Setelah berfoto-foto bersama para cosplayer lain, Bayu tidak sadar kalau di sudah ada di sana lebih dari dua jam. Beberapa orang telah meninggalkan tempat ini, karena itu banyak pula para cosplayer bersama tim atau sendirian yang juga memutuskan angkat kaki.
Sambil memandangi foto-foto yang cukup banyak, Bayu berniat untuk pula pula. Akan tetapi, dia tidak lewat pintu depan seperti tadi. Bayu berjalan menyusuri jalan yang tembus ke pintu samping karena dia ingin membeli minuman lebih dulu.
"Hm ... cantik-cantik," gumam Bayu melihat foto-foto di akun Nina—cosplayer Nami tadi.
Setelah mendapat satu cup es teh tarik, Bayu menancapkan sedotan dan minum sambil jalan.
Beberapa meter ke depan berupa lorong panjang yang cukup sepi. Sepertinya ini adalah wilayah baru yang belum ditempati, kecuali bagian kamar mandi.
Saat lewat di depannya, Bayu mengerutkan kening ketika mendengar teriakan teredam dalam kamar mandi tersebut.
"Apaan itu?" Dia mendekatkan diri di pintu kamar mandi.
"Kita udah putus, Fi!" teriak suara wanita. "Tolong jangan ngejar aku lagi!"
Terdengar suara tamparan, jerit kesakitan, kemudian tak terdengar apa pun.
Bayu melotot dengan rasa sedikit panik. Dia jadi bingung sendiri harus melakukan apa. Pikiran sehatnya berkata kalau di dalam ada seorang perempuan teraniaya, hatinya menjerit untuk menolong. Namun, ada rasa khawatir juga.
"Tolongfff—" Jeritan teredam itu kembali terdengar lalu berhenti mendadak, seperti tertahan sesuatu.
"Aku harus nolong!" gumam Bayu yang dengan nekat langsung membuka pintu.
Di dalam terdapat dua lorong, satu ke kanan dan satu ke kiri. Gambar orang memakai rok ada ke arah kiri, maka Bayu langsung berjalan cepat ke sana.
Saat sampai ujung, jalan berbelok ke kanan untuk bertemu bilik-bilik serta wastafel dengan cermin besar dan panjang.
Di sanalah sumber dari teriakan yang terdengar dari luar. Ada seorang pria yang sedang membekap mulut wanita di atas wastafel. Pria itu tanpa ampun menekan kepala si wanita sampai kepalanya hampir menyentuh keran.
Wanita itu memakai jaket hitam dengan resleting sudah terbuka. Bayu dapat melihat bikini warna biru di dalamnya. Wig oranye sudah hampir terlepas. Wanita itu adalah cosplayer Nami!
"Siapa kamu?" bentak si lelaki yang wajahnya cukup tampan dengan rambut gondrong. "Siapa?"
Cosplayer Nami tadi meronta sedikit, setelah bekapan tangan terlepas, ia berteriak. "Dia pacarku!" katanya, "sekarang baru percaya kamu? Pergi sana!"
Sejenak lelaki itu terbelalak. Dia menatap wanita itu tak percaya. Detik berikutnya giginya bergemeretak, tangan kanan terangkat dengan kepala.
"Stop!" Bayu berteriak. Pemuda itu merangsek maju dan dengan nekat memegangi tangan si pria. "Jangan mukul cewek!"
"Dia yang jalang!" Tatapannya tajam menusuk. "Kau ini orang dari mana harus rusak hubungafku sama dia?"
"A-aku ...." Melihat kode yang diberikan melalui kedipan mata oleh si cosplayer Nami, Bayu pun melanjutkan. "Aku pacarnya!"
Ia memaksa mendorong tubuh lelaki itu. Untung badannya cukup kerempeng, jadi tak begitu sulit. Bayu menarik Nami untuk berdiri di belakangnya. Gadis itu mengeluh karena merasakan sakit di punggung.
"Bangsat kalian!" bentak lelaki itu. "Bangsat! Awas kalian berdua!" Dia berjalan cepat meninggalkan kamar mandi.
Untuk sejenak, mereka saling diam. Gadis itu menarik resleting untuk menutup tubuh depannya sambil menundukkan kepala. "M-makasih ...."
"Sama-sama," jawab Bayu sedikit gugup. "Mau minum?" Ia menyodorkan es teh tarik tadi.
Gadis itu hanya memandangnya beberapa saat. "Gak apa-apa?"
Bayu mengangguk sambil tersenyum.
Gadis itu meminum tiga teguk sebelum mengembalikannya pada Bayu. "Namaku Nina."
Bayu merasakan degup jantungnya berpacu lebih cepat. Tiba-tiba dia diajak kenalan! "Aku Bayu."
"Makasih, Bayu." Nina tersenyum lagi sambil melepas wignya. Kini tampaklah rambut pendek hitam sepundak yang gemuk dan halus. "Untung kamu dateng."
"Ayok keluar dulu." Bayu merasa tak nyaman terlalu lama berada di kamar mandi wanita.
Ini diangguki oleh Nina. Mereka berjalan keluar, ketika tiba di pintu kamar mandi, mereka keluar secara bergantian.
"Itu tadi mantanku." Tiba-tiba Nina berkata tanpa diminta. "Belum bisa move on."
Bayu yang keluar kamar mandi terakhir, menutup pintu. "Oh?"
"Untung kamu bisa akting." Nina memukul pelan bahu Bayu dengan rambut palsunya. "Makasih lagi, lho."
Bayu mengangguk-angguk canggung. "Gak apa-apa, kok." Dia menoleh ke sana-sini. "Dia udah gak ada, kan? Boleh pulang, nih?"
"Eh, bentar." Nina menarik ujung baju Bayu. "Aku ... aku pengen ngomong bentar."
"Heh?"
"Mantanku itu, selalu ngejar aku terus. Jadi tolong, untuk sementara, hari ini aja deh, pura-pura jadi pacarku!"
"HAH?"
ns 15.158.61.51da2