“Aaahhh… Aaahhh… Omm… Omm… Kontol Om enak bangeet Omm… Lebih enak dari kontol cowo akuu. Aaahhh… Aaahhh… Omm… Muka Om ganteng, kontolnya gede. Aku ketagihan Om. Aaahhh… Aku gak bisa jauh dari Om,” desah Risa yang seolah gak peduli aku.
“Risaa! Tolong hentikan, Risa! Om Iqbal kenapa Om nyetubuhin anak angkat Om sendiri! Om udah! Ini rumah aku jangan sembarangan di sini! Jangan main-main dan bertingkah seenaknya!” bentakku kepada mereka berdua. Mereka berdua udah gila kali ya!
Risa pun menghentikan genjotan vaginanya di penis Om Iqbal. Dia memandangi aku, dengan raut wajah yang sange parah. “Mbak Diana, kenapa Mbak main masuk ke kamar aku? Aku gak punya privasi kah di rumah ini? Iyaa aku tau ini rumah Mbak Diana aku tau.”
Dia kembali melanjutkan perkataannya, Risa malah membela Om Iqbal. “Tapi kenapa kalo aku mau ngentot sama Om Iqbal? Yang penting Ibu gak tau, gak ada yang dirugikan. Mbak Diana mendingan keluar, dan jangan ganggu kesenangan aku sama Om Iqbal kali ini.”
Aku sampai geram bukan main, sedih dan hancur rasanya ngeliat adik tercinta sendiri sampai tega berkata seperti itu. Aku yang mulai kehabisan kesabaran, aku berjalan mendekati mereka. Aku tarik tubuh Risa, hingga dia terjatuh dari atas tubuh Om Iqbal.
“Kamu udah gila, Risaa! Dia orang tua angkat kita, kenapa kamu harus sampai ngentot sama dia! Ada banyak cowo ganteng di luar sana! Masih single dan pasti mau sama kamu! Karena kamu cantik! Kenapa harus sama bapak sendiri!” teriakku memarahi Risa.
Om Iqbal seketika langsung bangun dan pergi keluar begitu aja. Saat aku mau mencegah Om Iqbal keluar dan memarahinya. Risa langsung mencegahku, tanganku ditarik sekuat tenaga olehnya. Ngebuat aku gak bisa mendekati Om Iqbal, dia berhasil pergi keluar.
“Mbak Diana, bukan aku yang menginginkan ini. Om Iqbal yang merayu aku duluan! Dia memaksa aku dan ternyata ketika kami berhubungan. Aku menyukainya! Aku seneng dientot sama dia! Aku sama sekali gak merasa tersakiti atau terpaksa!” bentaknya ke aku.
Aku yang makin kehilangan kesabaran, seketika mencekik leher Risa dan mengeluarkan sifat iblisku di hadapannya. “Mau kamu suka atau enggak, Om Iqbal itu orang yang merusak keluarga kita! Minimal kamu tau diri, jangan terlalu konyol bertingkah Risa!”
Namun aku berusaha mengendalikan diriku, meski aku dikuasai emosi yang mulai gak terkontrol. Sampai akhirnya saat aku sedang berusaha mengendalikan diri, dan melepas cekikanku di leher Risa. Om Iqbal dia berdiri di belakangku, dan menempelkan ujung pisau.
Tepat di leher belakangku, dengan sedikit tekanan yang membuat leherku terasa perih. “Maafin Om, Diana. Tapi lebih baik kamu jangan membuat keributan. Nanti Ibu bangun, dan semuanya malah tambah rumit. Tolong kamu jangan bersikap seperti ini.”
Sontak aku gak bisa melawan, aku merasa sangat takut saat itu. Aku angkat kedua tanganku ke atas, sebagai tanda menyerah. Aku akan putar otak, dan mencari cara lain untuk mengatasi mereka. Tapi jangan sampai, aku terbunuh pada malam ini. Jangan sampai.
“I-iyaa, Om. Aku mohon tolong jangan tusuk akuu. Aku akan keluar dan berhenti ganggu kalian. Sudah Om aku menyerah, aku akan keluar. Silahkan lanjutin hubungan intim kalian,” jawabku sambil berjuang mengatur nafas. Udah lah semuanya begitu mengejutkan.
Membuat aku merasa gak habis pikir, semua terjadi terlalu cepat hingga otakku tidak bisa memproses semua kejadian dengan benar. Dan gak bisa mengambil keputusan emosional yang tepat. Namun meski aku udah menyerah, Om Iqbal gak melepaskan aku.
Dia memeluk perutku dari belakang, dan menarik aku keluar dari kamar Risa sambil mundur. Tubuhnya yang besar dan gagah itu, bisa dengan mudah menarik tubuhku keluar dari kamar Risa. Lalu Om Iqbal membawaku masuk ke dalam kamarku yang terbuka lebar.
Pintu kamarku terbuka, belum aku tutup semenjak Reno pergi keluar. Aku didorong masuk ke kamar, dan pintu kamarku ditutup dan dikunci oleh Om Iqbal. “Jangan salah paham yaa, Om sangat sayang dengan kalian berdua. Om ingin dekat dengan kalian kok.”
Om Iqbal yang saat itu telanjang bulat, menghampiri aku yang tersungkur di atas kasur. Karena didorong tadi olehnya, Om Iqbal melihat ada tali kain di kamarku. Tepatnya di dekat lemari kaca, dia mengambilnya dan mengikat kuat kedua tanganku ke belakang.
“Om mau ngapain aku, Om? Om jangan Om, aku punya pacar Om. Aku gak mau khianatin cowo aku, Om. Aku mohon jangan setubuhi aku, Om.” Aku merengek memohon agar Om Iqbal gak ngentotin aku. Karena dari nuansanya, dia mau ngentotin aku juga.
“Bilang Om minta maaf sama cowo kamu yaa. Om mana mungkin bisa, gak menikmati tubuh kalian berdua yang indah begitu saja? Risa tubuhnya sangat seksi, toketnya sangat besar. Kamu pun sama sangat sensual tubuhnya,” jawab Om Iqbal saat itu.
Setelah tanganku terikat sangat kuat, Om Iqbal menyingkap bagian rok mini dressku ke atas. Hingga tersingkap sampai sepinggang, dia bisa melihat dengan leluasa. Celana dalam warna pink, berbahan kain renda yang aku pakai. Menungging tepat di depannya.
Om Iqbal tiba-tiba menarik celana dalamku ke bawah. Dipelorotin celana dalamku hingga turun ke bagian paha. Membuat vaginaku kini terlihat jelas, bisa dilihat dengan sangat jelas olehnya. Dia terlihat diam memperhatikan lubang vaginaku yang kering ini.
“Merah, merekah, dan basah. Miss V kamu ini mirip kaya punya Ibu kamu sewaktu muda. Tapi keliatannya kamu udah gak perawan. Udah sering ngentot sama pacar kamu yaa? Lubangnya udah agak besar,” tanya Om Iqbal dengan nada bicara mengintrogasi aku.
“Om, aku mohon udah. Aku memang udah gak perawan, tapi bukan berarti aku bisa dientot semudah ini sama Om. Udah Om, aku janji gak akan ngomong ke Ibu. Aku juga gak akan mengusir Om. Tolong lepasin aku Om,” balasku terus memohon agar dilepasin dia.
Namun Om Iqbal sama sekali gak dengerin aku. Tangannya mulai menyentuh bibir vaginaku. Salah satu jarinya terasa bergerak naik turun, menggesek bibir vaginaku di sana. “Om akan bikin kamu takluk juga, sama kaya Risa. Kamu akan jadi salah satu budak Om.”
Tiba-tiba gerakan jarinya semakin cepat, gesekannya makin penuh tekanan dan kenceng. Aku saat itu gak kuat nahan rasa gelinya, pantatku sampai menggeliat ke kiri dan kanan. “Aaahhh… Omm… Jangan mainin bibir vaginaku Om… Aaahhh… Omm… Gelii… Omm!”3328Please respect copyright.PENANAdGeHiOWTw8
3328Please respect copyright.PENANA23a2kVxdGR