Toketnya Destia udah gak tertutupi kain sehelai pun. Dia udah setengah telanjang, tinggal celana dalam merah yang aja yang tersisa di tubuhnya. Itu pun kayanya sebentar lagi, juga akan dilepas oleh terapis yang di bawah. Badan gua gemeteran, ini kaya dejavu.
Seolah mengulangi masa lalu, sewaktu gua masih pacaran sama Lala dulu. Harus merelakan cewe yang gua sayangin, untuk dientot sama cowo yang gak dikenal. Meski mungkin pikiran gua terlalu jauh. Belum tentu juga mereka sampai ngentot di pijet ini.
Gua ngeliat pijetan si terapis atas, bener-bener sensual dan bikin Destia terangsang. Dia miji toketnya Destia, dari sisi bawah ke sisi atas. Sambil keliatan diremes lembut, putingnya Destia dari tadi keliatan kegesek tangan si terapis. Gesekan tangan itu lah.
Yang bikin Destia mendesah, karena semua syaraf toketnya kaya dirangsang atau stimulant pakai jari-jari mereka. Gerakannya dilakukan berulang-ulang, sebanyak 7 sampai 10 kali. Toketnya Destia, juga udah basah terlumuri lotion. Bikin toketnya jadi mengkilap.
“Aaahhh… Aaahhh… Aaahhh…” Nafas Destia makin memburu, sementara dari terapis yang bawah, dia melakukan pijatan dekat lubang anus. Gua gak tau apa ngaruhnya pijatan itu ke toket Destia. Tapi yaa namanya mereka professional, gua liatin aja paling.
Dari pijatan di sisi itu, bikin memeknya Destia makin basah. Bercak basah di celana dalemnya Destia yang awalnya samar, kini keliatan makin jelas. Paha dan selangkangannya Destia juga penuh lotion. Tinggal perut, muka, sama telapak kaki aja yang gak kena lotion.
Destia tiba-tiba membuka kedua matanya, yang dari tadi dia pejamkan sambil menikmati rangsangan. Destia dia seperti mengatakan sesuatu, tapi dia gak berani mengeluarkan suara. Tapi dari pergerakan mulutnya, dia kaya berkata. “Enak bangeet.”
Menit demi menit berlalu, sampai akhirnya di menit ke 15. Di sini keseruannya dimulai, si terapis atas kedua jari telunjuknya menyentuh kedua puting Destia. Dicubit kedua puting bini gua itu, terus ditarik kenceng banget. Setelahnya dilepas, dan diulangi lagi.
Diulangi lagi sampai kurang lebih 10 kali, tapi baru cubitan yang kelima. Entah ini gilanya yaa, mungkin karena dirangsang dari sisi atas dan bawah. Destia tiba-tiba orgasme. “Mass! Mass! Aaahhh! Aku gak tahan, Maas! Aku gak tahaan! Aku muncraat! Aaahhhh!!”
Destia langsung muncrat, cairan memeknya keluar deres membasahi celana dalamnya. Meski udah terhalang celana dalam, masih ada sisa cairan memeknya yang menempel ke lantai. Meski Destia sedang orgasme pun, kedua putingnya tetap ditarik.
Sampai tarikan yang ke 10, baru dia berhenti mencubit dan menarik puting Destia. “Waduhh? Ibu udah basah yaa? Lepas aja yaa celana dalemnya? Basah begitu nanti masuk angin, Bu. Apa lagi AC di kamar ini kan dingin. Lepas aja yaa, Bu?”
Destia yang keliatan agak lemes karena orgasme pertamanya. Dia mengangguk pelan, dan mempersilahkan terapis untuk ngelepasin celana dalemnya. “I-Iyaa, Mas. Lepasin aja. Haaahhh… Kok bisa sih saya sampai orgasme begini? Geli atas bawah berasa banget.”
Terapis bawah yang kepalanya botak, dia pun menjelaskan alasan Destia orgasme. “Iyaa, Bu. Ini kan pembuluh darahnya saya pijet. Tujuannya untuk ngelancarin sirkulasi darah, jadi kalo sirkulasi darah lancar. Nanti tinggal di arahin ke kedua payudara Ibu.”
“I-Iyaa, Mas. Ini saya ngerasa kaya ada aliran darah kenceng di dada saya. Jantung saya juga kenceng banget berdetaknya. Aliran darah kaya gini, baru pertama kali saya rasain. Ini rasanya aneh,” jawab Destia, yang dia pasrah celana dalemnya dilepasin.
Terapis bawah yang meloritin celana dalem Destia, dan membuat Destia kini sepenuhnya telanjang. Baru di sini Destia dikasih istirahat, karena udah 15 menit kan. Destia dikasih minum, dan dikasih kesempatan ke toilet kalo mau pipis. Seru banget ini sumpah.
Setelah 5 menit Destia dikasih istirahat, akhirnya mereka berlanjut lagi. Kini si terapis bawah, berpindah pijetan ke daerah pinggang. Sementara terapis atas, ini dia ngelakuin hal lebih gila lagi. Kedua jarinya langsung memainkan puting Destia berkali-kali tanpa henti.
Puting Destia yang udah tegang banget dari tadi. Digesek-gesek pakai jari telunjuk terapis atas. Sambil jari-jarinya yang lain meremas toket Destia. “Tahaan yaa, Bu. Ini aliran darah Ibu udah lancar banget nih. Stimulant terpenting salah satunya ada di puting.”
Destia berusaha menahan rasa gelinya, tapi dia gak kuat. Tangannya sampai kaya berontak. “Aaahhh! Kok rasa gelinya kaya gini sih? I-Ini aneh, ini terlalu gelii! Aaahhh! Saya sering putingnya dimainin cowo. Tapi gak pernah sampai segeli ini, gilaa ini geli banget!”
Destia sampai berusaha ngelepasin kedua tangan terapis atas dari putingnya. Karena dia gak bisa nahan rasa gelinya. “Jangan banyak geraak, Bu. Tahan cuma 1 menit aja kok, Bu. Nanti kalo Ibu gak bisa diem, tangannya kami iket ke kursi loh. Ini lagi prosesnya Buu.”
Namun Destia sama sekali gak bisa nahan, dia keliatan berusaha untuk biasa aja. Tapi badan dia kaya tetep ngerasain geli gak tertahankan. Meski dengan penuh berontakan dari Destia. Tapi sesi mainin putingnya tetep bisa selesai, meski dengan perjuangan keras.
“Haahhh… Haahhh… Gak kuaat, Maas. Aku gak kuaat, memek aku sampai berasa gelii. Apa lagi pinggang aku sambil dipijet, pinggang aku sensitif banget. Memek aku rasanya mau orgasme lagii,” ucapnya yang bener-bener keliatan kesulitan nahan geli di putingnya.
“Ini berikutnya masih ada sesi terapi di puting, Bu. Ibu kalo gak bisa diem, mohon maaf tangannya kami iket yaa.” Dan bener aja, tangan Destia langsung diiket. Kedua pergelangan tangan Destia diiket, lalu diiket lagi ke besi sandaran kursi di belakang.
Destia keliatan panik, tangannnya gak bisa berontak lagi. Wahh gilaa, ini bener-bener bikin gua ngaceng. “Udah, Maas. Saya nanti yang ada sangee, saya kalo sange gak bisa ngendaliin diri saya. Ini aja saya berjuang untuk gak sange, saya udah makin kesulitan.”
Mereka gak mendengarkan perkataan Destia, namun tiba-tiba mereka berdua berpindah posisi. Mereka berdua jongkok di samping kiri dan kanan Destia. “Bro, lu puting kanan gua puting kiri yaa. 1 menit 8 kali kaya biasa, lu tangan paha kanan gua paha kiri.”
Mereka berdua langsung megangin paha Destia yang mengangkang lebar. Dan tiba-tiba, mereka berdua ngejilatin kedua puting Lala secara bersamaan. Terapis yang botak jilatin puting Lala yang kanan. Sedangkan terapis atas, yang rambutnya cepak di puting kiri.
“Aaahhh! Ampuun! Ampuuun! Aaahhh! Aaahhh! Gak kuaat aku mau ngocor, Maas! Ini kenapa rasanya gelii bangeet! Lidah kalian jilatin puting aku kenceng bangeet! AAAHHH!! AAAHHH!! AAAHHH!!” Destia sampai teriak-teriak, tapi dia sama sekali gak bisa berontak.
Lidah mereka berdua terus jilatin puting Destia naik turun. Teknik jilatan mereka kenceng banget, kenceng dan cepet. Gua belum pernah ngeliat cowo jilatin puting secepat itu. “AAAHHH!! MAASS AKU PENGEN DIENTOOT! AKU PENGEN NGENTOOT, MAASS!!”380Please respect copyright.PENANAUq2u1bU1Nw
380Please respect copyright.PENANAnxqfmgcVtm