, enggak aku sangat menyukainya. Aku ini memang cewe binal yang sangean parah. Risa adikku pun juga sama, kami berdua sama-sama cewe sangean. Mungkin kami binal parah seperti ini, karena turunan darah dari Ibu kami berdua.
Udah jelas gak perlu diperdebatkan lagi, kalo Ibuku cewe yang binal. Buktinya dia bisa kerebut sama cowo muda ganteng dan gagah kaya Om Iqbal. Udah pasti Om Iqbal telah bikin Ibu meraung-raung, kelojotan menggelinjang menggeliat gak karuan di atas ranjang.
Sesuatu yang mungkin gak bisa didapatkan Ibu dari Ayahku. Rasa marahku, kecewa, benci, dan juga waspada. Seketika sudah hilang semua karena rasa nikmat ini. Aku sudah gak ingin melawan, bahkan sekarang aku pengen banget dientot kenceng sama Om Iqbal.
Aku ingin vaginaku diobok-obok kontolnya. Seberapa besar kontol dia yaa? Kontol ayah tiriku ini, kemungkinan sangat besar. Meski dia ayahku, tapi usianya terbilang masih muda. Beda banget sama ayah kandungku, yang usianya saat ini sudah sekitar 48 tahun.
Ayah dan Ibu kandungku, mereka berbeda usia 3 tahun. Ibu menikah saat usianya 21 tahun, menikah dengan ayahku yang usianya 24 tahun. Vaginaku udah dibuat becek lagi, cairannya keluar meski masih sedikit tapi terus mengalir. Pantesan Risa rela dientot dia.
“Aaahhh! Omm! Jilatin memek aku lebih kenceng, Omm. Aaahhh! Om jago banget ngisep dan jilatin klitoris akuu! Aaahhh! Aaahhh! Aku ini emang cewe binal Omm! Aku seneng dan bahagia banget dibuat seperti ini,” ucapku yang mulai hilang kewarasanku.
Om Iqbal menuruti perkataanku, dia menghisap klitorisku begitu kuaat. Bibirnya terasa mengapit kacang kecilku itu. Dihisap terus menerus, sambil lidahnya terus menjilatinya. Jari tengahnya mengocok lubang pantatku dengan brutal, ini memang brutal.
Makin lama cairanku yang keluar makin gak terkontrol. Aku sampai merem melek terus menerus gak karuan. “Aaahhh! Aaahhh! Aaahhh! Teruss! Teruss! Terussin Omm yang kenceng kaya tadii! Aaahhh! Aaahhh! Om hebaat! Om bener-bener hebat! Aaahhh!”
Kakiku sampai memeluk dan mengalungi lehernya, ingin aku jambak rambutnya sebagai pelampiasan rasa nikmat ini. Tapi tanganku yang terikat, gak mungkin aku lakukan. Cairanku kembali menumpuk di ujung, mendorong dan memaksa untuk keluar lagi dan lagi.
Cairan yang begitu banyak, aku tahan sekuat mungkin. Aku udah hampir orgasme lagi yang ketiga kalinya. Ini gilaa, aku dibuat sampai seperti ini olehnya. “Aaahhh! Om aku mau keluaar lagii! Aaahhh! Omm! Omm! Kamu emang gilaa Omm! Aaahhh! AAAHHHH!!!”3296Please respect copyright.PENANA1tFhAXuZJ9
3296Please respect copyright.PENANAxrR48kI8tP