Kontol itu besar sekali.
Nina meneguk ludahnya, menatap Bayu dan kontol itu secara bergantian.
"M-maaf ...." Bayu menutup selangkangannya lagi, berpikir itu bukan selera Nina. Rasa malu kembali menyelimutinya, dia belum pernah seperti ini.
Namun, Nina menahan tangan Bayu dan menggeleng.
Dipandangnya kontol itu, setelah ia yakin kini ngaceng sepenuhnya, panjang ada 17 cm an. Itu perhitungan kasar Nina, tapi dia amat yakin.
Perlahan, disentuhnya kontol Bayu yang segera bereaksi. Bergerak ke atas dan bawah. Bayu mengerang sedikit.
Nina menahan senyum.
"N-Nina ... ini pertama kali buatku ...."
Nina tidak menjawab. Dia justru melingkarkan kelima jari tangannya dan bergerak perlahan. Seolah terhipnotis, Nina terpaku pada kontol itu.
"Chu ... chu ...." Ludah Nina membuat Bayu merinding.
Dengan sedikit basah, kini kocokan tangan Nina bisa jadi lebih mulus dan tentu saja lebih nikmat. Nina meludah lagi, kini lebih banyak.
"Aku kulum."
Tanpa menunggu persetujuan, Nina membuka mulut lebar-lebar dan menenggelamkan kontol Bayu dalam pelukan hangat, basah, sekaligus lengket.
"Ah ... Nina ...."
Klok ... Klok .... Klok ....
Bunyi kontol yang beradu dengan lindah serta ludah terdengar makin nyaring dan cabul. Nina pun seolah ikut terangsang, ia meraba-raba tubuhnya sendiri.
Bayu menggeliat dalam berdirinya. Dia tak pernah menyangka kocokan menggunakan mulut langsung dari seorang gadis akan senikmat ini.
Tiga menit berselang, Nina meremas-remas payudaranya. Dua menit berikutnya, remasannya makin keras dan dia bahkan merintih sembari memejamkan mati.
"Mmhh ... mmmhhh ...."
"Nina ...." Bayu memandang dengan mata sayu. Tanpa sadar, tangannya bergerak merogoh payudara Nina, meremasnya pula.
"Mmhhh!!" Nina terpekik, terbelalak. Di saat berikutnya, dia kembali memejamkan mata dan tampak menikmati belaian Bayu.
Gerakan kepalanya makin cepat, Bayu makin menggeliat.
Klok ... Klok ... Klok ... Klok ... Klok ....
"Emmhh ... mmhh ... mmhhh!!" Bahkan tubuh Nina juga bergerak ke atas dan bawah, dia bersemangat sekali.
Pengalaman mesum yang baru pertama kali bagi Bayu ini membuat kepalanya benar-benar kosong. Yang ada hanya kenikmatan dan kenikmatan.
Dia sampai mendongak, menatap langit malam. Lalu tanpa sadar, pinggulnya bergerak.
"Aahh ... ahhh ... heheh."
Dia tak sadar masuk terlalu dalam sampai ke tenggorokan Nina. Gadis itu melotot sambil terus menepuk-nepuk paha Bayu, tapi pemuda itu sama sekali tak sadar.
"Emhhkk ... eughhhh!!!" Nina tampak kesakitan. Bola matanya memandang ke atas, wajahnya makin merah, tapi tangan kirinya terus meremas payudaranya keras.
Lima menit berlalu, Bayu terus menggenjot tenggorokan Nina yang wajahnya mulai memucat. Ludah sudah tercecer ke mana-mana, membasahi dada dan bikini.
Namun, melihat itu, Bayu semakin liar. Dia merasa penampakan Nina saat ini benar-benar hot. Seperti dalam film dewasa.
"Nina ...." Tanpa sadar, karena sering menonton film dewasa, tangannya bergerak ke kepala Nina dan menggerakkannya maju mundur.
"Mmff ... mfff ...." Nina melotot, bola matanya ke atas. Napas gadis itu memburu.
Kepala Nina bergerak maju dan mundur dalam kendali tangan Bayu. Gadis itu kini benar-benar pasrah. Kedua tangannya terus meremas payudara.
"Ahh ... mau crot!!" Bayu bergumam.
Nina bersiap-siap, dia menarik napas panjang.
Dalam tiga genjotan keras. "Uhkk ... emmff ... ughh ...." Lalu crot ....
Nina merasakan cairan hangat memenuhi mulutnya. Rasa asin, pahit dan lengket bercampur aduk. Nina tak ada pilihan lain selain menelan semua karena Bayu terus menancapkan kontol itu di sana.
Setelah beberapa saat, tubuh Bayu masih bergetar kenikmatan. Kontol masih tertancap di mulut Nina.
"Mfff!" Nina memekik tertahan seraya memukul paha Bayu keras.
Pemuda itu tersadar. "Maaf!" Ia buru-buru mencabut kontolnya.
Nina mengambil napas dalam-dalam. Wajahnya yang tadi pucat perlahan memerah. Sesekali dia batuk karena tersedak sperma Bayu.
Pemuda itu merasa bersalah, dia berjongkok untuk menatap wajah Nina lebih dekat. "Nina, kamu gak apa-apa?"
Awalnya Nina hanya menutup mulut sambil memejamkan mata. Beberapa saat, dia mengangguk. Terdengar suara tegukan beberapa kali saat Nina berusaha menelan sperma kental Bayu.
Gadis itu mengelap mulut dengan punggung tangan, membersihkan sisa-sisa sperma yang menetes.
"Kamu telan?" Bayu kaget sekali menyadari itu.
Nina melotot. "Gak kamu cabut! Udah terlanjur ketelan banyak, tinggal dikit lagi yang sisa tadi, yaudah telan sekalian."
Bayu agak geli membayangkannya, tapi ada rasa agak puas dalam hati. Rasanya memang agak janggal.
Bayu memakai kembali celananya, masih agak basah oleh sisa sperma dan ludah Nina, tapi dia tak peduli. Sekali lagi Bayu mentapa ke tempat Feri, dia sudah tidak ada.
"Udah pergi dia," katanya.
"Tahu." Nina menarik kembali resleting jaket lantas bangkit berdiri. "Kalo gak gitu, sampai besok pun dia gak akan pergi."
"Memang kenapa harus gitu sih?" Wajah Bayu memerah. "Harus ... nyepong segala ...."
Nina pura-pura membetulkan jaketnya seraya memandang ke arah lain. "Bagi Rafi, yang namanya orang pacaran itu harus mesum-mesuman. Dia gak bakal percaya kamu pacar aku kalo kita gak main mesum."
"Berarti sama Rafi juga—"
"Ya," jawab Nina cepat. "Rafi emang kayak gitu."
"O-ohh ...." Bayu menggaruk kepalanya.
Mereka berdiri dalam canggung tanpa bicara sama sekali. Tentu saja setelah bermain seperti itu, mereka merasa aneh, malu, dan segala perasaan tak nyaman.
Mereka baru bertemu, belum ada satu hari, dan sudah terlibat dalam permainan mesum.
"Emh ... Nina ...."
Nina menoleh, lebih tepatnya melirik.
"Tadi itu ... enak ...." Bayu melirik Nina yang sudah kembali memalingkan muka dengan pipi merah.
"Aku harus bilang makasih. Gimanapun juga, kamu udah bantuin aku usir Rafi."
Mereka lalu pergi dari tempat itu. Dalam perjalanan kali ini, mereka diam tak bersuara sama sekali. Sebagai rasa terima kasih, Nina mengijinkan Bayu untuk pulang menggunakan motornya. Setelah sampai di depan kos, Bayu melepas helm lalu turun dari motor.
Ditatapnya wajah cantik itu yang beberapa saat lalu memasang ekapresi cabul dengan mulut penuh kejantanannya. "Makasih, Na."
Nina tersenyum tipis. "Aku yang harusnya makasih."
Bayu mencoba menanyakan sesuatu yang sejak tadi mengganggunya. "Na, apa kita bakal ketemu lagi?"
Gadis itu memakai helm, mengedikkan bahu. "Gak usah mikir terlalu jauh. Kalau memang ketemu, pasti ketemu, kok. Aku pulang dulu, ya."
Bayu mengangguk.
Mereka saling melambaikan tangan sebelum Nina putar balik dan pergi ke jalan utama.
Sampai lama Bayu menatap jalan tempat gadis itu tadi pergi. Lalu kehangatan itu datang lagi, seolah masih ada Nina di sana yang mengulum kontolnya erat.
"Ah ... Nina ...." Celana Bayu tiba-tiba terasa sesak.
ns 15.158.61.55da2